10 Kasus besar yang masih jadi PR Polda Metro Jaya
Dari sekian banyak kasus, beberapa di antaranya ternyata masih mengendap hingga saat ini.
Sepanjang tahun 2015, kriminalitas yang terjadi di wilayah Polda Metro Jaya cukup tinggi. Kasus pencurian, pelecehan seksual, perampokan, hingga pembunuhan pun tak jarang diungkap oleh aparat kepolisian yang diketuai oleh Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian.
Bahkan, beberapa bulan ini, nama Ditreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Khrisna Murti seolah tak pernah luput dari pemberitaan sejumlah media. Khrisna bak artis yang sedang tenar. Bersama dengan jajaran kepolisian lain dan anggotanya, Khrisna berhasil mengungkapkan beberapa kasus yang ditanganinya dengan kurun waktu terbilang cepat.
Namun, siapa bilang semua kasus yang ditangani Polda Metro Jaya berhasil diungkap. Dari sekian banyak kasus, beberapa di antaranya ternyata masih mengendap hingga saat ini.
Berikut 10 Kasus yang ditangani Polda Metro Jaya yang sampai saat ini masih belum terungkap:
-
Apa yang dirayakan dalam acara tersebut? Acara ini merupakan bentuk syukur Syifa atas kelahiran anak keduanya ke dunia.
-
Kapan Hari Prematur Sedunia diperingati? Hari Prematur Sedunia, atau World Prematurity Day, diperingati setiap tahun pada tanggal 17 November.
-
Kapan kejadian penganiayaan tersebut? Dalam cerita tersebut, ia menuliskan mengenai pengalaman perempuan berinisial RST (18) yang disiksa secara sadis oleh orang asing pada Sabtu (16/3) sekitar pukul 14.40 WIB.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata diam dalam konteks ini? Kata-kata diam adalah salah satu cara yang efektif untuk menggambarkan bagaimana kita diam apa makna di balik diamnya kita.
-
Kejatuhan cicak di paha pertanda apa? Arti kejatuhan cicak yang berikutnya adalah jika kamu mengalami kejatuhan cicak tepat pada paha. Musibah yang disebabkan oleh orang lain ini bisa diketahui dari posisi cicak jatuh.
Hampir setahun, pembunuh Akseyna masih jadi hantu
Kematian Akseyna Ahad Dori (18), mahasiswa biologi Universitas Indonesia hingga kini masih menjadi misteri. Pihak kepolisian mengungkapkan adanya indikasi pembunuhan. Namun sudah berbulan-bulan diselidiki, belum juga diketahui siapa pelaku pembunuh pria yang kerap disapa Ace ini.
Tubuh Akseyna terlihat mengambang di Danau Kenanga, Kompleks Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis (26/3) lalu bersama dengan sebuah tas ransel yang melekat berisi beberapa bongkahan batu. Awalnya, Ace diduga tewas tenggelam. Namun, tim dokter Rumah Sakit Polri Kramat Jati menemukan luka memar disejumlah tubuh Ace. Tanda itu bisa didapat dari pukulan tangan atau benda lain.
Selain itu, ditemukan pula secarik kertas yang awalnya diyakini tulisan Ace tertempel di dinding kamar kosnya. Dalam surat itu, dirinya seakan berpamitan untuk menghilang dan meminta orang-orang untuk tidak mencarinya. Namun tak lama kemudian, Grafolog atau ahli analisa tulisan tangan, Deborah Dewi, mengungkapkan penulis surat itu adalah dua orang. Satu orang adalah Akseyna sendiri, dan ada seorang lainnya.
Tewas dengan cara menenggelamkan diri pun dibantah oleh keluarga Ace, khususnya sang ayah Kolonel (sus) Martodo. Martodo yakin bahwa anaknya tewas lantaran perbuatan tangan jahat alias dibunuh. Martodo mengaku sempat mendapat telepon dari orang misterius. Orang tersebut menelepon ke telepon genggam istri Mardoto dan meminta maaf atas kematian Ace. Lantaran, nama si penelepon sudah lama tersimpan di dalam kartu sim istrinya bahkan sebelum Ace ditemukan tewas, Mardoto pun yakin mengenal orang tersebut. "Saya yakin penelepon itu sesuai yang saya duga orangnya. Kami sudah kenal Dia (penelepon) sejak sebelum Akseyna meninggal soalnya," ucap Mardoto ketika dihubungi, Jumat (4/9).
Saat dikonfirmasi terpisah, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Khrisna Murti membantah jika si penelepon merupakan orang yang dimaksud oleh Mardoto. "Jadi begini, ayah Akseyna menduga si dia ini ditelepon oleh orang ini (yang meminta maaf). Tapi kami yakin si penelepon bukan yang diduga ayah Akseyna itu (beda orang)," kata Khrisna di Mapolda Metro Jaya.
Khrisna sempat ragu jika Ace dibunuh. Namun sekitar dua bulan setelah ditemukan tewas, Khrisna justru menegaskan bahwa Ace tewas dibunuh. "Sepatu korban, di sini (alas sepatu, bagian tumit) sepatu korban ada luka robek kiri kanan," ucapnya.
Dari sepatu tersebut, kata Krishna, kemungkinan analisa dari kepolisian tubuh korban (Akseyna) diseret oleh pelaku. "Pertama danau itu dangkal, kenapa tidak nyemplung. Kedua, menenggelamkan diri adalah proses bunuh diri yang lambat, loncat dari atas (gedung) itu lebih cepat," ujarnya.
Pada saat diautopsi terdapat luka lebam di bagian telinga, bibir dan kepala. Luka lebam tersebut yang mengidentifikasi penganiayaan telah terjadi. "Keempat batu yang diletakan di ransel tersebut, kemudian hanya dikaitkan bukan diikatkan yang memungkinkan korban kalau bunuh diri masih bisa dilepaskan untuk menggagalkan usaha bunuh dirinya," tuturnya.
Selain fakta-fakta tersebut pihak dokter forensik mengatakan korban tidak sadarkan diri tetapi masih bernapas. "Korban matinya masuk air dan pasir tapi doktor forensik menyatakan korban masuk air tidak sadar tapi masih bernapas, bahasa lainnya pingsan. Jadi ini indikasi korban mati tidak sendiri tapi mati oleh pihak lain," tuturnya.
Akan hal itu, pihaknya langsung mengirim petugas dengan skill pengintai luar biasa yang hanya diberi tugas menangani kasus itu saja. Krishna memastikan kasus pembunuhan akan terus diselidiki. Dia mengaku sudah memiliki dugaan motif pembunuhan itu, namun tak mau membukanya ke media. "Kita pasti akan ungkap kasus ini. "Saya tidak bisa sampaikan detilnya namun jika kalian (awak media) bertanya bagaimana perkembangan kasus Aksena jawabannya, Ya sudah ada titik terang," tutup Khrisna di halaman depan Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Minggu (6/12).
Hingga kini, Khrisna masih belum bisa memaparkan identitas serta motif pelaku yang tega menewaskan anak Kolonel tersebut.
Aktor pembunuh adik kandung John Kei hingga kini masih misterius
Adik kandung John Kei, Tito Refra Kei, ditembak orang tak dikenal ketika sedang bermain kartu di warung kelontong, di Perumahan Titian Indah, Jalan Titian RT 04/10, Kelurahan Kali Baru, Medansatria, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat 31 Mei 2013 sekitar pukul 20.00 WIB.
Kejadian tersebut berlangsung sangat cepat. Dua pelaku yang menggunakan helm, jaket hitam dan sebuah sepeda motor tiba-tiba menghampiri Tito dan langsung menembaknya dengan peluru berkaliber 9 mm. Usai menembak Tito, keduanya langsung melarikan diri. Korban tewas dengan luka tembak di mata bagian kanan bawah. Selain, Tito pemilik warung Ratim juga menjadi korbannya, Ratim menderita luka tembak di bagian dada kiri. Jenazah keduanya langsung dilarikan ke RS Ananda sebelum diautopsi di RSCM, Jakarta Pusat.
Polisi mengaku kesulitan mengungkap kasus penembakan terhadap Tito, sebab penembakan berlangsung cepat dan pelaku menutupi identitas dengan segala keahliannya, serta minim informasi. Untuk mengungkap kasus tewasnya Tito, Polda Metro Jaya membentuk tim khusus yang berjumlah 50 orang.
Tiga bulan setelah kejadian, pihak kepolisian masih belum bisa mengungkapkan siapa dua pelaku dibalik tewasnya Tito. Sempat tersiar kabar bahwa pelaku bukan lain merupakan teman dekat Tito. Namun hal itu dibantah (Kombes) Rikwanto yang saat itu menjabat sebagai Kabid Humas Polda Metro Jaya.
"Kami belum mengarah ke siapa-siapa," tandas Rikwanto.
Namun tak lama kemudian, penembak Tito Refra Kei disinyalir bukanlah orang sembarangan. Jika melihat cara kerjanya, polisi mengungkap penembakan Tito Refra Kei karena pelaku sudah merencanakan pembunuhan secara matang. Indikasinya, kejadian begitu cepat dan pelaku sudah mempersiapkan jalan untuk kabur.
Melihat caranya beroperasi, polisi mensinyalir jika pelaku merupakan orang terlatih. Hal ini terlihat dari begitu tenangnya pelaku melepaskan tembakan dan langsung mengenai sasaran.
"Kalau kemungkinan (pembunuh bayaran) bisa-bisa saja, kan masih kemungkinan dan itu yang sedang kami dalami," ujar Kasubdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Ditreskrimum Polda Metro Jaya yang saat itu masih dijabat oleh AKBP Helmi Santika, di Mapolda Metro Jaya, Selasa (4/6).
Sementara itu, kuasa hukum keluarga Kei, Taufik Chandra, mengungkapkan pihak kepolisian sudah mulai menemukan titik terang pelaku pembunuhannya. "Polisi tadi mengatakan sudah ada beberapa progres, sudah ada arah tapi kita enggak tahu arahnya ke mana. Bahasanya tadi sudah mengarah," kata Taufik usai bertemu dengan penyidik di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (24/7).
"Sudah mengerucut pokoknya. Makanya kita percayakan sepenuh semua proses hukum ke kepolisian saja. Kecurigaan yang menembak siapa, sudah ada, kita simpan saja dulu akan disampaikan ke penyidik," tuturnya.
Topik menegaskan keluarga Tito Kei akan mendukung penyelidikan kasus penembakan, termasuk mengajukan pemeriksaan terhadap beberapa saksi dari kerabat Tito. Bahkan, penyidik kepolisian mengagendakan pemeriksaan terhadap istri Tito Kei, Elisabeth Marline Staneley sebagai saksi. Namun hingga kini, pihak kepolisian masih belum bisa menguak siapa aktor di balik meninggalnya Tito.
4 Pembunuh Liong Lenny di Cidodol masih buron
Pelaku penembakan Liong Lenny Erwati (45) di Jl Cidodol Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan pada 23 Oktober 2015 lalu sampai saat ini masih menaruh tanda tanya. Lenny ditembak orang tak dikenal saat sedang berada dalam mobil box yang berisi barang-barang perabotan rumah tangga bersama suaminya Sin Harjo Budiarta (44) hendak pulang menuju rumahnya.
Empat pelaku dengan menggunakan sepeda motor memepet mobil yang ditumpangi oleh korban. Pelaku langsung menembakkan ke arah Lenny berkali-kali dan juga membacok kaca kiri mobil dengan menggunakan kapak. Mengetahui isterinya tertembak, suaminya Harjo langsung membawa mobil ngebut ke RS Medika Permata Hijau. Namun nahas, saat sampai di rumah sakit Lenny dinyatakan tewas.Diketahui, Lenny mengalami luka tembak di bagian leher dan punggungnya
Tindakan utama, Petugas Polres Jakarta Selatan sudah memeriksa Sin Harjo Budiarta (44), suami Liong Lenny Erwati (45) korban penembakan di Cidodol, Kebayoran Lama. Hasilnya, Harjo tidak mengenali sketsa para pelaku penembakan terhadap istrinya. Kasus ini pun selanjutnya dilimpahkan ke Polda Metro Jaya untuk ditindaklanjuti.
Dikatakan (Kombes) Rikwanto yang saat itu masih menjabat sebagai Kabid Humas Polda Metro Jaya, pihaknya masih mencari motif dari penembakan tersebut. Berdasarkan informasi sementara yang didapat polisi dari suami Lenny, dirinya sempat menyetorkan uang ke Bank.
"Sorenya suami sempat setorkan uang ke Bank. Pemeriksaan di mobil boks korban juga hanya ditemukan perabotan rumah tangga yang secara nilai itu kurang bernilai. Makanya polisi masih terus menyelidiki motif penembakan," tutur Rikwanto.
"Penyelidikan difokuskan ke pihak keluarganya. Penyidik akan menanyakan lebih dalam terkait adakah permasalahan sebelumnya atau mungkin ada sengketa, perselisihan hingga menyebabkan korban dicegat dan ditembak. Kalau upaya perampokan kecil kemungkinan karena barang korban tidak ada yang hilang dan yang ada di mobil box hanya barang dagangan. Jadi kami mengarah pada apa yang dilakukan korban sebelumnya dan adalah perselisihan atau sengketa yang menyangkut korban," tuturnya.
Dua bulan berlalu, kasus tersebut hingga kini masih buram lantaran belum juga terkuak siapa pelaku dan motif penembakan tersebut. Namun diketahui, para pelaku berlogat Jakarta dan salah satunya mengenakan kaos bermotif garis-garis vertikal dengan tinggi 165 sampai 170, berkulit putih.
Pembunuh pengusaha Nelson Marbun masih berkeliaran
Nelson Marbun (65) tewas bersimbah darah dengan 21 bekas luka senjata tajam di kediamannya Komplek Taman Meruya Blok A 11 RT 09 RW 04 Kembangan, Jakarta Barat. Pengusaha ini didatangi tamu tak diundang yang membabi buta membacoknya pada Sabtu 12 September 2015 pukul 02.00 dini hari.
Pembunuhan diduga terjadi karena Nelson memergoki pelaku saat hendak mencuri di rumah mewahnya itu. Lalu, pelaku membacok Nelson di bagian lengan, wajah, kepala belakang, leher dan telinga kirinya hingga tewas. Jasad korban dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo untuk menjalani visum dan autopsi.
Istri Nelson, yakni Riris Boro Pasaribu (63) juga menjadi korban. Riris mengalami luka terbuka di bagian kepala kiri atas, sela-sela jari tangan kiri dan luka memar di bagian kepala belakang. Riris segera lari ke kamar untuk mengunci pintu dengan luka di kepala setelah dihantam. Beruntung nyawa Riris masih bisa diselamatkan.
Selain Nelson dan Riris, dua asisten rumah tangga, yakni Nurhamah (18) dan Yusniati (19) disekap pelaku. Kabid Humas Polda Metro Jaya Mohammad Iqbal mengungkapkan dugaan sementara adanya perampokan, bukan balas dendam atau hal lain. Hal itu berdasarkan informasi awal bahwa pelaku menguras habis harta benda Nelson.
"Dugaan sementara telah terjadi perampokan disertai kekerasan," kata Iqbal dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (12/9).
Polisi telah memeriksa 13 orang terkait pembunuhan Nelson, yakni Nurhamah dan Yusniati, seorang sopir, serta tujuh orang kuli bangunan dan 3 orang tukang kayu yang saat itu tengah membangun rumah lain milik Nelson yang tak jauh dari kediamannya, sebab anjing pelacak mengarah ke rumah yang masih dalam proses pembangunan itu.
"Kita sudah periksa 13 orang saksi. Terdiri dari 7 pekerja bangunan, dua pembantu, sopir korban dan tiga tukang furnitur," ujar Kapolsek Kembangan Kompol Sukatma saat di konfirmasi, Senin (14/9).
Selain Sukatma, Kanit Kembangan AKP Widodo menuturkan polisi juga telah memeriksa rekaman CCTV tetangga korban. Namun, hasilnya tidak cukup membantu. "Saat diperiksa hasilnya gambar putih saja. Muka pelakunya tidak terlihat," terang Widodo.
Widodo pun kemudian merubah pernyataan polisi sebelumnya bahwa ada barang berharga milk Nelson yang hilang. Setelah melakukan pemeriksaan keseluruhan itu, dirinya mengungkapkan tidak ada satu pun barang Nelson yang dinyatakan hilang sehingga muncul dugaan pembantaian ini bermotif dendam.
"Tidak ada barang hilang," tandas Widodo.
Tak lama kemudian, polisi mengamankan seorang kuli bangunan berinisial NH. NH diketahui sedang membangun rumah di belakang rumah Nelson. NH diamankan berdasarkan kesaksian Nurhamah dan Yusniati yang mengatakan wajah pelaku pembacokan mirip NH. Namun seiring pemeriksaan, polisi melepas kuli bangunan karena tidak ada bukti-bukti kuat yang mengarahkan NH sebagai pelaku.
Lalu sampai saat ini pelaku pembunuhan Nelson pun benar-benar belum terungkap.
Siapa pembunuh mayat di mobil BMW ini?
Warga Pulogadung, Jakarta Timur, digegerkan penemuan mayat berjenis kelamin pria bernama Wiliyanto (30) warga Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Mayat tersebut ditemukan dalam keadaan terikat di dalam mobil BMW dengan No Polisi B 2074 RS yang terparkir di bengkel Andri Service Motor milik kakaknya sendiri, Andri (41).
Korban ditemukan di Jalan Pulo Asem Utara Raya No 18, RT 10 RW 01 Kelurahan Jati, Pulo Gadung, Jakarta Timur pada 23 Oktober 2015 lalu. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Mohammad Iqbal, korban hilang selama dua hari dan ditemukan keponakannya Dendy dalam keadaan tak bernyawa di dalam mobil dengan bau busuk yang menyengat.
"Korban ini diikat tangan dan kaki korban serta ada ikatan di kening korban. Korban sudah membengkak dan diperkirakan sudah 2 hari meninggal dunia," kata Iqbal, melalui pesan singkat ke merdeka.com, Jakarta, Jumat 23 Oktober 2015.
"Saksi melihat ke tempat biasa nya korban tidur pada malam hari, setelah mengintip ke dalam mobil ternyata melihat sesosok mayat. Kemudian saksi mengambil Kunci mobil dan membuka pintu kanan belakang dan melihat korban Willy sudah terbujur kaku," ucap Iqbal.Sementara itu, menurut Andri, adiknya memang sering menghabiskan waktu di dalam mobil tersebut, bahkan tidur di mobil.
Saat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memeriksa beberapa kerabat dekat Willy, didapati fakta tak ada satu pun harta benda Willy yang hilang sehingga kasus ini diduga murni pembunuhan.
"Barang korban diketahui tidak ada yang hilang, masih kami dalami lagi. Kami masih cari motifnya," tambah Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Umar Faroq kepada Sabtu (24/10).
Polda Metro Jaya bersama dengan Polres Metro Jakarta Timur pun melakukan olah TKP. Pihaknya juga telah melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang berjumlah empat orang.Berdasarkan hasil gelar perkara, diduga pelaku menghabisi Willy di luar mobil kemudian menyeret jasadnya ke dalam mobil.
Namun hingga kini, polisi belum mengetahui siapa pelaku dibalik tewasnya Willy, dan atas dasar apa pelaku menghabisi Willy.
4 Bulan berlalu, polisi masih cari pelaku pembunuh Hasani
Hasani (40) ditemukan tewas di kediamannya Jalan Jembatan 3 RT 008 RW 03 nomor 35, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramatjati, Jumat 4 September 2015. Dugaan Hasani tewas dibunuh, namun sampai saat ini polisi masih belum mengantongi siapa pelakunya.
Saat ditemukan, Kanit Reskrim Polsek Kramat Jati, Ipda Bara Libra Sagita mengungkapkan, Hasani berada pada posisi seolah tertidur sekira pukul 18.30 Wib. "Korban ditemukan dalam rumah posisi tertidur di kamar tidur," katanya.
Sementara itu, Kapolsek Kramat Jati, Kompol Handini mengatakan, pihaknya masih memburu pelaku. Untuk sementara polisi menduga para pelaku berjumlah dua orang, yang diperkirakan berumur antara 20-25 tahun. "Sampai saat ini, motif pembunuhan belum diketahui," kata Handini, di Jakarta Timur, Minggu (6/9).
Menurut Handini, kemungkinan pelaku berniat membunuh korban tanpa motif mencuri harta korban. Sebab tidak ada satu pun barang-barang berharga korban yang hilang. Namun ditemukan dengan kondisi luka gorok di bagian leher.
"Korban tewas karena terkena luka tusukan di lehe. Masih penyelidikan motif pembunuhan," terangnya.
Dalam proses penyelidikan kasus Hasani, beberapa anggota polisi sempat mengalami kesurupan. Bahkan saat pemakaman, seorang anggota juga seperti kerasukan roh halus sehingga muncul dugaan pelaku memiliki ilmu hitam.
"3 penyidik sempat kesurupan. Bahkan saat pemakaman juga ada (yang kesurupan)," imbuh Handini.
Pihaknya pun bersama dengan Jajaran Polda Metro Jaya melakukan olah TKP dan memeriksa sejumlah saksi. Adapun terdapat lima orang saksi yang telah diperiksa terkait pengembangan kasus pembunuhan tersebut.Para saksi melihat keadaan rumah korban dalam keadaan sepi sekitar pukul 19.30 WIB. Kedua, tetangga korban curiga karena warung milik korban terbuka. Kemudian, karena ada pembeli di warung korban, tetangganya pun mencoba memanggil-manggil pemilik warung, namun tak ada jawaban.
Tak lama kemudian, Bohim selaku saudara Hasani berkunjung ke rumahnya. Bohir yang tak kunjung dibukakan pintu akhirnya curiga dan membuka paksa pintu rumah, karena diketahui korban yang tinggal sebatang kara semestinya ada di dalam rumah.
Namun nahas ketika masuk ke dalam, ternyata Hasani ditemukan tergeletak tak bernyawa. Kemudian tetangga korban berteriak meminta pertolongan, yang akhirnya kasus ini masih didalami oleh polsek Kramat Jati. Namun hingga kini pelaku pembunuhan masih saja belum bisa terungkap baik dari pihakPolsek Keramat Jati, maupun Pihak Polda Metro Jaya.
Ledakan granat di Duren Sawit, ulah siapa?
Terjadi ledakan di Gedung Perkantoran Multi Piranti Graha, Jalan Raden Inten II, Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin, 16 November 2015, sekitar pukul 03.30 WIB. Ledakan ini mengakibatkan seorang security, Supriyatna Maulana (30) mengalami luka serius akibat serpihan kaca dan dilarikan ke Rumah Sakit Islam Pondok Kopi untuk menjalani operasi.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Mohammad Iqbal, ledakan terjadi setelah ada satu atau dua orang melempar sesuatu dari luar gedung.
"Kita belum pastikan, tapi dugaan kami (pelaku) antara satu atau dua orang, ada keterangan dari sekuriti ada batangan yang dilempar dari luar tapi tak bisa dijadikan acuan tapi sebagai faktor pendukung," kata Iqbal, Senin (16/11).
Dalam hal ini, Polda Metro Jaya berjanji mengerahkan kekuatan penuh untuk mengungkapkannya. Tim olah tempat kejadian perkara (TKP), tim forensik, Inavis, DVI juga turut berada di lokasi untuk melakukan penyisiran.
"Kami sudah melakukan olah TKP terintegrasi, forensik, Inafis, bahkan tim DVI dari forensik. Kemudian Polda Metro Jaya, Polres Jakarta Timur, dan Polsek Duren Sawit bahkan bapak Kapolda Metro Jaya ke TKP," kata Dirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Khrisna Murti kepada awak media di lokasi kejadian, Jalan Raden Inten, Jakarta Timur, Senin (16/11).
"Dipastikan ini granat yaitu jenis manggis yang bulat dan itu hanya beberapa, sumbernya harus diurut, jadi dia sumbernya terbatas tidak dijual bebas, itu nanti akan dikembangkan. Dan ini dilakukan oleh orang yang lumayan profesional. Karena melempar granat itu tidak mudah. Kami tau sulitnya melempar granat, tidak sembarang orang," tambahnya.
Meski demikian, Khrisna menyebut insiden pelemparan granat di gedung perkantoran itu sebagai tindak kriminalitas biasa. Akan tetapi, bahan yang digunakan dalam aksi kejahatan tersebut tergolong luar biasa. Suara ledakan granat ini diketahui terdengar sampai 200 meter. Namun warga yang tinggal di belakang gedung tepatnya di RT008/ 010, Kelurahan Klender, mengira suara ledakan itu berasal dari ban mobil pecah atau tabung gas.
"Dugaan awal kami ini kriminalitas biasa, tapi menggunakan sarana atau alat yang luar biasa yaitu granat," kata Khrisna.
Meski begitu, pelaku pelemparan granat hingga kini belum dapat terungkap. Bahkan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian mengungkapkan belum mengantongi identitas pelaku. Tito menduga adanya kepentingan pribadi dalam pelemparan granat tersebut.
"Belum, belum masih kami dalami. Kami curigai adanya kepentingan pribadi dan kepentingan bisnis. Dan teror ini bukan masalah simbol ideologi," kata Tito, Selasa (17/11).
"Lagi pula seharusnya granat diperuntukkan untuk institusi yang memerlukan untuk mempertahankan keamanan yaitu TNI dan Polri, Polri aja hanya Brimob. Tetapi dalam aksi kejahatan, bisa saja sipil mempunyai granat. Senjata jenis apapun sekarang bisa saja dimiliki selain aparat itu sendiri. Dalam hal ini, kita duga bukan kelompok teror, termasuk aksi teror. Dugaannya kepentingan pribadi. Kita memeriksa dan mengecek manajemen gedung kemudian laporan forensik dari Pindad kita telusuri. Sehebat apapun sistem bisa di tembus pelaku kejahatan," tambah Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Mohammad Iqbal.
Namun hingga kini belum diungkap siapa pelaku pelemparan granat, kasus itu pun hilang mengendap begitu saja.
Bagaimana kabar pembunuh sopir taksi express teman Rahmat Gobel?
Seorang sopir taksi express ditemukan tewas di dalam taksi yang dikemudikannya di dekat perlintasan kereta api di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu 18 Februari sekitar pukul 05.30 WIB. Korban tewas diduga akibat dibunuh oleh penumpang yang merampoknya.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya (yang saat itu masih menjabat) yakni Komisaris Besar (Kombes) Polisi Martinus Sitompul menyatakan, korban bernama Tony Zahar kelahiran Jakarta, 18 Oktober 1961 merupakan warga Kampung Bali Matraman, Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan.
Tony ditemukan tewas dalam posisi duduk tertelungkup di setir mobil taksi Express yang dikendarainya bernomor polisi B 1595 ETB. "Korban meninggal posisi duduk tertelungkup di stir. Kejadian Rabu tanggal 18 Februari 2015, sekitar jam 05.30 WIB di Jl. Rawa Bambu Raya depan pool bus Sinar Jaya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan," kata Martinus kepada wartawan, Rabu (18/2).
"Tim polsek dipimpin Pjs Kapolsek berikut Iden Polres datang ke TKP dan hasil olah TKP ditemukan korban meninggal dengan luka menganga di leher dan di kelingking dalam posisi duduk tertelungkup di kursi kemudi, di samping kanan mobil tergeletak sebilah pisau dapur milik pelaku. Polisi juga menemukan sejumlah barang milik korban antara lain dompet berwarna cokelat dan sejumlah kartu milik korban. "KTP, kartu Siaga Bukopin, kartu serta buku tabungan Mandiri atas Siti Murniati, HP merk Cross, 2 HP Nokia," ungkap Martinus.
Dugaan awal kepolisian, pembunuhan Tony dilatarbelakangi motif asmara karena terdapat buku tabungan atas nama Siti Murniati yang bukan keluarga atau kerabat Tony di dalam taksi. Wanita tersebut diduga kekasih gelap Tony dan bekerja di warung nasi Tegal (warteg) kawasan Tebet, Jakarta Selatan.
Sudah berhari-hari kejadian, Kapolres Jakarta Selatan Kombes Wahyu Hadiningrat mengatakan polisi masih belum berhasil mengungkap kasus pembunuhan Tony. Sehingga, polisi masih belum mengetahui motif dari pembunuhan itu.
"Masih diselidiki, motifnya belum jelas, tapi kita punya petunjuk arah selidiknya," ungkap Wahyu saat ditemui di Main Hall Polda Metro Jaya, Senin (23/2).
Wahyu menjelaskan bahwa kasus tersebut masih diselidiki oleh pihak Polsek Jagakarsa, Jakarta selatan dibantu oleh pihak Polda Metro Jaya. "Semua masih diselidiki, semua barang bukti sudah lengkap, tapi belum ketemu apa-apa," ungkapnya.
Mengenai sosok Siti Murniati, yang namanya tercantum dalam buku tabungan mandiri yang berada di lokasi kejadian, Wahyu mengatakan polisi masih didalami.
Meski sudah memiliki dugaan, teka-teki pembunuhan Tony tak mampu dipecahkan aparat reserse Polsek Pasar Minggu. Petugas telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memeriksa banyak saksi termasuk keluarga Tony namun hasilnya nihil. Kasus ini pun mengendap.
Kematian Tony ternyata mengundang rasa sedih pengusaha Rahmat Gobel yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perdagangan. Gobel mendatangi acara pemakaman Tony di TPU Menteng Pulo dan melayat ke rumah duka di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan. Keduanya diketahui sahabat karib sejak sekolah dasar.
"Semoga teman SD saya Toni Zahar mendapat kemuliaan di sisi-Nya..Amin," tulis Gobel dalam akun twitternya.
Diketahui, semasa kecilnya Tony ternyata hidup dalam kemewahan di kawasan elit Menteng, Jakarta Pusat. Orang tua Tony bekerja di Kedutaan Besar Indonesia untuk Singapura, bahkan Tony pernah mengayam pendidikan di negara singa tersebut.
Pak polisi, jadi siapa pelaku pengerusakan kantor GO-JEK?
Kantor pelatihan karyawan GO-JEK di Jalan Kemang Selatan VIII Nomor 56, Jakarta Selatan pada Minggu 1 November 2015 lalu ditembak orang tak dikenal. Kejadian tersebut menyebabkan kaca kantor mengalami kerusakan parah, sedang pelaku kabur dan sampai saat ini masih belum bisa dibekuk pihak kepolisian.
Awalnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes M. Iqbal menuturkan, dari keterangan pihak keamanan kantor GO-JEK Agus Rukmana, sebelum kejadian ada dua orang tak dikenal menggunakan sepeda Motor berwarna putih hijau melintas dari arah Antasari menuju ke arah Kemang Raya. Dua orang itu berhenti dan melihat keadaan sekitar.
"Saat security hendak menanyakan maksud dan tujuan keduanya, tiba-tiba salah satu dari orang tersebut langsung mengeluarkan senjata api dan menembakan ke arah kantor GO-JEK tersebut. Barang bukti yang berada di TKP adalah satu buah proyektil sejenis rakitan, ditemukan tepat di depan pintu masuk," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes M. Iqbal, Minggu (1/11).
Namun, pihak GO-JEK membantah telah terjadi perusakan itu dilakukan dengan cara ditembak. Hal itu diungkapkan GO-JEK melalai akun Twitter miliknya yang terverifikasi @gojekindonesia, Minggu (1/11). Manajemen penyedia jasa online ini juga menegaskan tidak ada korban dalam kejadian itu.
"Kami ingin klarifikasi bahwa tidak ada peluru yang ditemukan di lokasi, hanya kepala obeng yang digunakan tersangka," kicaunya.
Hal yang sama pun diungkapkan oleh Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jays AKBP Herry Heryawan. Menurutnya kerusakan di kantor pelatihan Go-Jek itu bukan penembakan, tetapi pelemparan."Berdasarkan bukti baru, pelaku melempar benda dengan tangan kosong," kata Herry, Senin (2/11).
Herry menjelaskan, pernyataan pelemparan bukan penembakan itu berdasarkan fakta-fakta nyata yang ditemukan anggotanya di lapangan. Meski begitu, dirinya masih tak mau banyak bicara terkait bukti lainnya mengenai kerusuhan ini.
"Beberapa bukti memang sudah kami kantongi, tetapi tidak bisa disampaikan ke publik, karena saat ini kami masih mengejar pelakunya," tutupnya.
Sementara itu, Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti menuturkan, pihaknya mengetahui bahwa itu merupakan peluru dari senapan rakitan lantaran bentuknya seperti ujung obeng. "Peluru rakitan dari senjata rakitan kepala pelurunya tidak mengindikasikan peluru tajam karena kepala pelurunya mirip kepala obeng," kata Krishna
Dirinya mengatakan, peluru itu terpental setelah menghantam kaca. Ini menunjukkan peluru itu tidak punya daya tekan kuat untuk menghantam kaca.
Dalam kejadian ini, polisi memastikan tidak ada korban jiwa, hanya kaca depan kantor GO-JEK pecah dan rusak. Namun sayangnya Polisi belum memastikan siapa pelaku pengerusakan tersebut.
Sitok, si sastrawan kondang yang cabuli mahasiswi UI hingga hamil
Sastrawan kondang yang juga penyair Sitok Srengenge dilaporkan ke Polda Metro Jaya terkait kasus pemerkosaan, pada 29 November 2013. Korbannya adalah mahasiswi Universitas Indonesia. Perbuatan asusila Sitok terhadap korban RW menyebabkan gadis 22 tahun itu berujung hamil.
Kejadian bermula pada Maret 2013, Sitok menghubungi RW untuk bertemu di Kompleks Salihara, Pejaten, Jakarta Selatan. Namun, Sitok meminta RW untuk datang ke rumah indekosnya terlebih dahulu di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Setelah itu, Sitok memaksa RW masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Di dalam kamar, dia meraba, mencium kemudian menyetubuhi RW yang mengakibatkan hamil. Setelah korban hamil, Sitok tidak mau bertanggung jawab. Saat ditemui, dia selalu membentak-bentak dan berjanji akan bertanggung jawab.
Akhirnya RW melapor ke Polda Metro Jaya dengan nomor laporan LP/4245/XI/2013/PMJ/Ditreskrimum. "Tunggu ya mas, saat ini saya baru ketemu pengacara saya. Setelah itu nanti saya kabari," kata Sitok tanpa memberikan penjelasan secara detail soal kasus yang menimpanya, Selasa (3/12).
Belum selesai kasus RW, muncul lagi beberapa mahasiswi dengan pengakuan serupa. Meski tak berujung disetubuhi hingga hamil, seorang wanita asal Bandung yang enggan menyebutkan namanya ini mengaku pernah menjadi korban pelecehan Sitok. Sebelum dilecehkan, dia mengaku sempat dicekokin minuman keras oleh Sitok. Selain dia, mahasiswa universitas di Jakarta pun mengaku sempat mengalami kasus yang serupa.
Atas kasusnya tersebut dan atas pelaporan RW, Sitok Srengenge akhirnya diperiksa oleh Polda Metro Jaya. Pemeriksaan perdana pada 5 Maret cukup menyita perhatian, karena diwarnai kericuhan oleh mahasiswa UI, kampus tempat korban kuliah. 14 Mahasiswa FBI UI yang menunggu hingga malam hari meneriakinya dengan kata buaya.
Setelah menjalani proses hukum dalam kurun waktu cukup lama yakni selama satu tahun, kasus Sitok pun dinyatakan SP-3 atau surat perintah penghentian penyidik karena dianggap hukumnya belum jelas. Kasus ini pun sempat menjadi pro dan kontra. Namun tiba-tiba, di tengah penghentian, polisi akhirnya menetapkan penyair liberal itu sebagai tersangka. Sitok bahkan dijerat dengan tiga pasal sekaligus, yakni Pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan, Pasal 286 KUHP tentang kejahatan terhadap kesusilaan, 294 ayat 2 KUHP tentang pencabulan.
Penetapan tersangka itu dilakukan setelah penyidik melakukan pemeriksaan terhadap 11 saksi yang diperiksa, di antaranya ahli kriminologi, pidana 3 orang, psikolog, psikiater, dan antropologi hukum. Menghadapi proses hukum itu, Sitok pun sudah mundur dari Komunitas Salihara, komunitas seni tempat dia bekerja sebagai kurator.
Sementara itu, meski mengaku khilaf dan ditetapkan sebagai tersangka, Sitok tetap membantah telah memerkosa RW. Bahkan, menurut pengacara Sitok, Dwi Ria Latifa, RW yang lebih dulu menghubungi kliennya itu.
RW datang ke kos sang penyair di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sekitar 6 kali. Pada pertemuan pertama, katanya, tidak ada persetubuhan."RW duluan menyandarkan kepalanya di bahunya dan bercumbu. Di situ tak ada hubungan suami istri," tutup Ria.