Makna di Balik Tarian Landok Sampot, Kesenian Tradisional yang Tercipta dari Gerakan Perang
Tari Landok Sampot lahir dari kebiasaan masyarakat setempat ketika masa penjajahan pada tahun 1800-an.
Tari Landok Sampot lahir dari kebiasaan masyarakat setempat ketika masa penjajahan pada tahun 1800-an.
Makna di Balik Tarian Landok Sampot, Kesenian Tradisional yang Tercipta dari Gerakan Perang
Provinsi Aceh memiliki beragam kesenian tradisional yang legendaris. Bahkan, tak sedikit kesenian tersebut lahir dari kebiasaan masyarakat setempat yang kemudian menjadi identitas budaya.
Salah satu kesenian tradisional yang lahir dari kebiasaan masyarakat di masa lampau yaitu Tari Landok Sampot dari daerah Kluet, Kabupaten Aceh Selatan. Tarian ini diciptakan oleh seorang pemuda bernama Mat Said yang melihat kegiatan masyarakat setempat yang setiap malam hari berlatih ketangkasan perang.
-
Apa itu tari tradisional? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu. Tari tradisional merupakan bagian dari kebudayaan suatu daerah.
-
Bagaimana ciri khas tari tradisional? • Diiringi oleh musik tradisional khas daerah tersebut • Memiliki pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti • Mengandung filosofi yang berassal dari buah pikiran kearifan lokal setempat.
-
Kenapa Tari Likok Pulo diciptakan? Mengutip acehbesarkab.go.id, Tarian Likok Pulo bertujuan untuk menyiarkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat di Pulo Aceh.
-
Apa keunikan Tari Turuk Langgai? Tarian Turuk Langgai merupakan tarian yang gerakannya menyerupai hewan di hutan atau di lingkungan yang mereka tempati. Tarian ini juga menjadi bagian dari sebuah ritual dan juga melibatkan roh-roh halus.
-
Apa itu tradisi Perang Topat? Di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ada tradisi sambut lebaran yang unik bernama Perang Topat atau perang ketupat. Konon tradisi ini merupakan simbol kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang hidup berdampingan di Lombok.
-
Kenapa tari tradisional penting? Tari tradisional juga memiliki fungsi yang berbeda-beda, mulai dari sarana upacara, hiburan, hingga pertunjukan.
Dari situlah gerakan-gerakan ini memicu inspirasi bagi para pelaku seni masyarakat Kluet untuk menciptakan tarian yang menunjukkan ketangkasan yang diperankan oleh pemainnya.
Mat Said sendiri berprofesi sebagai petani damar di hutan. Pada suatu ketika, ia akan berangkat mencari damar pada hari Jumat yang dianggap oleh masyarakat sebagai hari terlarang untuk memasuki hutan, tetapi ia memaksa. Benar saja, dirinya pun hilang tanpa ada kabar.
Sampai saat ini sebuah gunung di dekat Kluet yang menjadi titik lokasi diduga hilangnya Mat Said kini diberi nama Gunung Mat Said. Banyak masyarakat setempat yang berziarah ke gunung itu.
Tarian Sakral
Tari Landok Sampot sendiri pada awalnya dimainkan oleh seluruh lapisan masyarakat mulai dari laki-laki, perempuan, tua, dan muda. Seiring berjalan waktu, tarian ini mulai bergeser dan berubah sampai akhirnya Landok Sampot hanya boleh dimainkan oleh laki-laki saja.
Dari segi sejarah, melansir dari isbiaceh.ac.id, tarian ini mulai dikenal pada masa pemerintahan Raja Imam Balai Pesantun dan Teuku Keujreun Pajelo. Tarian ini menjadi kesenian yang sakral.
Dulunya, fungsi tarian ini biasa ditampilkan saat penyambutan raja-raja atau boleh dibawakan oleh masyarakat hanya saja perlu persetujuan dari Raja.
Pelaksanaan Tari Landok Sampot
Pertunjukan Tari Landok Sampot ini biasa dimainkan oleh 8 orang laki-laki beserta pengiring oleh penyair dan alat musik yang terdiri dari Siling (alat musik tradisional Kluet), Gong, Candang, dan Genderang.
Sesuai dengan namanya "Landok Sampot" tarian ini menampilkan gerakan perkelahian antar 2 pemuda dengan senjata berupa sebilah bambu. "Landok" yang berarti Tari, sedang "Sampot" berarti libas atau pecut.
Para pemain akan menampikan lima gerakan yang terdiri dari, Landok Kedidi, Landok Kedayung, Landok Sembar Kelukai, Landok Sampot, dan Landok Pedang.