5 Kisah menarik blusukan Soeharto
Soeharto langsung mencatat apa yang didengarnya saat blusukan. Karena tak ada meja, punggung ajudan pun jadi alas.
Sebelum Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dikenal karena blusukan, Presiden kedua Indonesia Soeharto sudah blusukan lebih dulu. Untuk memastikan hasil-hasil pembangunan di awal pemerintahan Orde Baru, Soeharto gemar blusukan ke daerah. Dia berkunjung ke pelosok-pelosok melihat langsung kondisi rakyat Indonesia.
Banyak cerita menarik saat Soeharto blusukan dan menyapa langsung rakyat Indonesia. Soeharto akan langsung mencatat segala informasi yang diterimanya. Nah, karena tak ada meja atau permukaan yang rata, Soeharto pernah meminta ajudannya membungkuk. Di punggung ajudan itu Soeharto langsung menulis.
Di awal kekuasaannya Soeharto rajin blusukan tanpa kenal lelah. Seperti ditulis dalam autobiografi Soeharto Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya yang diterbitkan Cipta Lamtoro Gung Persada.
"Tentu saja saya pun kadang-kadang merasa capek, karena hilir mudik dari sana ke mari lewat daratan, terbang dari satu tempat ke tempat lainnya untuk memulai dengan pembangunan yang baru dan mengontrol pembangunan yang sedang berjalan, dan lelah pula karena memeras otak. Tetapi saya tidak boleh mengeluh, apalagi menyerah. Pembangunan adalah perjuangan yang sengit," kata Soeharto.
Seperti apa kisah-kisah blusukan Soeharto?
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Kapan Soeharto mendapat gelar Jenderal Besar? Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.
-
Kapan Soeharto dipanggil 'monyet'? Saat Perang kemerdekaan, Kolonel Gatot Soebroto memerintahkan Mayor Soeharto untuk bertahan di puncak sebuah bukit yang strategis.
-
Kenapa Soeharto selalu tersenyum? Presiden Indonesia Kedua Soeharto dikenal dengan sebutan ‘The Smiling General’ atau Sang Jenderal yang Tersenyum. Ini karena raut mukanya senantiasa tersenyum dan ramah.
-
Bagaimana Soeharto menghadapi serangan hoaks? Soeharto menganggap, pemberitaan hoaks yang menyerang dirinya dan keluarganya sebagai ujian. "Tapi tidak apa-apa, ini saya gunakan sebagai suatu ujian sampai di mana menghadapi semua isu-isu yang negatif tersebut. Sampai suatu isu tersebut sebetulnya sudah merupakan penfitnahan," ungkap Soeharto. Meski sering diserang hoaks, Presiden Soeharto memilih berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ditambah dengan senyum dan canda tawa.
-
Apa yang pernah dititipkan Soeharto kepada Sudjono Humardani? Ceritanya pada tahun 1967, Sudjono pernah diberi tugas oleh Soeharto untuk meminjam topeng Gadjah Mada yang disimpan di Pura Penopengan Belah Batu Bali.
Berbekal sambal teri dan kering tempe Ibu Tien
Soeharto blusukan keliling Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah serta kawasan lain. Dia tidak pernah makan di restoran atau minta dijamu pejabat setempat. Rombongan kecilnya memasak nasi sendiri.
"Untuk urusan logistiknya, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu Tien membekali dengan sambal teri dan kering tempe," kata mantan ajudan Soeharto, Try Sutrisno dalam buku Pak Harto The Untold Stories yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama.
Try mengaku kondisi saat blusukan cukup memprihatinkan. Dia heran seorang Presiden kok nerimo saja kondisi seperti itu. Soharto bahkan terlihat senang blusukan.
"Saya melihat Pak Harto sangat menikmati perjalanan keliling desa itu," kata Try.
Curi informasi dari petani
Tahun 1965, inflasi Indonesia mencapai 500 persen. Harga beras naik 900 persen, defisit anggaran belanja mencapai 300 persen dari pemasukan negara. Indonesia benar-benar di ambang kebangkrutan.
Setelah dilantik menjadi pejabat presiden tahun 1967, Soeharto berkeliling daerah. Dia mengumpulkan informasi dari petani. Soeharto sadar pertanian dan swasembada pangan menjadi kunci utama untuk memperbaiki perekonomian. Dari berkeliling itu dia tahu apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pangan. Dari situ dirumuskannya Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun
"Perencanaan pembangunan lima tahun pertama dari tahun 1969-1974 adalah pembangunan pertanian dengan industri yang mendukungnya. Sasarannya cukup sederhana yaitu: cukup pangan, cukup sandang, cukup papan, cukup lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan kemampuan," kata Soeharto.
Menyamar dan rahasia
Presiden kedua RI Soeharto sering melakukan incognito atau penyamaran. Pak Harto blusukan keliling daerah terpencil untuk melihat hasil-hasil pembangunan.
Biasanya saat melakukan kunjungan tidak resmi tersebut, Soeharto hanya ditemani ajudan, satu atau dua pengawal dan dokter pribadi. Hal ini dikisahkan mantan ajudan Soeharto yang akhirnya menjadi Wapres, Jenderal (Purn) Try Soetrisno.
"Pak Harto selalu melakukan incognito. Pak Harto selalu berpesan tidak boleh ada satu pun yang tahu
kalau Pak Harto mau melakukan incognito," ujar Try dalam buku Pak Harto, The Untold Stories.
Kunjungan mendadak itu pun sering membuat pejabat setempat kalang kabut karena tidak tahu. Soeharto memang tidak pernah memberi tahu akan melakukan kunjungan.
Makan dan tidur di rumah penduduk
Soeharto tak pernah tidur di hotel saat blusukan. Dia memilih tinggal di rumah penduduk atau tidur di rumah kepala desa. Dari sana tergambar kedekatan Soeharto dengan rakyatnya.
Soeharto pun langsung berbincang dengan rakyat tanpa perantara. Dia mencatat semua informasi dari rakyat kecil di daerah.
"Presiden mencatat semuanya. Secara objektif diketahui daerah mana yang telah berhasil dan daerah mana yang perlu ditingkatkan. Semua dicek ulang di dalam rapat kabinet. Dengan begitu menteri tidak bisa berbohong. Kalau jelek ya harus dibilang jelek, kalau bagus ya dibilang bagus karena Pak Harto mengetahuinya," kenang Try.
Blusukan tinjau limbah Jakarta
Tak cuma masalah pangan, Soeharto juga blusukan untuk meninjau pencemaran di Teluk Jakarta. Dia mengajak Emil Salim, naik kapal. Pada Emil Soeharto memperlihatkan air di Tanjung Priok yang berwarna hitam.
"Anda lihat ini kotor sekali. Ini baru kita bangun sepuluh tahun lalu, sekarang sudah menjadi seperti ini. Terbayangkah kondisinya 20 tahun lagi jika terus dibiarkan seperti ini," kata Soeharto.
"Bukan di sini saja seperti ini, di kampung saya juga. Sungai yang dulu jernih sehingga saya dapat memandikan kerbau sampai bersih, sekarang airnya sudah kotor, Anda bisa kan membantu saya mengurusi lingkungan hidup?" kata Soeharto.
Ternyata itu adalah permintaan Soeharto agar Emil Salim menjadi menteri lingkungan hidup.
Baca juga:
Juru kunci Astana Giribangun beberkan mistis makam Soeharto
4 Tradisi spiritual dan kebatinan Pak Harto
4 Cerita menarik Soeharto dan hobinya memancing
5 Prinsip hidup kunci sukses Soeharto
Enak sekarang atau zaman Soeharto?