Ini Alasan Mengapa Cincin Kawin Digunakan di Jari Manis, Ketahui Juga Perbedaan di Jari Kanan dan Kiri
Cincin kawin digunakan pada jari manis kita karena sejumlah alasan historis dan masih banyak diikuti hingga saat ini.
Cincin kawin telah menjadi simbol universal dalam pernikahan, tidak hanya di dunia Barat, tetapi juga di banyak budaya lain di seluruh dunia. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: mengapa cincin kawin dipakai di jari manis? Apakah ada alasan khusus di balik tradisi ini, dan mengapa beberapa orang memakainya di tangan kiri, sementara yang lain memilih tangan kanan? Mari kita telusuri sejarah dan makna filosofis di balik tradisi ini.
Asal Usul Pemakaian Cincin Kawin di Jari Manis
Dilansir dari Business Insider, tradisi memakai cincin kawin di jari manis sebenarnya memiliki sejarah panjang yang dapat dilacak hingga sekitar 450 tahun lalu. Asal usul pemakaian cincin di jari manis kiri berakar dari Gereja Anglikan pada tahun 1549. Saat itu, Gereja Anglikan ingin membedakan diri dari Gereja Katolik Roma setelah Reformasi. Sebelum Reformasi, sebagian besar umat Katolik di Eropa mengenakan cincin kawin di jari tangan kanan, karena tangan kanan dianggap sebagai simbol kekuatan dan keteguhan.
-
Kenapa cincin di jari manis dikaitkan dengan cinta? Jari manis secara tradisional dikaitkan dengan cinta dan hubungan, yang menjelaskan mengapa banyak orang memilih untuk mengenakan cincin pernikahan atau pertunangan di jari ini.
-
Kenapa cincin itu penting? Penemuan mengejutkan ini menjadi lebih luar biasa karena sangat sedikit cincin Pictish yang pernah ditemukan dan yang kita ketahui biasanya berasal dari tumpukan yang sengaja ditempatkan di tanah untuk diamankan dengan cara tertentu, kata Noble.
-
Apa arti dari cincin di jari telunjuk? Jari telunjuk sering diasosiasikan dengan kepercayaan diri, harga diri, dan kemampuan memimpin.
-
Bagaimana cincin di jari mencerminkan kepribadian? Setiap jari memiliki makna yang berbeda dan dapat mencerminkan sisi kepribadian Anda.
-
Kenapa batu cincin itu penting? Menurut Profesor Arslan, batu ini milik seorang tokoh terkemuka di kota tersebut dan digunakan sebagai meterai. 'Kami memperkirakan kota ini berdiri pada abad ke-2 atau ke-3 M, yang menunjukkan sejarahnya selama 1.600 hingga 1.700 tahun. Hal ini tentu saja membantu mengidentifikasi individu.
-
Mengapa cincin emas itu penting? Ini adalah temuan unik dan sangat mengharukan; bukan sesuatu yang kami temukan setiap hari,' kata tim arkeologi kepada Jerusalem Post.
Dalam The Book of Common Prayer yang disusun setelah perpecahan Gereja Inggris dengan Gereja Katolik, disebutkan bahwa cincin kawin harus diletakkan di "fowerth finger of the womans left hande," yaitu jari manis di tangan kiri. Tradisi ini dimaksudkan untuk menandai perbedaan antara praktik pernikahan di Gereja Anglikan dan Gereja Katolik, serta menjadi salah satu langkah simbolis untuk mempertegas identitas baru mereka.
Mitos "Vena Amoris" dan Fakta Ilmiahnya
Banyak yang percaya bahwa cincin kawin dikenakan di jari manis kiri karena adanya "vena amoris," atau "vena cinta," yang diyakini menghubungkan langsung jari ini dengan jantung. Mitos ini pertama kali dihubungkan dengan sejarah Mesir Kuno, yang dipercaya oleh banyak orang Romawi.
Appian dari Alexandria, seorang sejarawan Romawi, menulis bahwa orang Mesir percaya adanya saraf yang menghubungkan jari manis kiri dengan jantung, membuatnya disebut sebagai vena amoris. Namun, diketahui bahwa klaim ini tidak benar secara medis. Nyatanya, tidak ada pembuluh darah spesifik yang menghubungkan jari manis langsung ke jantung.
Konsep vena amoris dipopulerkan kembali oleh Levinus Lemnius, seorang dokter Belanda pada abad ke-16. Dia menulis bahwa cincin emas yang digosokkan di jari ini dapat mempengaruhi "hati perempuan" dan "menyegarkan sumber kehidupan." Namun, ini hanyalah pandangan medis yang keliru di zamannya, dan tidak ada dasar ilmiah untuk mendukung keyakinan ini.
Perbedaan Pemakaian Cincin di Tangan Kanan dan Kiri
Meskipun tradisi Barat umumnya meletakkan cincin kawin di tangan kiri, ada beberapa agama dan budaya yang justru menggunakan tangan kanan. Sebelum Reformasi Gereja Inggris, seperti yang dijelaskan oleh George Monger dalam bukunya Marriage Customs of the World: From Henna to Honeymoons (2004), umat Katolik biasanya mengenakan cincin kawin di jari manis kanan, karena tangan kanan dianggap sebagai simbol kekuatan dan otoritas. Hingga hari ini, beberapa negara Eropa seperti Norwegia, Jerman, dan Polandia masih mempraktikkan tradisi ini.
Sementara itu, dalam tradisi Yahudi, cincin pernikahan ditempatkan di jari telunjuk kanan selama upacara pernikahan, karena jari ini dianggap lebih terlihat oleh publik, dan kemudian cincin dapat dipindahkan ke jari lain setelahnya. Dalam tradisi Islam dan Hindu, meskipun cincin kawin tidak selalu menjadi bagian dari ritual pernikahan, beberapa pasangan tetap menggunakannya di tangan kiri atau kanan, tergantung preferensi dan adat setempat.
Pengaruh Agama dan Kebudayaan Lain
Selain pengaruh agama Kristen, tradisi pemakaian cincin kawin juga mengalami berbagai perubahan selama sejarah panjang umat manusia. Misalnya, pada zaman Quaker di Inggris, pemakaian cincin kawin sempat dilarang karena dianggap memiliki "asal-usul yang kafir." Pada abad ke-17, Parlemen Puritan di Inggris bahkan sempat melarang pemakaian cincin kawin karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran Kristen yang murni.
Namun, seiring berjalannya waktu, kebanyakan budaya dan agama di dunia, termasuk umat Katolik, telah mengadopsi tradisi pemakaian cincin kawin di jari manis kiri sebagai simbol persatuan dan komitmen dalam pernikahan.
Hari ini, cincin kawin tetap menjadi simbol yang kuat dalam pernikahan di berbagai belahan dunia. Tradisi ini telah berkembang jauh melampaui akar keagamaannya dan kini menjadi simbol universal cinta, kesetiaan, dan komitmen antara pasangan suami istri. Namun, meskipun banyak yang memakai cincin di jari manis kiri, ada pula mereka yang memilih mengenakannya di tangan kanan atau bahkan di jari lain, sesuai dengan keyakinan atau kebiasaan pribadi mereka.
Seiring dengan berkembangnya zaman, tradisi memakai cincin kawin tetap bertahan, baik sebagai simbol cinta maupun sebagai penanda sosial yang menghubungkan individu dengan budaya, agama, atau identitas tertentu. Terlepas dari di mana cincin itu dipakai — di jari kiri atau kanan — yang terpenting adalah makna mendalam yang tersimpan di baliknya.