80 Persen Sampah Plastik di Lautan Berasal dari Negara Kemiskinan Tinggi
"Sebenarnya apa yang kita harus selesaikan terlebih dahulu. Nomer satu, masalah kemiskinan," kata David Katz.
Hal itu disampaikan oleh David Katz pendiri atau CEO dari Plastic Bank
80 Persen Sampah Plastik di Lautan Berasal dari Negara Kemiskinan Tinggi
Ia menerangkan, bahwa sebenarnya untuk mengatasi polusi sampah plastik terutama di laut tidak lepas dari soal kemiskinan di belahan dunia. Karena, banyak daerah-daerah miskin seperti di Negara-negara berkembang tidak memiliki fasilitas pengelolaan sampah dan pengumpulan tempat sampah.
- Dava MCI 7 Meninggal di Usia 24 Tahun Diduga karena Asam Lambung, Begini Potret Kenangannya
- Kembangkan SDM UMKM, Pemkot Bontang Gelar Bimtek pengemasan dan pemasaran Hasil Laut
- Jumlah Pelamar CPNS Tembus 960.038 Orang, Ini Dia Instansi Paling Ramai dan Sepi Pendaftar
- Dampak Membakar Sampah Plastik bagi Lingkungan, Bisa Tingkatkan Pencemaran Udara
"Sebenarnya masalah kemiskinan dan polusi plastik kenapa saling berhubungan karena di wilayah yang banyak masyarakat komunitas miskin itu memang fasilitas dan pengumpulan dan pengelolaan sampah plastik masih kurang," jelas David.
"Jadi, masyarakat tidak punya tempat membuang sampahnya dan pada akhirnya dibuang sungai, ke selokan dan bahkan dibakar. Jadi memang di daerah-daerah seperti itu sampah plastik kemudian bocor ke sungai dan ke lautan," ujarnya.
Ia juga menyebutkan, bahwa ada penelitian yang menyatakan ada 10 sungai terkotor di dunia dan itu ada di Negara-negara berkembang.
"Jadi ada penelitian yang meneliti 10 sungai terkotor di dunia dan itu semua ada di Negara-negara berkembang yang ada di wilayah komunitas masyarakat miskin. Sungai-sungai kotor memang ada di daerah miskin," ujarnya.
"Sebenarnya apa yang kita harus selesaikan terlebih dahulu. Nomer satu, masalah kemiskinan. Kalau tidak penyelesaian isu kemiskinan bagaimana kita bisa memberikan pendidikan kalau kita tidak bisa menyelesaikan masalah kemiskinan dulu," ujarnya.
"Apa kalian pernah lapar, kalau lagi lapar kepikiran tidak sama orang lain. Jadi, di dunia ini kita suka menyalahkan, kadang (soal sampah) menyalahkan Negara Indonesia, Filipina, tapi sebenarnya tidak ada yang fokus menyelesaikan masalah kemiskinan itu sendiri," ungkapnya.
Selain itu, dia menyebutkan untuk di Indonesia sendiri ada 3,7 juta orang di komunitas pemulung yang hidup dibawah garis kemiskinan.
"Jadi mereka itu hanya bisa hidup dari hari ke hari. Dan hari ini apa ada yang bisa dimakan (atau) tidak dan hari ini dapat apa?. Kalau plastic bank kita melihat isu yang harus diatasi awalnya adalah polusi plastik di laut. Tapi, sebenarnya itu berkaitan dengan kemiskinan itu sendiri. Karena kemiskinan itu yang menyebabkan (sampah plastik) bocor ke lautan," ujarnya.
"Plastic Bank di Indonesia sudah (memiliki) 13.900 anggota yang aktif mengumpulkan sampah plastik. Kita sudah ada 230 mitra gudang pengepul yang menjadi partner kita. Plastic Bank Indonesia berdiri dari 2019 dan sudah sekitar empat tahun lebih kita ada di sini. Komunitas kita sudah berkontribusi mengumpulkan lebih dari 50 juta kilo gram sampai plastik (sejak berdiri ) itu total yang sudah dikumpulkm oleh komunitas kita,"
kata David Katz.