Dua Balita di Kalteng Terkena Stunting Akibat Banyak Konsumsi Air Mentah
Dadi menuturkan temuan dua kasus itu didapat melalui audit kasus stunting melalui kunjungan kepada keluarga berisiko stunting pada bulan September dan Oktober 2022.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan dua balita di Desa Karta, Kecamatan Sukamara, Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah, terkena stunting akibat mengonsumsi terlalu banyak air mentah.
"Salah satu faktor penyebab stunting dari hasil audit itu adalah sebagian besar masyarakat yang kerap meminum air mentah atau air tanpa dimasak terlebih dahulu," kata Plt Kepala BKKBN Perwakilan Kalimantan Tengah Dadi Ahmad Ruswandi, dilansir Antara, Rabu (21/12).
-
Kapan Air Terjun Nyarai terbentuk? Di sini, kamu bisa menikmati gemuruh air dan kolamnya yang terbentuk sejak ratusan tahun lalu.
-
Kenapa Hari Air Sedunia penting? Peringatan ini menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia dalam hal krisis air, termasuk polusi air, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan akses terhadap air bersih.
-
Dimana air terjun yang viral ini berada? Air terjun itu berada di Gunung Lushan.
-
Kapan Hari Air Sedunia diperingati? Hari Air Sedunia adalah peringatan global yang diadakan setiap tahun pada tanggal 22 Maret untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya air bersih dan keberlanjutannya.
-
Kapan Flu Singapura paling menular? Virus ini sangat menular, terutama pada tujuh hari pertama setelah gejala muncul, dan bisa tetap berada dalam tubuh pengidap selama beberapa hari atau minggu setelah gejala mereda.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
Dadi menuturkan temuan dua kasus itu didapat melalui audit kasus stunting melalui kunjungan kepada keluarga berisiko stunting pada bulan September dan Oktober 2022.
Berdasarkan hasil audit kasus stunting dan monitoring yang dilakukan BKKBN bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), stunting pada kedua balita itu disebabkan ibu dan ayah yang merokok, mengonsumsi air mentah, sanitasi yang kurang baik, banyaknya jumlah anggota di rumah.
Penyebab lainnya adalah ibu memiliki riwayat Kekurangan Energi Kronis (KEK), ibu tidak telaten memberi makanan pada anak, faktor ekonomi yang kurang, rumah kurang pencahayaan, tidak memiliki jamban dan air bersih.
Hal itu membuktikan jika stunting tidak hanya terjadi karena asupan energi dan protein hewani dan nabati yang kurang, ditandai dengan berat badan tampak kurus, gizi kurang dan pendek.
Menurut dia, kondisi ini memprihatinkan, karena prevalensi stunting di Kabupaten Sukamara mencapai 24,7 persen.
Sementara dari hasil Pendataan Keluarga tahun 2021 (PK-21) BKKBN mencatat jumlah keluarga di Kabupaten Sukamara sebanyak 13.111 keluarga. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.041 keluarga berisiko stunting.
Sedangkan sebanyak 1.291 keluarga memiliki baduta (0-23 bulan), 2.553 keluarga memiliki balita (24-59 bulan), dan ada 395 ibu hamil.
Dalam kunjungannya pula, dilakukan penyerahan bantuan paket kebutuhan pokok untuk menunjang kebutuhan gizi keluarga berupa beras, telur, minyak goreng, dan biskuit.
"Saya berharap Tim Pendamping Keluarga (TPK) bekerja sama dengan pakar dan ahli, agar benar-benar mendampingi dan memastikan semua sasaran yang berisiko stunting mendapatkan intervensi yang tepat sesuai faktor risiko," kata Dadi.
Wakil Bupati Sukamara Ahmadi menambahkan, Pemerintah Kabupaten Sukamara melalui TPPS akan terus memperkuat penanganan permasalahan stunting secara bersama-sama dengan lintas sektor terkait.
“Hal ini menjadi komitmen saya selaku Ketua TPPS, untuk menanggulangi serta melakukan turun langsung ke lapangan guna melihat dan memberi edukasi kepada keluarga risiko stunting sehingga nantinya permasalahan stunting bisa tuntas,” kata Ahmadi.
(mdk/eko)