Banyak relawan dinilai bak politisi, mendukung demi incar jabatan
"Tidak ada makan siang gratis," kata Siti Zuhro.
Peneliti politik LIPI Siti Zuhro mengapresiasi munculnya generasi muda yang berpartisipasi dalam hajat besar politik baik pilkada maupun Pemilu sebagai relawan salah satu kandidat kepala daerah.
"Dengan munculnya orang muda yang turun di pemilu sebagai relawan dan sebagainya harus menghadirkan (nuansa) segar," ujar Siti Zuhro saat menghadiri Diskusi Publik Jalur Perseorangan, Penguatan Demokrasi atau Deparpolisasi di Jakarta, Rabu (30/3).
Awalnya, relawan menurut Siti Zuhro, sangat membantu sistem demokrasi kita. Namun, Dia menyayangkan adanya relawan yang menyimpang dari kerelaannya yang dapat disaksikan pada pemilihan presiden 2014 lalu yang berujung menginginkan juga kekuasaan.
"Karena relawan itu sudah disimpangkan oleh para relawan. Yang tidak rela banyak. Sehingga mengganggu menurut saya ketika sudah dilantik," tambahnya.
Lebih lanjut, Siti Zuhro mengatakan bahwa relawan saat ini tidak bekerja tanpa pamrih. "Tidak ada makan siang gratis. Artinya mereka juga berpikir kalau kamu menang berarti tolonglah saya diberi reward," paparnya.
Siti juga mengungkapkan bahwa relawan, sebagian besar kini sudah bertranformasi seperti politisi. Menjadi relawan untuk berpijak mencapai kekuasaan yang diinginkan. "Bagaimana ujung-ujungnya dia menjadikan pilkada sebagai stepping stone (batu loncatan). Relawan juga menginvestasikan itu," imbuhnya.
Menanggapi adanya lembaga survei yang juga merupakan relawan, Siti mengingatkan KPU untuk jeli melihat hal tersebut. Karena KPU memiliki otoritas untuk mengatur hal tersebut dan memberikan penalti atau sanksi apabila ada lembaga survei partisan.
Siti Zuhro juga menambahkan bahwa lembaga survei yang juga sebagai relawan seharusnya bergerak hanya di internal partai atau perseorangan karena akan mengganggu konsentrasi dan menjadi bias di masyarakat. Hasil surveinya pun hanya dipublikasikan untuk internal.
"Ketimbang nanti melakukan kebohongan publik," tambahnya.
Baca juga:
Seskab soal Helmy jadi dubes: Dia relawan tapi lihat track record
Jokowi bantah bagi-bagi posisi Dubes dan komisaris BUMN buat relawan
Jadi Dubes, relawan bantah sebagai upah dukung Jokowi saat Pilpres
Jadi Komisaris, Boni Hargens ingin Antara seperti BBC dan VoA
Fadjroel jadi komisaris BUMN, pimpinan DPR bilang 'merugikan negara'
Fadjroel Rachman, pendukung Jokowi dapat jatah komisaris Adhi Karya
Angkat relawan jadi jubir, Jokowi 'jilat ludah' tak bagi-bagi kursi
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Apa yang dilakukan anak tersebut kepada ibunya? Korban bernama Sufni (74) warga Jalan Nelayan Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru. Sedangkan pelaku Hendri (52), dan istrinya N (51). Setelah mendapat video tersebut Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru Kompol Bery Juana Putra bersama anak buahnya langsung datang ke rumah pelaku.
-
Kapan Adilla memeluk anaknya? Adilla juga ngepost foto ultah anaknya, dapet pelukan papa yang hangat kayak Wulan.
-
Kapan pepatah Jawa "Anak polah bapa kepradah" berlaku? Tingkah laku anak mempunyai imbas bagi orang tua, tingkah laku anak yang buruk orang tua ikut terdampak buruk, begitu pula sebaliknya, jika perilaku anak baik, orang tua pun akan ikut terdampak baik.
-
Siapa yang berjuang demi anak? “Pada awal kehidupan, orangtua tentu harus membesarkan anaknya, mengasuh, mengajari. Tapi, pada titik tertentu, orangtua justru harus mengajari anaknya kehidupan dengan melepaskan.”
-
Bagaimana corak jerapah membantu mereka mengatur suhu tubuh? Menurut Giraffe Conservation Foundation, corak atau bintik hitam yang ada pada tubuh jerapah terdapat kelenjar keringat yang besar di bawahnya dan dengan cara yang unik didalamnya terdapat pembuluh darah yang membantu jerapah mengatur suhu tubuh.