Cerita Agus menanti 7 anggota keluarga yang ada di AirAsia
7 Anggota keluarganya terbang dengan AirAsia QZ 8501 untuk berlibur ke Singapura di akhir tahun.
Meski tampak sedih, dengan raut wajah sayu dan lelah, salah satu keluarga korban pesawat AirAsia QZ 8501, Agus Panjaya (36), mencoba tegar dan tenang mendengar kabar ditemukannya pesawat nahas yang mengangkut tujuh orang keluarganya itu ke Singapura pada Minggu pagi lalu (28/12).
Warga Pakuwon, Surabaya, Jawa Timur, itu adalah cucu dari Jo Indri, warga Surabaya. Nenek 80 tahun itu terbang dengan AirAsia QZ 8501 untuk berlibur ke Singapura di akhir tahun bersama dengan anaknya, paman Agus, Jie Charly Gunawan (50), Mei Ji Teja Kusuma (48), istri Jie Charly Gunawan.
Kemudian anak-anak Jie Charly dan Mei Ji, yaitu Jie Stephanie Gunawan (18), Steven Gunawan (17), Jie Stevie Gunawan (12). Turut serta pacar Stephanie, yaitu Kristianto (18).
Agus dan keluarganya sangat senang ketika ada informasi ditemukannya AirAsia yang mengangkut sang nenek dan keluarga.
"Tentu senang. Karena ada kepastian sudah ditemukan. Hari ini kami sudah cukup senang, karena sudah ada kabar pesawat ditemukan. Artinya sudah ada kepastian," katanya dengan nada rendah di Posko Crisis Center AirAsia, Selasa (30/12) malam.
Dia mengungkapkan, meski tetap tenang dan berharap keluarganya selamat, sebelum ada kabar ditemukannya pesawat nahas itu, dia dan keluarganya yang lain begitu gelisah.
"Keluarga tentu sedih ya, terasa tidak nyaman. Tidur, terbangun, tidur, bangun, pokoknya gelisah. Tapi setelah ada kabar tentu kita senang," katanya.
Soal harapan, lanjut dia, tentu masih ada, meski itu kecil. "Tapi kami sekeluarga sudah siap dengan segala yang terjadi, dan menyerahkan semuanya ke Tuhan," katanya.
Dia dan keluarga belum berpikir dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan sang nenek dan keluarga, baik dalam keadaan selamat atau kemungkinan terburuk.
"Persiapan belum. Kita tunggu proses evakuasi besok, saat sudah dibawa ke Surabaya. Sekarang belum ada persiapan. Kami tetap berharap meski itu kemungkinannya sangat kecil," harapnya sembari mengungkap kenangan khusus bersama sang nenek.
"Nenek sangat perhatian dengan cucu-cucunya. Kami tidak mempunyai firasat khusus, hanya saja sebelum berangkat, nenek tampak tidak seperti biasanya. Nenek kan sudah 80 tahun, biasanya lemas. Tapi kemarin tanpak segar dan sehat, juga selalu tersenyum," pungkas dia.
Baca juga:
TNI AD dan nelayan ikut bantu proses evakuasi AirAsia QZ 8501
DPR apresiasi Basarnas gerak cepat temukan penumpang AirAsia
Evakuasi jenazah penumpang AirAsia, Tim SAR menuju KRI Bung Tomo
Ini aksi Jokowi saat pantau pencarian AirAsia dari Hercules
Hari ini seluruh staf AirAsia dari ASEAN terbang ke Surabaya
Polda Kalimantan Barat kirim Tim DVI ke Pangkalanbun
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Apa yang menjadi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501? Selain kesalahan dalam manajemen penerbangan, kurangnya pemahaman awak pesawat terhadap sistem kontrol penerbangan juga menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
-
Kenapa AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Bagaimana kondisi cuaca saat AirAsia QZ8501 jatuh? Kondisi cuaca yang buruk, termasuk awan tebal dan hujan deras, menjadi faktor yang sangat memengaruhi kejadian tersebut.
-
Apa saja yang rusak di Air Panas Citando? Saat ini, sejumlah fasilitas di sana sudah banyak yang rusak. Bahkan, tempat selfie atau swafoto yang dibangun sudah dalam kondisi rubuh.
-
Dimana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 30 Desember 2014, badan pesawat dan puing-puing lainnya ditemukan di dasar laut Selat Karimata.