Dimas Terkenang Kelamnya Malam di Kanjuruhan: Tindih Tubuh Wanita Sudah Tak Bernyawa
Dimas mengaku sempat berusaha mengajak bicara perempuan yang sempat tertimpa tubuhnya di waktu kejadian. Maksudnya, agar tubuh wanita itu tidak tertimpa lebih banyak orang yang terjatuh dari atas tribun. Karena saat itu satu per satu penonton di pinggiran tribun masih terlihat berjatuhan karena pagar yang jatuh.
Dimas Putra Aji Pratama (13) masih merasakan ngilu di kakinya sejak terjatuh ketika desak-desakan saat peristiwa Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10). Kendati sudah sebulan peristiwa berlalu, kakinya masih terasa sangat sakit ketika dibawa berjalan.
"Yang masih saya rasakan kaki sakit dan masih batuk-batuk. Kayak ngilu gitu. Itu karena terjepit sama jatuh, " kata Dimas.
-
Bagaimana jalannya pertandingan Persebaya vs Persita? Permainan kedua tim cukup intens dan menarik, namun hingga peluit akhir dibunyikan skor imbang tidak berubah.
-
Kapan kerusuhan suporter Persibas Banyumas terjadi? Kerusuhan terjadi saat pertandingan tinggal menyisakan 10 menit.
-
Kenapa rumput Stadion Pakansari diganti? Selain mengganti rumput, sistem drainase pun akan diperbaiki. Sejak beroperasi pada 2016, rumput Stadion Pakansari, belum pernah diganti sama sekali. Meski begitu, stadion berkapasita 30 ribu penonton itu, masih digunakan sebagai home base Persikabo 1973 dalam mengarungi Liga 1.
-
Kapan tragedi Kanjuruhan terjadi? Puncaknya meletus pada Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022.
-
Mengapa pertandingan Persis Solo vs Persebaya Surabaya digelar? Menjelang dimulainya Kompetisi BRI Liga 1 2023/2024, para klub peserta bersiap diri. Mereka mengadakan agenda pertandingan uji coba untuk menguji kesiapan klub menyambut turnamen tersebut.
-
Kenapa Stadion Teladan Medan ambruk? Meski stadion tersebut hanya memiliki kapasitas resmi 30.000 penonton, tingginya antusiasme masyarakat, terutama anak-anak, menyebabkan kepadatan yang luar biasa. Pengunjung datang dari berbagai daerah, secara berombongan.
Saat ditemui awak media, Dimas mengaku izin tidak masuk sekolah karena tubuhnya demam. Ia merasa kerap pusing-pusing dan batuk sejak mengalami kejadian tersebut.
"Sering kepala pusing, badan panas, masih batuk-batuk dari hari pertama. Cuma dikasih obat saja," akunya.
Dimas menceritakan kisah mencekam malam itu. Di hari itu, dia pergi ke Stadion Kanjuruhan bersama 15 orang teman seusianya. Dari kampung, mereka sepakat menonton laga Arema vs Persebaya. Dia mengaku memang kerap menyaksikan tim kesayangannya.
Saat kericuhan pecah, siswa kelas 2 SMP itu mengaku terjatuh karena saling dorong di Gate 12. Ia terjatuh dari ketinggian 2,5 meter bersama penyangga pagar besi di tribun. Kemudian menimpa kerumunan orang di bawahnya.
"Pas pagarnya jatuh, saya ikut jatuh, di situ saja menimpa cewek. Langsung ditolong orang. Kondisinya bertumpuk-tumpuk, sekitar 10 menit terjebak. Kepala saya di bawah," kisahnya.
Beruntung seseorang menolongnya saat itu. Dia bisa terlepas dari kerumunan. Kemudian yang dirasakannya pedih akibat gas air mata yang ditembakkan di sekitar tribun tempatnya nonton laga Arema FC vs Persebaya.
"Akhirnya bisa keluar stadion, itu setelah pintu didobrak, kemudian dikasih es batu sama penjual yang di luar itu," kisahnya.
Timpa Jenazah Perempuan
Dimas sulit melupakan peristiwa yang menelan 135 jiwa meninggal dunia itu. Dalam ingatannya terekam jelas keriuhan malam penuh kepanikan.
"Banyak orang pingsan digotong-gotong terus meninggal. Ada lihat yang meninggal. Agak trauma, masih kepikiran hingga sekarang, mayat mayat meninggal, terutama waktu jatuh itu," kenang Dimas.
Akibat peristiwa itu pula, di awal-awal kejadian dia sampai trauma berat. Tak bisa memejamkan mata karena kondisi hari itu membuatnya takut.
Dimas mengaku sempat berusaha mengajak bicara perempuan yang sempat tertimpa tubuhnya di waktu kejadian. Maksudnya, agar tubuh wanita itu tidak tertimpa lebih banyak orang yang terjatuh dari atas tribun. Karena saat itu satu per satu penonton di pinggiran tribun masih terlihat berjatuhan.
"Saya jatuh di pundak cewek, terus saya tepuk pundaknya. Saya bilang, 'Mbak! Tangio ketimbang ketiban-tiban terus dari atas. (Mbak bangun, daripada tertimpa terus dari atas) Terus Mbaknya nggak jawab apa-apa, terus pegang sininya (nadi tangan). Saya cek ternyata sudah nggak ada (nadinya). Setelah itu mbaknya bareng saya digotong sama orang-orang," kisahnya.
Dimas tidak tahu siapa wanita yang secara tak langsung menyelamatkan dirinya. Tetapi, dia ingat jelas, wanita itu berkaos Aremania bertulis Curvasud di punggung.
(mdk/lia)