4 Tokoh ini dulu hidup sederhana sampai sukses jadi jenderal
Walau sekelas jenderal pun, mereka harus tetap bekerja keras demi hidupnya. Terlebih jika jenderal terlahir dari keluarga pas-pasan. Mereka harus kerja keras untuk mencapai cita-citanya. Terbukti, berkat kerja keras akhirnya nasib mereka bisa berubah.
Hidup adalah perjuangan, tidak ada orang yang terlahir ke dunia langsung menjadi sukses tanpa usaha. Walau sekelas jenderal pun, mereka harus tetap bekerja keras demi hidupnya. Terlebih jika jenderal terlahir dari keluarga pas-pasan. Mereka harus kerja keras untuk mencapai cita-citanya.
Terbukti, berkat kerja keras akhirnya nasib mereka bisa berubah. Mereka berhasil jadi jenderal dengan usaha dan kerja kerasnya. Berikut ini kisah para jenderal yang dulu masa kecilnya hidup sederhana:
-
Apa yang dilakukan Menhan Prabowo Subianto bersama Kasau Marsekal Fadjar Prasetyo? Prabowo duduk di kursi belakang pesawat F-16. Pilot membawanya terbang pada ketinggian 10.000 kaki.
-
Apa yang dilakukan Aira Yudhoyono bersama kakeknya, Susilo Bambang Yudhoyono? Mereka menikmati waktu bersama dengan penuh keasyikan, saling memperhatikan berbagai hal di sekitar mereka!
-
Kenapa Prabowo Subianto dan Jenderal Dudung menggandeng tangan Jenderal Tri Sutrisno? Momen ini terjadi ketika ketiga jenderal tersebut sedang berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan atau tempat digelarnya gala dinner seusai mengikuti rangkaian parade senja atau penurunan upacara bendera merah putih.
-
Dimana Inul Daratista dan Adam Suseno bertemu dengan Presiden Soeharto? Foto lawas yang diambil pada tahun 2003 ini menunjukkan momen ketika Inul dan Mas Adam diundang oleh Ibu Titiek Soeharto, sehingga mereka juga berkesempatan bertemu dengan Bapak Presiden Soeharto.
-
Kapan Try Sutrisno menjadi ajudan Presiden Soeharto? Berkat rekam jejaknya di bidang militer, pada tahun 1974 Try terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
Budi Waseso
Komjen (Purn) Budi Waseso menceritakan perjuangan hidupnya yang penuh dengan keterbatasan. Mantan Kepala BNN yang saat ini menjabat sebagai Dirut Bulog menceritakan sewaktu masih berpangkat Kapten, Buwas menjadi tukang ojek dengan memanfaatkan motor Vespa yang dia beli dari temannya seharga Rp 350 ribu untuk ngojek.
Dirinya ngojek di kawasan pasar Induk Pasar Rebo, Jakarta Timur. Tiap pulang bertugas, Buwas mencari sewa penumpang. Uang yang ia dapat untuk memenuhi kebutuhannya sehari mulai dari ongkos hingga rokok.
"Saya berpikir bagaimana caranya gaji saya sebagai Polisi itu hanya untuk keluarga. Sementara untuk rokok dan uang bensin harus saya cari sendiri," ujarnya dengan suara serak.
Selain mengojek, Buwas juga pernah menjadi calo bahan bangunan. Biasanya saat mengojek apabila melihat ada perumahan yang sedang dibangun, dia langsung menghampirinya dan berbicara dengan sang mandor untuk menawarkan bahan bangunan, seperti pasir, semen dan batu bata. Setiap menjual bahan bangunan, Buwas mengambil selisih Rp 5.000 dan uangnya untuk tabungan.
"Lumayan bisa dapat untung Rp 5.000. Jadi mereka mesan apa, saya carikan harga yang termurah. Modalnya kejujuran, kalau ada niat pasti ada jalan," jelasnya.
Jenderal Sutarman
Mantan Kapolri Jenderal Sutarman, sewaktu kecil sudah menjadi laki-laki yang pekerja keras. Jika anak sebayanya usai pulang sekolah langsung bermain lain dengan Sutarman kecil, dia memilih langsung terjun ke sawah untuk menggembalakan kerbau. Sebab Tarman sadar, dirinya berasal dari keluarga kurang mampu di kampungnya Dukuh Dayu RT 03 RW XI, Kelurahan Tawang, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.
Pawiro Miharjo, ayah Sutarman mengatakan anaknya memang tipikal pria yang tak mau menambah beban orang tuanya. Segala macam pekerjaan digeluti Tarman agar dapur orang tuanya ngebul. Dari kuli bangunan, mencangkul di sawah, ataupun pekerjaan berat lainnya, semua pekerjaan itu dilakukan usai pulang.
Panglima TNI Hadi Tjahjanto
Panglima TNI Hadi Tjahjanto hidup dari keluarga yang sangat sederhana. Cerita perjalanan hidup Hadi Tjahjanto tersebut tertuang dalam buku berjudul Kisah Anak Sersan Menjadi Panglima. Dalam buku tersebut diceritakan demi tetap bersekolah Hadi kecil harus membantu ayahnya, yang hanya seorang teknisi pesawat bergaji pas-pasan, menjadi kisah yang sangat luar biasa.
Sang Panglima juga pernah menjadi seorang Cady hingga pembuat kue donat. Meski getir, namun tidak sampai menjadi ratap tangis. Buktinya Hadi dapat mencapai cita-citanya dan berhasil menjadi Panglima TNI yang ramah namun dihormati dan disegani.
Kesederhanaan SBY
Sepak terjang Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai militer maupun politikus begitu bersinar. Namun siapa menduga SBY berasal dari keluarga sederhana yang tinggal di sebuah desa di Pacitan, Jawa Timur menjadi seorang jenderal. Saat kecil, dia bermimpi untuk dapat meneruskan darah sang ayah menjadi prajurit AD. Impian ini tercapai pada 1970 usai mengikuti tes penerimaan di Bandung, Jawa Barat.
Setelah menjalani pelatihan, prestasi yang dicatatnya membuat Gubernur Akmil Sarwo Edhie kagum. Atas alasan itu pula, Sarwo Edhie rela melepaskan tanggung jawabnya sebagai ayah Ani kepada SBY. Keduanya kemudian menikah pada 1975. Setelah menikah, SBY dan Ani tidak lantas bisa hidup mewah, mereka menjalani bahtera rumah tangganya dengan sangat sederhana. Gaji yang diberikan SBY kepada sang istri tidak sepenuhnya cukup, bahkan Ani harus mencari tambahan di luar militer.
Meski hidup serba pas-pasan. Namun keduanya berusaha memberikan gizi terbaik bagi kedua putranya, Agus Harimurti dan Edhie Baskoro. Padahal, jabatan yang diemban SBY cukup baik, yakni Komandan Batalyon. Kesederhanaan yang dijalani keduanya berlanjut hingga SBY ditugaskan ke Timor Timur ada 1976. Ani sampai harus menjual seluruh peralatan rumah tangganya. Hal itu dia lakukan untuk memenuhi kehidupan selama di medan tempur, selain itu barang-barang tersebut tak bisa dibawa ke medan tugas suaminya.
(mdk/has)