Cerita prostitusi 'ayam kampus' berkedok terapis di Surabaya
Mahasiswi-mahasiswi cantik siap melayani para pria hidung belang yang diterapi di salon.
Bicara prostitusi terselubung di Surabaya seolah tidak ada habisnya. Berbagai cara dilakukan oleh para mucikari untuk tetap bisa menjual 'dagangannya' kepada para pria hidung belang pencari kenikmatan sesaat.
Berbagai modus dan kedok bahkan yang memanfaatkan teknologi sudah sering diberangus polisi, tetapi prostitusi terselubung masih saja marak di Kota Pahlawan ini. Baru-baru ini Subdit IV Renakta, Ditreskrimum Polda Jawa Timur sukses membongkar sindikat trafficking berkedok salon terapis di Surabaya.
Di salon terapis, tersebut sang mucikari menjual 'ayam kampus' kepada pelanggannya. Mahasiswi-mahasiswi cantik siap melayani para pria hidung belang.
Lalu bagaimana cara mereka beroperasi? Berikut peristiwanya:
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Kapan pertempuran hebat di Surabaya terjadi? Pada hari ini tepat 78 tahun yang lalu terjadi pertempuran besar di Surabaya yang menewaskan sekitar 20.000 rakyat setempat.
-
Siapa yang berjuang melawan penjajah di Surabaya? Mereka gugur dengan mulia sebagai pahlawan yang ingin mempertahankan tanah air.
-
Kenapa Pecel Semanggi jadi makanan khas Surabaya? Pecel Semanggi tercipta dari kebiasaan warga memanfaatkan tanaman di sekitar rumah untuk dimasak menjadi Semanggi Suroboyo.
-
Siapa yang menjadi tokoh utama dalam pertempuran di Surabaya? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
Ayam kampus dibanderol Rp 2,5 juta hingga Rp 3,5 juta
Selain memberi layanan pijat terapis bagi pelanggannya, tempat bernama Grand Salon dan Perawatan di Jalan Ambengan Surabaya itu, juga menyediakan mahasiswi-mahasiswi yang siap memberi layanan plus-plus. Untuk sekali booking, mahasiswi-mahasiswi perguruan tinggi swasta (PTS) di Surabaya itu, dibanderol antara Rp 2,5 juta hingga 3,5 juta rupiah.
Si pemilik salon, yaitu tersangka Mami Ay (43), yang juga tinggal di Jalan Ambengan, Surabaya, sekaligus bertindak sebagai germo. Sementara tersangka Papi ER, bertugas sebagai perantara atau mucikari.
Menurut Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Awi Setiyono, terbongkarnya sindikat esek-esek berkedok jasa terapis ini, bermula dari informasi masyarakat yang diterima Polda Jawa Timur pada 28 November lalu.
"Kemudian anggota kita dari Subdit Renakta Ditreskrimum melakukan penyidikan. Setelah itu, pada 1 Desember, sekitar pukul 17.30 WIB, kita lakukan penggerebekan terhadap salon yang dikelola Mami Ay tersebut," terang Awi Setiyono di Mapolda Jawa Timur, Kamis (11/12).
Mucikari ditangkap saat antarkan ayam kampus ke hotel
Mendapat informasi adanya penjualan 'ayam kampus' di salon terapis, Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Jatim langsung bergerak. Saat itu, ada sekitar sembilan orang yang dibawa dari Grand Salon dan Perawatan oleh anggota Polda Jawa Timur tersebut.
"Dan dari hasil pengembangan kasus itu, kita kembali memperoleh informasi tentang keterlibatan Papi ER dalam aksi Mami Ay. Papi ER bertindak sebagai jasa perantaranya," ujar Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Awi Setiyono.
Selanjutnya, anggota melakukan pengintaian terhadap Papi ER, yang tengah mengantarkan anak buahnya yang berstatus mahasiswi ke salah satu hotel di Surabaya untuk melayani tamu pria hidung belang.
"Kemudian petugas melakukan penggeledahan dan mengetahui secara langsung tindak pidana pencabulan dengan memperdagangkan cewek-cewek bookingan yang dilakukan oleh tersangka Papi ER," lanjut mantan Wadirlantas Polda Jawa Timur tersebut.
Ayam kampus ditawarkan kepada pelanggan usai diterapis
Dari pengakuan tersangka Papi ER, dia hanya memiliki tiga anak buah yang masih berstatus mahasiswi. "Jadi, antara Mami Ay dan Papi ER ini, kaitannya, Mami Ay sebagai pemilik salon sekaligus germonya, sedang tersangka ER sebagai mucikarinya," ucapnya.
Dalam menjalankan bisnis esek-eseknya, Mami Ay kerap menawarkan layanan pijat plus kepada tamunya usai mendapat layanan pijat di salonnya. Jika si tamu tertarik, Mami Ay menghubungkan tamunya ke Papi ER via telephone selulernya.
Pria hidung belang ditawari ayam kampus lewat foto
Kemudian Papy ER mengirim foto-foto anak buahnya melalui BBM. Jika cocok dengan salah satu ceweknya yang berstatus mahasiswi itu, maka dilakukan transaksi sesuai harga kesepakatan.
"Pijat plus-nya tidak dilakukan di salon, melainkan di lain tempat, yaitu di salah satu hotel di Surabaya sesuai kesepakatan," papar Awi.
Sementara itu, dari bandrol yang disepakati, yaitu antara Rp 2,5 juta hingga 3,5 juta rupiah itu, Papi ER mendapat 30 persennya. "Sedangkan yang 70 persen untuk pemijat plus-plusnya," tandas dia.
Selanjutnya, kedua tersangka dijerat dengan Pasal 296 dan 506 KUHP tentang pencabulan dan perdagangan manusia dengan hukuman maksimal satu tahun penjara.