Ajak siswi SMK minum arak di kafe, pemangku adat disidang warga
"Saya dibawa ke Kafe untuk minum-minum. Saya tidak kuat bau minuman arak dan tuak," ujar Komang.
Di tengah kesibukan warga mempersiapkan upacara pecaruan untuk melakukan pembersihan alam lingkungan rumah masing-masing, justru dipusingkan ulah kelian adatnya yang melarikan anak gadis di bawah umur. TN (37) kelian banjar di Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali harus berhadapan dengan tokoh-tokoh adat di desanya lantaran ketahuan melarikan gadis tetangganya yang masih di bawah umur.
Itu terjadi setelah seluruh warganya mendatangi rumahnya secara beramai-ramai. Syukurnya saat itu TN sedang tidak ada di tempat, sejumlah tokoh adat dan prajuru adat berusaha menenangkan warga dan mencoba menggiring warga ke sebuah balai banjar untuk melakukan rembuk.
Kabarnya, TN yang sudah 4 tahun menjabat sebagai Kelian Banjar ini membawa kabur anak gadis tetangganya, Komang AP (15), siswa kelas 1 di salah satu SMK di Jembrana.
"Sudah sejak semalam anak saya diajak keluar sama kelian cabul itu. Hingga sekarang belum juga pulang, anak saya memang sebelum berangkat sempat pamitan mau keluar ngantar pak kelian," ucap orangtua korban, Jumat (20/3) di Mendoyo Jembrana, Bali.
Tidak berselang lama, Komang datang dengan diantar kawan sekolahnya. Langsung saja dirinya didudukkan di Balai Banjar. Dari pengakuannya, ia dipulangkan pukul 04.00 pagi, itupun setelah dirinya memaksa untuk minta pulang.
"Saya dibawa ke Kafe untuk minum-minum. Saya tidak kuat bau minuman arak dan tuak. Saya sempat maksa diantar pulang, tetapi justru dibawa ke kafe lainnya," cerita Komang AP di hadapan prajuru adat.
Warga yang berang dengan pengakuan Komang, sontak saja berkeliling mencari Kelian Banjarnya yang cabul ini. Kurang lebih selama 1,5 Jam, TN berhasil di hadapan warga untuk diadili secara adat.
"Kami menuntut kelian banjar ini mundur dari jabatannya dan digantikan kelian banjar baru. Jika para pajuru adat tidak bisa memutuskan, kami akan menggiring pihak keluarga Komang untuk dibawa kasusnya ke Polisi," ancam warga di balai Banjar, Jumat (20/3).
Di hadapan pemuka adat, TN mengaku hanya mengajak Komang sebatas untuk menemani saja. "Awalnya saya hanya minta mengantarkan ke kafe, tetapi saya ajak nemani dia mau. Hanya nemani saya, tidak ada yang aneh," kilah TN yang disambut sorakan dan bully oleh warga.
Kepala Desa Yehembang Kauh I Ketut Musita, yang hadir saat itu akan menyerahkan sepenuhnya pada keputusan adat setempat. "Dari awal saya sudah sering ingatkan dan tegur oknum kelian kami. Tetapi tidak pernah didengarkan, kebiasaan minum-minuman sangat tidak tepat dalam posisinya sebagai kelian Banjar," ucap Musita.