4 Hal ini bikin Jojon layak disebut pelawak legendaris
Semasa hidup sosok Jojon dikenal jenaka dan selalu membuat orang tertawa dalam setiap penampilannya.
Dunia perkomedian Indonesia harus bersedih. Pelawak senior Djuhri Masdjan alias Jojon menutup usia lantaran sakit asma. Jojon menghembuskan nafas terakhir pada hari Kamis sekitar pukul 06.04 WIB di RS Ramsay Premier Jatinegara, Jakarta Timur.
Jojon tampil ke publik Indonesia dengan grup lawak Jayakarta dan ngetop di era 1970-an dan 1980-an. Mereka tetap bertahan meski saat itu lahir generasi baru kelompok lawak, macam Warung Kopi DKI dan Bagito.
Namun, lambat laun perahu Grup Jayakarta mulai goyah. Satu per satu anggotanya hengkang. Hasanuddin atau tenar disapa U'u, Suprapto alias Esther, Chaplin, dan Jojon memilih bersolo karier. Tinggal Cahyono yang kini menjadi pemuka agama bertahan sebagai anggota kelompok itu. Empat nama di atas, selain Cahyono, sudah mangkat.
Semasa hidup sosok Jojon dikenal jenaka dan selalu membuat orang tertawa dalam setiap penampilannya. Hal itu tak lepas dari konsistensi yang dia pegang selama ini.
Berikut beberapa hal yang membuat Jojon layak disebut sebagai pelawak legendaris Indonesia:
-
Bagaimana kabar terbaru dari seleb dadakan yang meredup? Meskipun popularitas mereka meredup, beberapa dari mereka tetap aktif di media sosial dan masih memiliki pengikut yang setia. Namun, sebagian lainnya * * * * * Kelima seleb dadakan ini viral karena keunikan mereka, baik dari gaya bicara, penampilan, atau konten yang mereka buat. Namun, popularitas mereka yang meredup bisa disebabkan karena kurangnya konten yang menarik, kejenuhan publik, atau munculnya tren baru.
-
Kapan Ki Joko Bodo meninggal dunia? Ki Joko Bodo tutup usia di umur 58 tahun, tepatnya pada 22 November 2022.
-
Kapan Rohana Kudus mendirikan surat kabar Soenting Melajoe? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Kapan Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto meninggal dunia? Ayah Irjen Krishna Murti meninggal dunia. Ia adalah Brigjen TNI (P) Bom Soerjanto Bin Soejitno yang mengembuskan nafas terakhirnya pada Rabu (10/7) kemarin.
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Kapan Dono Warkop DKI meninggal dunia? Tepat pada tanggal 30 Desember 2001, Dono Warkop meninggal dunia.
Spontan tanpa teks
Jojon mengawali karirnya dengan grup lawak Jayakarta Grup bersama Hasanuddin atau U'u, Suprapto atau Esther, Chaplin, dan Cahyono, yang eksis pada tahun 70 dan 80-an. Dalam beberapa penampilannya, Jojon enggan berpatokan pada naskah cerita.
"Kalau kita hanya mengikuti naskah, lawakan akan jeblok dan kita tidak mendapat poin. Tidak mendapat poin maksudnya tidak bisa membuat orang tertawa," kata Jojon beberapa waktu lalu.
Lawakan spontan tanpa teks itu sudah Jojon aplikasikan saat dia tampil bersama Jayakarta dan Srimulat. Jojon juga seringkali didapuk menjadi perancang cerita dan skenario sederhana. Hasilnya tentu lebih membuat penonton terpingkal-pingkal.
Apa yang dilakukan Jojon berbeda dengan pelawak masa kini yang mengandalkan teks dan plot cerita.
Punya ciri khas
Sebagai pelawak kawakan yang sudah malang melintang di dunia komedi, tentu banyak meninggalkan banyak kenangan kepada publik Indonesia. Selain lawakan verbal dan gesturnya yang bisa bikin orang terpingkal-pingkal, ada juga penampilan dan gaya berpakaiannya yang sudah menjadi ciri khas.
Bagi mereka yang hidup di era 80-90an, atau bahkan sampai sekarang, mungkin tak asing dengan istilah 'Celana Jojon'. Istilah itu dipakai untuk menggambarkan cara si pelawak tambun itu mengenakan celana hingga di atas pusar. Belum lagi, ikat pinggang plus suspender yang dia pakai, makin menegaskan ada yang tak biasa pada caranya bercelana.
Saking tenarnya, istilah 'celana Jojon' kala itu sangat populer untuk menggambarkan mereka yang mengenakan celana di atas pusar. "Ih, celanamu Jojon," kira-kira begitu celetukan yang selanjutnya dilanjutkan gelak tawa.
Selain celana, Jojon juga dikenal dengan kumis kecil sedikit di tengah bak Charlie Chaplin. Kumis imut menambah lengkap kelucuan pria kelahiran 5 Juni 1947 ini. Gaya ini yang juga ditiru pelawak era sekarang, seperti Gogon.
Selain dandanan, Jojon juga mempunyai ciri khas teriakan saat memanggil sahabat lawak di grupnya, yakni Cahyono.
Jojon mengucap kata 'Cahyonooo!' memanggil rekan segrupnya dengan manja bak anak kecil. Itu memang sudah menjadi ciri khasnya di atas panggung atau di TV nasional TVRI.
Tak pelit bagi ilmu
Semasa dirinya berprofesi menjadi komedian, Jojon tak segan-segan memberikan wejangan kepada pelawak-pelawak baru. Jojon pun tak mau menganggap mereka sebagai juniornya.
Bagi Jojon semua pelawak adalah sama dan dia mau melawak dengan siapa saja. Hal tersebut lah yang membuat Jojon semakin disegani oleh pelawak-pelawak yang baru bermunculan.
"Saya menghadapi perubahan ini dengan tidak mau bersikap sebagai senior. Jangan merasa kita ini paling berpengalaman. Saya terjun dan bergaul dengan anak-anak (pelawak muda), saya bergaul dengan mereka. Jangan salah, mereka juga mau belajar dan kreatif," kata Jojon beberapa waktu lalu.
Hal tersebut juga dibenarkan oleh rekan Jojon yang juga pelawak, yakni Dorce. Menurut dia di era sekarang ini memang banyak pelawak-pelawak bermunculan, namun Jojon memang tak pernah ada gantinya.
"Pelawak muda sekarang itu menghormati Pak H Jojon. Saya kehilangan sekali. Banyak yang niru Jojon, tapi tidak eksis. (Jojon) Nggak ada gantinya. Presiden ada wakilnya, Jojon tidak punya wakil," tutur Dorce sebelum berangkat ke pemakaman Jojon.
Mau berperan jadi apa saja
Berbicara tentang film, Jojon rupanya sudah pernah membintangi delapan film layar lebar. Dimulai dari 1980 hingga tahun 2009. Namun film-film kesohor miliknya justru banyak disaksikan di era 80an. Tak heran jika pada masa itu film layar lebar sangat digemari masyarakat, apalagi jika bercerita tentang komedi.
Dalam setiap penampilannya, Jojon tak pernah memilih-milih peran. Dia selalu menuruti apa permintaan produser dan sutradara film. Jojon juga sempat sering tampil dalam lawakan panggung dengan format kuartet. Di situlah Jojon belajar untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri.
Bersama Jayakarta Grup, Jojon menghasilkan empat film layar lebar seperti, Tiga Dara Mencari Cinta (1980), Okey Boss (1981), Apa Ini Apa Itu (1981), Barang Antik (1983). Meski menjadi tokoh sentral dalam film itu, tetap saja, pria yang khas memakai celana bretel menggantung ini menjadi orang yang sering dibully teman-temannya.
Misalnya, pada film komedi layar lebar Tiga Dara Mencari Cinta, Jojon pernah memerankan duda dengan mempunyai tiga anak perempuan yang cantik-cantik. Lalu di film Apa Ini Apa Itu Jojon berperan sebagai pacar seorang asisten mahasiswa. Dalam film itu dia selalu menjadi bulan-bulanan mahasiswa pacarnya.
Lepas dari Jayakarta Grup di tahun 90-an, Jojon menyatu dengan grup lawak lain seperti Trio Patrio (Eko, Akri dan Parto), Bolot, Malih, Ulfa dan lain-lain. Tak beda dengan grup terdahulunya, Jojon tetap kembali menjadi objek penderita.
Apalagi ketika beradu dengan Bolot, Jojon kesal dengan muka meringis karena Bolot tak mendengar omongannya. Bahkan omongannya tersebut ditanyakan berkali-kali oleh Bolot.