Cerita kejamnya Orde Baru, pegang buku seperti pakai ganja
Cerita kejamnya Orde Baru, pegang buku seperti pakai ganja. Sayid menegaskan, jika zaman itu, penuh dengan tantangan dan ancaman yang sangat luar biasa. Selain itu, ada tiga masalah besar yang di hadapi oleh bangsa Indonesia pasca reformasi lahir.
Sekretaris Jenderal Rumah Pergerakan 98 Sayid Junaidi bercerita tentang kejamnya rezin Orde Baru dulu. Menurut dia, membaca buku saja pada saat itu, seperti memegang narkoba.
"Di rumah kita dimarah-marahi, di kampus juga, kos-kosan kita diobrak-abrik. Kita pegang buku kayak pegang morpin ganja," kata Sayid saat memberikan penghargaan merawat kebangsaan kepada delapan tokoh di Gedung KY, Jakarta, Sabtu (12/8).
Sayid menegaskan, jika zaman itu, penuh dengan tantangan dan ancaman yang sangat luar biasa. Selain itu, ada tiga masalah besar yang di hadapi oleh bangsa Indonesia pasca reformasi lahir.
"Pertama, Fundamentalisme agama. Jika kita melihat beberapa waktu belakangan, proses reformasi dicederai dengan maraknya aksi intoleransi, ancaman perpecahan yang dilakukan oleh sebagian kecil kelompok yang sebenarnya kelompok tersebut merupakan minoritas, namun karena ada kekuatan besar di belakangnya," kata Sayid.
Kedua, kata dia, fundamentalisme pasar. Arah pembangunan Indonesia saat ini, menurut dia, sudah on the track. Dia menilai, program-program pemerintah berdasarkan Trisakti dan Nawa Cita mampu membawa bangsa ini menuju masa gemilangnya kelak.
"Ketiga, tantangan global Tahun 2017 menyajikan cerita yang hampir yang sama dengun tahun-tahun sebelumnya, yaitu ketidakpastian dengan kadar yang lebih berat. Bank Dunia memproyeksikan, perekonomian dunia hanya mampu tumbuh 2,7 persen pada 2017. Masih sedikit memproyeksi, pertumbuhan ekonomi global 3,4 persen atau naik 0,3 persen dibandingkan estimasi 2016," kata dia.
Melihat tiga persoalan bangsa di atas, Rumah Pergerakan 98 memiliki tanggung jawab untuk mengulik semua elemen bangsa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan tetap berpegang pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika dengan cara mengkampanyekan apa yang disebut dengan 'Merawat Kebangsaan'.
"Salah satu kampanye Merawat Kebangsaan yang kami lakukan adalah memberikan Award kepada sejumlah tokoh yang kami nilai telah melakukan tindakan yang berani demi tegaknya Republik Indonesia," kata Sayid.
Penghargaan itu diberikan kepada Ketua MUI KH Ma'ruf Amin, Kapolri Tito Karnavian, Ketua KPK Agus Rahardjo, Menteri KKP Susi Pudjiastuti, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Baca juga:
Sejarah hitam Gang Buntu
Kremlin & penyiksaan aktivis orde baru
Wiranto sebut pasca-orba penegakkan hukum sangat lemah
Nostalgia AM Fatwa di balik penjara
AM Fatwa, dihajar Orde Lama dipenjara Orde Baru
Irjen Murad sebut Brimob sempat dikecilkan saat Orde Baru
-
Bagaimana cara Soeharto memilih wakil presiden di era Orde Baru? Menurut Soeharto, tim ini yang akan memberikan penilaian akhir dari nama-nama yang muncul untuk menjadi wakil presiden Soeharto."Saya tidak sendiri memilih wakil presiden," kata Soeharto.
-
Kapan Soeharto mendapat gelar Jenderal Besar? Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Kapan Soeharto ditugaskan ke Markas Besar Angkatan Darat di Bandung? Menjelang Perang Pasifik pecah, Sersan Soeharto ditugaskan ke Markas Besar Angkatan Darat di Bandung sebagai pasukan cadangan.
-
Apa yang sedang dilakukan Soeharto pada saat Proklamasi Kemerdekaan dibacakan? Pada saat Bung Karno mengumandangkan kemerdekaan kita itu, saya masih di Brebeg. Sedang melatih para prajurit
-
Kapan Soeharto bertugas di Sulawesi Selatan? Soeharto dan keluarga BJ Habibie sudah saling kenal dan dekat sejak tahun 1950. Kala itu, Soeharto berdinas di Sulawesi Selatan dan kebetulan rumah BJ Habibie tepat di depan markasnya, Brigade Mataram.