Bukan disebabkan vaksin, siswa MI di Palembang tewas karena radang otak
"Tidak ada hubungan sebab akibat antara vaksin dan pasca imunisasi. Artinya, terjadi koinsiden atau kebetulan kejadian bersama-sama dengan pemberian imunisasi terhadap korban," ungkap Letizia, Selasa (16/1).
Teka-teki penyebab kematian Jumiarni (8) yang meninggal dunia usai vaksinasi akhirnya terjawab. Hasil penyelidikan, siswi kelas dua Madrasah Ibtidaiyah Al Hikmah Palembang itu meninggal akibat radang otak.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang, dr Letizia, mengungkapkan diagnosis tersebut berdasarkan hasil penelitian dari Komisi Daerah Penanggulangan dan Pengkajian Kejadian Pasca Imunisasi (KIPI) bekerjasama dengan Balai POM Palembang. Tim dokter menemukan fakta bahwa korban menderita accute disseminated encephalomyelitis atau radang otak bersamaan dengan imunisasi.
-
Siapa Pak Raden? Tanggal ini merupakan hari kelahiran Drs. Suyadi, seniman yang lebih akrab disapa dengan nama Pak Raden.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
-
Kapan Dava meninggal? Meninggal Dunia, 8 Foto Dava MCI di MasterChef Indonesia Season 7 Yang Tinggal Kenangan Dava, mantan peserta MasterChef Indonesia musim 7, telah pergi dengan usia yang masih muda, hanya 24 tahun.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Kapan O ditangkap? Ia ditangkap saat tengah bekerja di pabrik tahu di Kampung Parit Timur, Desa Banjarsari Timur, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang.
"Tidak ada hubungan sebab akibat antara vaksin dan pasca imunisasi. Artinya, terjadi koinsiden atau kebetulan kejadian bersama-sama dengan pemberian imunisasi terhadap korban," ungkap Letizia, Selasa (16/1).
Menurut dia, diagnosis tersebut sangat dapat dipercaya karena uji sampel vaksin memenuhi persyaratan. Saat divaksin, kesehatan korban juga terbilang stabil.
"Kita cocokkan dengan diagnosa saat pasien dirawat di rumah sakit, semisal sampel feses. Hasilnya karena peradangan pada otak," ujarnya.
Atas hasil ini, kata dia, masyarakat Palembang tidak perlu khawatir lagi untuk memvaksinasi anaknya. Sebab, petugas di lapangan berpengalaman dan vaksinnya standar pemerintah.
"Ini jawaban dari keraguan masyarakat, kami minta dimaklumi dan dipahami. Setiap vaksin atau imunisasi baik bagi kekebalan tubuh," tegasnya.
Diketahui, Jumiarni (8) mengembuskan napas terakhir pada Selasa (14/11) pagi setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Keluarga menduga penyebab kematiannya karena vaksinasi massal di sekolahnya di Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, Jumat (10/11).
Beberapa saat usai disuntik, tubuh korban lemas namun dia tetap memaksakan diri bermain bersama teman-temannya. Pulang dari bermain, kondisinya semakin memburuk. Tubuhnya panas. Lengan kiri bekas disuntik vaksin, membengkak dan kedua kakinya lumpuh.
Orang tua korban meminta pertolongan ke pihak sekolah karena anaknya baik-baik saja sebelum divaksin. Korban dibawa ke Puskesmas terdekat dan akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang karena kondisinya semakin memburuk.
Saat menjalani perawatan di rumah sakit, kondisi korban sempat membaik. Namun, kesehatannya menurun hingga meninggal dunia di hari keempat perawatan. Jenazahnya dibawa ke rumah duka di Jalan Panca Usaha, Lorong Parlova, Kelurahan 5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang.
Baca juga:
Stok vaksin dan serum difteri dalam negeri lebih dari cukup
Vaksin DBD bermasalah, Filipina denda perusahaan obat Prancis
Dari 1.000 pegawai RSUD Bekasi, baru 200 yang divaksin difteri
Suntik vaksin Difteri, Sandiaga keluarkan jurus bangau
Mahasiswa mendapat imunisasi difteri
Vaksin DBD bermasalah, Filipina minta ganti rugi Rp 1,1 Triliun
Filipina perintahkan penyelidikan vaksin DBD berbahaya