5 Mahasiswa UB Malang berhasil buat listrik dari tanaman padi
Listrik alternatif ini cocok dikembangkan di daerah yang terdapat banyak area persawahan dan belum teraliri listrik.
Energi listrik menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia, bahkan nyaris tidak bisa dipisahkan. Namun sayang, belum seluruh wilayah Indonesia teraliri listrik. Saat ini tercatat 19 persen dari wilayah Tanah Air belum bisa menikmati listrik.
Sudah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut, sayangnya masih terkendala biaya tinggi serta proses yang rumit. Selain itu juga karena wilayah Indonesia yang terlalu luas.
Kondisi tersebut yang melatarbelakangi lima mahasiswa Keteknikan Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB) merancang inovasi e-Paddy. Yakni tanaman padi di persawahan melalui sebuah proses akan menghasilkan listrik, yang dapat menjadi solusi untuk daerah tertinggal.
Kelima mahasiswa tersebut adalah Dheniz Fajar Akbar (TBP 2014), Lisa Normalasari (TEP 2012), Yogan Surya Tirta (TEP 2012), Tiara Wiranti (TEP 2012) dan Hamdan Mursyid (TBP 2014) di bawah bimbingan Dewi Maya Maharani.
Prinsip dasar yang digunakan dalam penelitian sebenarnya sederhana yaitu dengan menggabungkan prinsip fisika dan biologi. Prinsip biologi yang digunakan adalah proses fotosintesis yang dialami seluruh tumbuhan.
"Umumnya tanaman akan menyerap sinar matahari dan menghasilkan glukosa (C6H1206) dan oksigen (O2) melalui proses fotosintesis. O2 yang dihasilkan akan terlempar bebas ke udara," kata Dheniz Fajar Akbar di Universitas Brawijaya, Senin (17/5).
Adapun glukosa yang dihasilkan akan diserap oleh tanaman sebesar 30 persen. Sementara 70 persen sisa glukosa yang tidak terserap kemudian akan dikonsumsi oleh mikroorganisme dalam tanah dan terurai menjadi CO2, H2O dan elektron.
Berdasarkan prinsip fisika, tim akan memasang katoda dan anoda di sekitar tanaman padi. Anoda yang ditanam dalam tanah akan menangkap elektron. Sementara katoda diletakkan di luar tanah.
Kedua anoda dan katoda ini terhubung oleh sebuah kabel yang mengalirkan elektron. Pergerakan elektron inilah yang kemudian akan menghasilkan listrik.
"Semakin banyak penyiraman dan pemberian kompos akan menghasilkan peningkatan produksi elektron hingga menghasilkan tegangan listrik yang makin tinggi," tegasnya.
Ini juga berarti makin tua umur padi akan makin banyak menghasilkan elektron. Tim menggunakan padi jenis IR-64 yang banyak ditemui dengan umur 25 sampai 30 hari.
Berdasarkan penelitian tim, 20 batang padi menghasilkan 331.6 mV dengan penyiraman 500 ml air dan pemberian kompos 5 persen dari massa tanam dalam pot.
Ke depan tim berharap penelitian ini dapat diaplikasikan ke berbagai daerah, terutama di desa yang belum teraliri listrik tetapi memiliki areal persawahan yang memadai.