Cerita batu keramat 'Watu Sumanti' di Manado
Konon, menurut mitos warga, batu yang dikeramatkan tersebut terus tumbuh menjadi lebih besar setiap tahunnya.
Batu Sumanti merupakan salah satu objek wisata budaya yang terletak di Kelurahan Tikala Ares, Kecamatan Tikala, Manado. Dari pusat Kota, objek wisata milik leluhur bangsa Minahasa ini dapat ditempuh selama kurang lebih 15 menit menggunakan angkutan kota.
Konon, menurut mitos warga, batu yang dikeramatkan tersebut terus tumbuh menjadi lebih besar setiap tahunnya. Berada tepat di depan pekarangan sebuah bangunan tua, situs budaya ini telah dipagari dengan bahan stainless steel.
Terlihat beberapa batu yang berjejer seperti tertancap dalam tanah dan tiga buah batu pipih di sekitarnya. Pada saat-saat tertentu, lokasi ini didatangi oleh para peziarah dari dalam maupun luar daerah. Mereka kerap membawa sesajen yang diletakkan di atas batu pipih. Bau kemenyan dan dupa masih akan terasa usai mereka melakukan ritual.
Tak banyak informasi yang diperoleh di lokasi ini lantaran tak ada penjaganya. Beruntung, tulisan pada prasasti yang berada di lokasi situs cukup banyak memberi penjelasan.
Batu Sumanti berasal dari kata watu yang artinya batu, santi artinya pedang, dan sumanti artinya memainkan pedang. Jadi, batu Sumanti artinya tempat untuk memainkan pedang.
Zaman dulu, batu Sumanti dikenal dengan sebutan batu Pa'lalesan atau Pa'lenasan, yang artinya batu tempat ziarah atau batu suci. Kini batu Sumanti merupakan situs budaya dan sebagai tempat wisata budaya.
Pada zaman Minahasa purba, batu Sumanti merupakan tempat untuk melakukan ritual rumuru. Rumuru berasal dari kata ruru yang artinya pinggir. Jadi, rumuru artinya meminggirkan. Ritual rumuru bertujuan untuk mengusir, memisahkan atau mengeluarkan orang yang bermaksud jahat (tou lewo, reges lewo), atau untuk mengusir wabah penyakit (angin jahat) dari wilayah pemukiman.
Keberadaan batu Sumanti adalah sebagai tanda pendirian wanua (desa) baru dan biasanya di dekat batu selalu diletakkan 'rerumetaan' atau persembahan kepada Opo Empung atau Opo Ririmpuruan (Tuhan).
Di sekitar batu Sumanti biasanya terdapat tanah yang disebut Lezar Um Banua, yang artinya tanah negeri. Tanah dalam pengertian Lezar Um Banua inilah yang kemudian ditempati dan menjadi pemukiman awal di kota Manado. Pemukiman pertama yang berdiri di Manado adalah wanua Ares; saat itu ibu kotanya adalah Tikala, dan saat ini telah menjadi salah satu Kecamatan di kota Manado, yaitu Kecamatan Tikala.