Batik warna alam khas Kota Tarakan
Batik khas kota paling utara di Kalimantan ini dikenal dengan batik Tarakan.
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Sebagai negara kepulauan, tentunya beragam kebudayaan lahir dari individu-individu kreatif. Salah satunya batik yang telah menjadi ikon Indonesia dan diakui oleh PBB.
Hampir di tiap sudut wilayah Indonesia bisa menghasilkan kain batik. Salah satunya Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Batik khas kota paling utara di Kalimantan ini dikenal dengan batik Tarakan.
Adalah Sonny Lolong salah satu pengrajin batik Tarakan. Dari tangan kreatif Sonny, batik Tarakan dengan warna-warna alam terlahir. Pria usia 53 tahun ini sangat tertarik untuk melestarikan batik Tarakan menggunakan bahan dasar pewarna dari alam.
"Saya 100 persen menggunakan warna-warna alam untuk batik saya, karena kan kalau di Kalimantan itu masih banyak hutan dan pohon-pohonnya jadi enggak susah. Saya juga menggunakan limbah pasar seperti kulit jengkol dan kulit rambutan sebagai bahan dasar warna batik Tarakan. Jadi sebelum itu benar-benar jadi sampah kita manfaatkan dulu," kata Sonny saat ditemui merdeka.com di Gandaria City, Minggu (21/8) malam.
-
Kenapa Nagita muncul di poster kampanye tersebut? Sebagai seorang yang masih ada darah Sulawesi Utara (yaitu) Manado, tentu bangga bisa mewakili daerah untuk membangun," tulisnya. "Namun untuk postingan yang mengatasnamakan saya sebagai Calon Wakil Gubernur, saya menyatakan belum pernah mencalonkan diri atau ajakan untuk mencalonkan," sambungnya.
-
Apa yang menjadi bentuk perhatian pemerintah untuk nelayan Tarakan? Hal itu menjadi salah satu bentuk perhatian pemerintah untuk profesi tersebut. "Kalau orang bicara nelayan itu pekerjaan tantangan, riskan bahaya. Kalau badai kita hanya mengandalkan kapal saja. Kemudian hasil. Kalau di tarakan alhamdulillah tarakan selalu dorong berikan perlindungan sosial nelayan, karenan salah satu rentan bahaya dan musibah," ujar Rustan dari Kesatuan Nelayan Tradisional Tarakan.
-
Siapa yang memimpin upaya untuk mempromosikan batik Tarakan? "Awalnya kami hanya ada dua sampai tiga pembatik, lalu kami gelar pelatihan dengan berbagai pihak sehingga tumbuh pembatik di Kota Tarakan. Memang di sini semuanya pemula, bukan turun temurun," ujar Ketua Dekrasnada Kota Tarakan, Sitti Rujiah.
-
Kapan promo KURMA berakhir? Nasabah dapat memanfaatkan promo ini hingga 30 April untuk 1.500 nasabah pertama.
-
Apa yang ditampilkan oleh Tari Landok Sampot? Sesuai dengan namanya "Landok Sampot" tarian ini menampilkan gerakan perkelahian antar 2 pemuda dengan senjata berupa sebilah bambu. "Landok" yang berarti Tari, sedang "Sampot" berarti libas atau pecut.
-
Kapan Mahfud MD melanjutkan kampanye di Semarang? Cawapres Mahfud MD melanjutkan kampanye di Semarang, Jawa Tengah, Selasa 23 Januari 2024.
Ayah 6 anak ini mengaku tantangan terbesar dalam batik Tarakan warna alam yaitu proses pembuatan warna alam. Sebab dengan bahan-bahan dan tahapan yang sama, akan menghasilkan warna yang berbeda. Berbeda dengan pewarna sintesis yang hanya mencampurkan bahan-bahan yang sudah ada pasti akan menghasilkan warna yang sama.
"Jadi di hari yang beda, dengan bahan dan formula yang sama, tapi hasil bisa beda. Di situ tantangan terbesarnya bagi saya," ungkap Sonny.
Adapun motif kain batik tulis Sonny mengambil tema budaya lokal yakni suku tidung. Suku asli Tarakan yang biasanya terinspirasi dari kekayaan alam flora dan fauna Kalimantan. Mengingat, Kalimantan Utara masih banyak kekayaan alam yang belum tersentuh.
Dalam memproduksi batik tulis tarakan, Sonny hanya dibantu oleh sang istri dan 2 orang tetangganya. Dalam satu minggu, Sonny bisa menghasilkan 20 helai kain batik Tarakan dengan ukuran 2 meter x 1,15 meter.
Hasil-hasil batik warna alam karya Sonny kemudian dipasarkan ke outlet oleh-oleh khas Tarakan. Harga yang ditawarkan untuk sehelai kain batik tulis ini mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 1,5 juta untuk jenis batik sutra tulis.
Selain itu, Sonny juga sering mengikuti pameran yang diadakan oleh Pemda atau Pemkot untuk memperkenalkan batik Tarakan karya dirinya.
"Saya sangat bersyukur ikut pameran karena dengan pameran kan minimal orang tahu kalau di Tarakan ada batik. Semakin sering ikut pameran semakin banyak orang lain tahu, kalau banyak yang tahu kan enak. Saya enggak muluk-muluk dikenal ke luar negeri, yang penting se-nusantara dulu yang tahu ada batik dari tarakan," terang Sonny.
Setiap mengikuti pameran, kakek 3 orang cucu ini mengaku hanya ingin memperkenalkan batik Tarakan, bukan untuk menjual produknya. Bila batik tulisnya laku terjual saat pameran itu merupakan bonus dari karyanya.
"Kalau masalah laku itu bonus buat saya. Saya laku tidak laku tetap happy. Karena tujuan pameran kan untuk memperkenalkan bukan untuk menjual. Nah kalau terjual itu bonus," ungkap Sonny.
Meski demikian, nyatanya batik Tarakan ini sudah laku hingga ke mancanegara seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Sonny mengatakan para turis yang membeli karyanya pun sangat tertarik dengan warna-warna alam yang soft ketimbang dengan warna-warna sintesis.
"Kalau turis itu lebih menghargai batik-batik dengan warna alam karena memang warnanya yang soft," kata Sonny.