5 Kisah mengharukan Mary Jane yang akhirnya batal dieksekusi mati
Saat menanti detik-detik akhir hukuman mati, Presiden Jokowi tiba-tiba saja bermurah hati memaafkan Mary.
Terpidana mati asal Filipina, Mary Jane Fiesta Veloso batal dieksekusi mati. Mary dijebloskan ke penjara karena tertangkap membawa 2,6 kg sabu dalam tasnya.
Saat menanti detik-detik akhir hukuman mati, pemerintah tiba-tiba saja bermurah hati memaafkan Mary. Mary sendiri sudah dipindahkan dari Lapas Wirogunan Yogyakarta ke Nusakambangan pada Jumat (24/4) malam.
Sebelum berangkat Mary Jane sempat berdoa bersama dua petugas lapas Wirogunan yang kebetulan juga beragama Katolik. "Dia tidak menangis, dia malah sempat berdoa bersama dua anak buah saya, kebetulan sama-sama Katolik," ujar Kalapas Wirogunan, Zaenal Arifin.
Keharuan sebelum diberangkatkan ini adalah satu dari sekian banyak keharuan Mary Jane selama di lapas. Di lapas Mary Jane kerap kali meneteskan air mata, apa sebabnya? Berikut adalah lima ceritanya:
-
Kenapa Mary Manuel mewariskan semua hartanya ke Gemeente Madiun? Dalam surat wasiat itu tertulis bahwa ia mewariskan semua hartanya ke Gemeente Madiun.
-
Di mana Nunuk Maryati berkebun? Warga Kelurahan Kuciran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang ini memang menyulap rooftopnya menjadi penyedia bahan pokok makanan seperti sayur sampai ikan segar.
-
Apa harta benda yang dimiliki oleh Mary Manuel? Mary Manuel merupakan perempuan kaya raya. Ia memiliki saham sebesar 80.000 gulden di Indischeleening dan permata seharga 5.000 gulden.
-
Siapa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo? Kartosoewirjo merupakan tokoh populer di balik pemberontakan DI/TII pada tahun 1948.
-
Dimana Mary Manuel tinggal di Madiun? Selama di Madiun, Mary dan keluarganya tinggal di kawasan pemukiman Eropa bernama Loji Residentielaan.
-
Kapan Marietje meninggal? Marietje van Oordt alias Ellen Simpson meninggal pada 13 Maret 1974 pada usia 77 tahun.
Diberi Rosario
Dalam kunjungannya ke Lapas Wirogunan, Yogyakarta, Selasa (31/3), rombongan Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Filipina memberi Mary Jane sebuah Rosario yang merupakan sarana untuk berdoa bagi umat Katolik. Selain itu, mereka juga memberikan uang sebesar Rp 1,5 juta dan sebuah kamus Inggris-Tagalog.
Kalapas Wirogunan, Zaenal Arifin mengatakan dia hanya mengetahui barang-barang yang diberikan pada Mary Jane. Sementara soal isi perbincangan Mary Jane dengan rombongan pemerintah Filipina dia tidak tahu.
"Saya tidak paham apa yang mereka bicarakan pakai Tagalog," katanya.
Meski demikian dari apa yang dia lihat, Mary Jane tampak senang mendapat kunjungan dari pemerintah Filipina. Saat berbicang-bincang tampak berapa kali Mary Jane tertawa.
"Tadi ketawa-tawa orangnya, dia tadi dikasih kalung Rosario, uang dan juga kamus," ungkapnya.
Menurutnya saat ini Mary Jane sudah tahu perihal penolakan PK yang diajukannya. Mary Jane tahu dari keluarganya di Filipina saat menghubungi lewat telpon.
"Waktu pertama, keluarganya sempat menyangka Mary Jane akan dieksekusi pada 27 Maret, tapi setelah lewat tanggal 27, Mary Jane menelepon. Saat itu Mary Jane diberitahu PK-nya ditolak," jelasnya.
Saat mengetahui PK-nya ditolak Mary Jane menangis. Namun tak berselang lama dia sudah kembali seperti biasa. "Sekarang sudah biasa," tandasnya.
Menangis di persidangan
Mary Jane Fiesta Veloso (30) terpidana mati warga negara Filipina menangis dalam persidangan pemeriksaan permohonan PK di PN Sleman, Rabu (4/3). Dia menangis ketika diajak berdoa oleh Pastor Bernhard Kieser dari Gereja St Antonius Kotabaru, yang menjadi saksi dalam persidangan tersebut.
Seusai memberikan kesaksian, dia diminta Hakim Ketua Marliyus MS, untuk berdoa bersama dengan Mary Jane. Dia pun kemudian membimbing Mary Jane berdoa dalam bahasa Indonesia.
Di tengah doa tersebut Mary Jane menangis tersedu-sedu sembari berusaha terus melafalkan doa.
"Ampunilah kami, seperti mana pun kami mengampuni yang bersalah kepada kami, jangan masukan kami ke dalam percobaan" ucap Mary Jane sambil terisak.
Setelah doa selesai, Romo Bernhard pun kemudian meninggalkan ruang sidang. Dalam kesaksiannya, Romo Bernhard mengaku sudah mengenal Mary Jane sejak tahun 2011, saat dia melayani narapidana yang beragama Katolik di Lapas Narkotika Pakem.
Saat itu dia mengetahui bahwa Mary Jane tidak bisa berbahasa Indonesia atau pun bahasa Inggris. "Sangat sulit (berbahasa Inggris dan Indonesia)," kata Romo Bernhard di persidangan, Rabu (4/3).
Dia pun mengungkapkan saat itu dia nyaris tidak berkomunikasi dengan Mary Jane. Dia hanya datang mengajak berdoa bersama meski Mary Jane tidak memahami doanya.
"Pertemuan kami sangat singkat, 5 menit saja, saya mengutarakan kepada seorang yang terdakwa dukungan. Sejauh mana dia menangkap, saya tidak tahu," tandasnya.
Topik pilihan: Hukuman Mati | Kontroversi Hukuman Mati
Di Filipina lulusan SMP jadi PRT
Terpidana mati Mary Jane Fiesta Veloso (30) warga negara Filipina, ternyata berprofesi sebagai seorang pembantu rumah tangga (PRT) di negaranya. Mary Jane yang hanya lulus pendidikan setara SMP tidak lagi melanjutkan pendidikan dan kemudian bekerja.
Cerita terlibatnya Mary Jane dalam sindikat penjualan narkotika internasional ketika dia bertemu dengan seseorang bernama Christine. Saat itu Mary Jane dijanjikan akan diberikan pekerjaan oleh Christine jika mau membawa sebuah koper ke Indonesia.
Saat bertemu dengan Christine di Malaysia, Mary Jane kemudian diberi uang sejumlah USD 500 untuk keperluannya selama di Indonesia. Dengan uang tersebut Mary Jane pun kemudian terbang ke Yogyakarta dengan menggunakan pesawat AirAsia.
Dari fakta tersebut Penasehat Hukum Mary Jane, Agus Salim mengatakan bahwa Mary Jane hanyalah korban dari sindikat lalu lintas narkotika internasional.
"Mary Jane adalah korban sindikat lalu lintas narkotika internasional. Terdakwa diperalat untuk mengantarkan narkotika ke Indonesia dengan diiming-imingi pekerjaan," katanya dalam persidangan peninjauan kembali di PN Sleman, Selasa (3/3).
Fakta tersebut juga yang dijadikan bahan untuk melakukan peninjau kembali putusan hukuman mati yang dijatuhkan kepada Mary Jane.
"Kami memohon supaya fakta ini bisa dijadikan bahan untuk mempertimbangkan kembali putusan PN Sleman terhadap terdakwa Mary Jane, selain itu mengingat usia terdakwa yang masih muda memungkinkan terdakwa untuk berubah lebih baik," tandasnya.
Topik pilihan: Hukuman Mati | Kontroversi Hukuman Mati
Main sama anak
Keluarga terpidana mati Mary Jane Fiesta Veloso diam-diam sudah mengunjungi Mary Jane di lapas Wirogunan Yogyakarta pada hari Kamis (19/2) sampai Sabtu (21/2). Menurut pihak Kejaksaan Tinggi Negeri Yogyakarta, selama berkunjung keluarga Mary Jane selalu didampingi dari pihak Kejaksaan, perwakilan kedutaan besar Filipina dan seorang rohaniawan bernama Ignatius Suryadi.
Menurut Jaksa Penuntut Umum kasus Mary Jane, S Anggraeni, keluarga Mary Jane yang datang yaitu Cesar S Veloso Ayahnya, Culin Veloso Ibunya, Maritas Laurante saudara perempuannya dan Mark Daniele dan Mark Daren kedua anaknya.
"Kami kemarin hanya mendampingi saja, mereka bertemu sejak Kamis sampai Sabtu kemarin, ada orang tuanya, anaknya, kakak perempuannya tapi suaminya enggak ada," katanya pada wartawan, Senin (23/2).
Kunjungan tersebut merupakan kunjungan kedua kalinya sejak Mary Jane ditahan. Pertama kali Mary Jane dikunjungi ketika dia masih berada di lapas Narkotika Pakem, Sleman, dan yang kedua di Lapas Wirogunan.
"Mary Jane senang melihat keluarganya berkunjung. Dia sempat bermain-main dengan kedua anaknya. Kelihatan kangen sekali, anak-anaknya dipeluk berkali-kali," ujarnya.
Sementara itu pihak kedutaan Filipina, Ramon CM yang datang mendampingi berharap eksekusi mati Mary Jane ditunda.
"Pihak kedutaan Filipina bilang minta supaya ditunda, mereka bilang mereka menghargai hukum di Indonesia, tapi kalau bisa ditunda," tandasnya.
Topik pilihan: Hukuman Mati | Kontroversi Hukuman Mati
Batasi penjenguk
Terpidana mati Mary Jane Fiesta Veloso (30) warga negara Filipina membatasi diri dari penjenguknya di Lapas Wirogunan Yogyakarta. Pembatasan tersebut dilakukan supaya tidak ada kejadian-kejadian janggal lagi seperti yang terjadi saat persidangan permohonan PK di PN Sleman, Rabu (5/3) kemarin.
Menurut Kalapas Wirogunan, Zaenal Arifin, Mary Jane sendiri nantinya yang akan memberikan lima nama temannya yang boleh menjenguknya di Lapas. Namun sampai saat ini Mary Jane masih memikirkan lima nama temannya tersebut.
"Dia masih mikir, siapa yang boleh jenguk. Nanti kalau kita yang tentukan malah salah, setelah dipilih, ternyata malah enggak datang. Jadi biar Mary Jane yang menentukan kira-kira siapa temannya yang mungkin akan menjenguk," terangnya pada wartawan di Lapas Wirogunan, Kamis (5/3).
Sementara itu ketika ditanya tentang kondisi Mary Jane pasca sidang permohonan PK, Zaenal mengatakan kondisi Mary Jane biasa saja.
"Kondisinya biasa saja, orangnya memang pendiam. Tadi ini sudah ketawa-ketawa mikir siapa yang bisa jenguk dia," tambahnya.
Dalam keseharian di Lapas, Mary Jane paling suka bermain voli untuk mengisi waktu luang di Lapas. Selain itu dia juga senang ikut permainan tradisional gobak sodor bersama temannya. Dia menempati kamar di blok C bersama dua temannya.