Beragam spekulasi di balik penyiraman air keras ke Novel Baswedan
Beragam spekulasi di balik penyiraman air keras ke Novel Baswedan. Beberapa pihak menduga motif penyerangan erat kaitannya dengan pengusutan kasus dugaan korupsi besar yang tengah ditangani Novel. Salah satunya megakorupsi e-KTP. Namun pimpinan KPK tidak ingin buru-buru menyimpulkan dan menyerahkan pada polisi.
Kepolisian RI sudah membentuk tim gabungan untuk menyelidiki kasus penyiraman air keras terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan pada Selasa (11/4). Tim tersebut terdiri dari unsur Mabes Polri, Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Utara. Polisi sudah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), mengamankan CCTV di sekitar lokasi kejadian serta gelas yang diduga digunakan untuk menyiramkan air keras ke wajah Novel.
Hingga saat ini Polri memburu dua terduga pelaku agar bisa mengetahui motif penyerangan terhadap Novel. Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian meminta semua pihak menunggu hasil kerja tim gabungan. Jenderal Tito tidak akan menyampaikan hasil kerja tim jika ada hal yang bersifat sensitif.
-
Bagaimana Kejagung mengusut kasus korupsi impor emas? Di samping melakukan penggeledahan kantor pihak Bea Cukai, tim juga masih secara pararel melakukan penyidikan perkara serupa di PT Aneka Tambang (Antam).
-
Kapan Kejagung mulai mengusut kasus korupsi impor emas? Kejagung tengah mengusut kasus dugaan korupsi komoditas emas tahun 2010-2022.
-
Apa yang dikatakan oleh Novel Baswedan tentang cerita yang ia dengar mengenai kasus e-KTP? “Iya saya memang pernah dengar cerita itu, saya saat itu ada di Singapura, sedang berobat,” kata Novel saat ditemui, Jumat (1/12).
-
Apa yang sedang diusut oleh Kejagung terkait kasus korupsi? Kejagung tengah mengusut kasus dugaan korupsi komoditas emas tahun 2010-2022.
-
Siapa yang dituduh melakukan korupsi? Jaksa Penuntut Umum (JPU) blak-blakan. Mengantongi bukti perselingkuhan mantan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).
-
Apa yang dikatakan oleh Agus Rahardjo terkait kasus korupsi e-KTP yang menjerat Setya Novanto? Agus mengatakan, Presiden saat itu menginginkan penyidikan kasus yang menjerat Setya Novanto dihentikan.
"Sudah ada tim yang bekerja. Mereka gabungan dari Polres Jakarta Utara, Polda Metro Jaya dan di-backup Mabes Polri. Tim sudah melakukan olah TKP, memeriksa saksi-saksi, mendalami potensi-potensi motif. Jadi tunggu saja hasil kerja tim," ujarnya di Mapolrestabes Makassar, Rabu (12/4).
Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan meyakini pelaku penyerangan terhadap Novel tidak mungkin berdiri sendiri. Dia menduga ada aktor intelektual di balik penyerangan tersebut. Meskipun demikian, hingga kini pihaknya masih berupaya mengungkap kejadian itu. Dalam hal ini, Iriawan minta anak buahnya segera mengungkap kasus itu secepat mungkin.
"Tentu ada motif. Pelaku di lapangan yang menyiram tentu ada yang menyuruh. Tidak mungkin berdiri sendiri," kata Iriawan di Mapolda Metro Jaya, Rabu (12/4).
Beragam spekulasi terkait motif penyerangan terhadap Novel pun muncul ke permukaan. Wakil Presiden Jusuf Kalla menduga penyiraman air keras terhadap Novel tidak lepas dari penanganan perkara korupsi besar. Ada dalang atau aktor intelektual yang menyuruh orang menyerang Novel. Selain meminta polisi menangkap pelaku teror, Wapres juga meminta motif penyerangan diungkap. Sebab, aksi ini sebagai bentuk perlawanan terhadap hukum.
"Kalau kasus hukum kecil, masak dia (pelaku) mau celakakan orang. Pasti ini (perkara) cukup besar yang memakai tenaga bayaran kriminal ini. (Pelaku penyiram air keras) suruhan itu pastinya," ujar Jusuf Kalla di kantor Wapres, Selasa (11/4).
Hasrul Halili, senior pegiat antikorupsi dari Pusat Kajian Antikorupsi (Pukat) UGM menuturkan, para pegiat anti korupsi meyakini penyerangan terhadap Novel terkait dengan kasus korupsi yang sedang ditanganinya. Beberapa kasus besar, lanjut Hifdzil saat ini sedang dalam penanganan KPK.
"Di daerah kasus teror terhadap aktivis anti korupsi sering terjadi. Kali ini penyerangan dilakukan kepada penyidik KPK. Ini tidak boleh dibiarkan. Selama ini negara abai dan menyepelekan kegiatan anti korupsi. Negara tidak memberikan perlindungan kepada para pegiat antikorupsi," jelas Hifdzil.
Mantan pimpinan KPK Busyro Muqoddas melihat teror terhadap Novel dan penyidik KPK diyakini memiliki kaitan dengan satu kasus yang ditangani. Dia menyinggung soal korupsi e-KTP.
"Dulu kasus Korlantas dilakukan langkah-langkah yang irasional sekarang e-KTP selalu ada kaitannya dan ini kalau dibiarin terus oleh negara yang terjadi adalah sebuah pembiaran bahwa aktor-aktor yang biadab justru tidak boleh diberi kesempatan hidup," ujar Nusro geram.
Berbeda dengan Busro, mantan Ketua KPK Abraham Samad justru tidak mau tergesa-gesa mengaitkan peristiwa penyerangan terhadap Novel dengan kasus e-KTP yang tengah ditangani. "Wah itu masih terlalu pagi kan. Nggak boleh spekulasi begitu," singkat Samad.
Sumber internal KPK menuturkan, penyiraman Kasatgas korupsi e-KTP itu terjadi bertepatan setelah ketua DPR, Setya Novanto diajukan permohonan cegah. Namun dia tidak memastikan apakah kejadian ini berkaitan dengan pencegahan Novanto.
"Kemarin baru saja nyekal SN (Setya Novanto), enggak tahu ini ada hubungannya atau enggak," ujar sumber merdeka.com.
Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman juga menduga kuat, aksi teror terhadap Novel terkait dengan kasus megakorupsi e-KTP. Sebab, Novel dan KPK tengah gencar membongkar kasus korupsi e-KTP yang menyeret nama-nama besar. "Pasti terkait E-KTP," kata Boyamin saat dikonfirmasi, Jakarta, Selasa (11/4).
Ketua KPK Agus Rahardjo tak banyak berkomentar saat disinggung spekulasi yang muncul terkait motif penyerangan terhadap Novel berkaitan dengan pengusutan kasus korupsi e-KTP. Menurutnya, penyelidikan kasus kriminal ini menjadi tanggung jawab pihak kepolisian. "Belum tahu. Biar polisi yang menyelidiki," tegas Agus di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Jakarta Utara, Selasa (11/4).
Namun dia akan mengusulkan pemberian keamanan lebih kepada para penyidik yang sedang menangani kasus korupsi proyek e-KTP. "Ya kita pengamanannya nanti. Yang paling besar itu (e-KTP)," katanya.
Wakil Ketua KPK Saut Situmorang juga tidak ingin buru-buru mengaitkan penyerangan Novel dengan penanganan kasus e-KTP. "Kita tidak boleh mengatakan (penyiraman air keras terhadap Novel) berkaitan (penanganan kasus e-KTP) atau tidak. Biarkan nanti diungkap oleh kepolisian," ucap Saut saat ditemui seusai acara di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Rabu (12/3).
Saut menduga sedikitnya ada empat motif terhadap penyerangan Novel Baswedan. Pertama, motif uang. Ada dalang di balik semua ini yang memiliki uang banyak dan memang ingin mecelakakan pegawai-pegawai KPK. Kedua, motif ideologi. Ketiga, motif kompromi. Menurutnya, pelaku tidak membenci Novel tetapi jika disuruh maka dia akan melukai orang lain.
"Motif keempat, motifnya ego. Ini orang (Novel) kok jagoan banget. Gue enggak suka dengan orang ini," urai Saut.
Meskipun melontarkan empat dugaan motif penyerangan terhadap Novel Baswedan, Saut mengatakan perlu proses pembuktian.
"Pembuktian motif kasus kita serahkan pada kepolisian. Saat ini sudah ditangani oleh kepolisian tetapi masih memerlukan waktu untuk mengungkapnya," tutur Saut.
Wakapolda Brigjen Suntana tidak ingin tergesa-gesa menyimpulkan kaitan pengusutan kasus korupsi e-KTP yang ditangani Novel dengan peristiwa penyiraman air keras.
"Saya kurang begitu jelas. Itu menjadi domainnya KPK dalam penyelidikan itu ya. Yang jelas polisi, concern kepada pengamanan yang bersangkutan, yang sedang melaksanakan penyidikan e-KTP. Apalagi dia merupakan keluarga besar Polri," kata Wakapolda Metro Jaya Brigjen Suntana di Gedung Polda Metro Jaya, Rabu (12/4).
Baca juga:
Polisi sebut air keras yang disiram ke Novel jenis asam sulfat
Ini bahaya asam sulfat, air keras yang disiram ke Novel Baswedan
Jejak penyiram air keras Novel Baswedan mulai terkuak
Prajurit terbaik TNI bakal sikat pengusik penyidik KPK
PPP: Kalau kasus Novel tak terungkap intimidasi teror akan terulang
Pimpinan KPK tak ingin kaitkan penyerangan Novel dan korupsi e-KTP