Periksa TKA China Kuliti dan Buat Sup Buaya, BKSDA Sultra Turunkan Tim ke Konawe
Sakrianto menegaskan ancaman hukuman lima tahun penjara dapat dikenakan jika dalam penyelidikan nanti terbukti buaya itu dengan sengaja dibunuh.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tenggara mengusut video viral pembunuhan buaya yang kemudian dikuliti dan dijadikan sup yang diduga dilakukan tenaga kerja asing (TKA). Mereka menurunkan tim ke PT Obsidian Stainless Steel (OSS), Kabupaten Konawe, untuk melakukan penyelidikan.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Sultra Laode Kaida mengatakan, pascavideo viral itu, pihaknya telah mengirimkan tim untuk memeriksa kebenarannya. Hasilnya, tim hanya menemukan bercak darah, diduga darah buaya.
-
Di mana henbane hitam ditemukan tumbuh liar? Sisa-sisanya umum ditemukan di situs arkeologi di Eropa Barat Laut karena tumbuh liar di dekat pemukiman manusia, sehingga sulit untuk menentukan apakah itu sengaja digunakan.
-
Bagaimana Pohon Pelawan menjadi penghasil madu liar? Selain dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas manusia, pohon ini rupanya juga menjadi rumah atau sarang lebah liar sehingga menjadi penghasil madu lebah liar yang memiliki cita rasa pahit.
-
Bagaimana cara mengatasi gigitan kucing liar? Jika Anda tiba-tiba digigit kucing liar yang kemudian timbul luka, pertolongan pertama yang perlu dlakukan adalah menghentikan pendarahan. Setelah perdarahan berhenti keluar di area gigitan, selanjutnya bersihkan luka dengan sabun dan air, serta oleskan salep antibiotik dan perban pada gigitan. Setelah melakukan pertolongan pertama, Anda bisa mengecek kondisi ke dokter untuk mengetahui apakah luka tersebut berisiko menimbulkan komplikasi lain.
-
Bagaimana cara warga Sampangan mengatasi kucing liar? Warga yang khawatir kemudian menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) untuk membantu mengevakuasi hewan tersebut.
-
Dimana balap liar ini terjadi? Aksi pembubaran balap liar ini terjadi di Jalan Sudirman, Kudus, Jawa Tengah.
-
Mengapa warga Sampangan panik dengan kucing liar? Warga menduga bahwa kucing liar itu terkena rabies.
"Pimpinan sudah menurunkan tim untuk ke lokasi kemarin (Rabu). Bahwa dari video itu benar ada buaya, tapi pada saat turun di lapangan tidak ditemukan secara utuh buaya," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, Kamis (26/8).
Kaida mengatakan tim yang turun telah melakukan klarifikasi kepada TKA diduga dari Cina itu. Meski demikian, tidak ada karyawan yang mengaku. "Pada saat tim masuk tidak ada yang mengaku. Hanya ada bekas bercak darah, itu saja," kata dia.
Ia menduga buaya itu tersesat dan masuk ke tempat pekerja. Lokasi sekitar perusahaan merupakan rawa. "Itu di luar wilayah konservasi. Kita belum tahu asal-usul buaya itu, tapi di sekitar perusahaan itu memang banyak rawa," ucapnya.
Sementara itu, Kepala BKSDA Sultra Sakrianto Djawie mengatakan, tindakan membunuh buaya tidak dapat dibenarkan. Satwa itu dilindungi sesuai Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. "Kami sudah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum dan langsung menurunkan tim ke lokasi tambang yang menurut informasi kami terima adalah tempat kejadian penemuan buaya. Seperti yang viral di media sosial, kalau sudah dikuliti dan dibunuh," katanya di Kendari seperti dilansir dari Antara, Kamis (26/8).
Sebelumnya, beredar foto dan video penemuan buaya di kawasan industri pertambangan nikel di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe, kemudian viral dijagad maya, Rabu (25/8).
Dalam video itu, terlihat seekor buaya yang sudah terikat menjadi tontonan para pekerja tambang. Beberapa foto berseliweran di sosial media baik Facebook dan grup WhatsApp memperlihatkan sejumlah pekerja membunuh dan menguliti buaya tersebut.
Sakrianto menegaskan ancaman hukuman lima tahun penjara dapat dikenakan jika dalam penyelidikan nanti terbukti buaya itu dengan sengaja dibunuh.
(mdk/fik)