Dua desa di Cianjur terisolir karena jembatan putus
Selama ini aktivitas warga menjadi terganggu akibat tidak adanya fasilitas jembatan penyeberangan.
Puluhan tahun warga di Desa Kubang, Kecamatan Sukaresmi, Cianjur, Jabar, berharap mendapat bantuan dari Pemkab Cianjur, berupa jembatan penghubung antar desa yang belum pernah dimiliki warga.
"Harapan kami Pemkab Cianjur, megabulkan harapan kami untuk segera membangunkan jembatan di atas aliran sungai Cihajere yang selama ini menjadi penghubung antar dua desa karena tidak adanya jembatan penghubung," kata Udin (55) seorang warga pada wartawan Minggu (14/8).
Dia menjelaskan, selama ini aktivitas warga menjadi terganggu akibat tidak adanya fasilitas jembatan penyeberangan. Terlebih ketika hujan turun deras, lebar sungai Cihajere yang mencapai 30 meter meluap, sebagian besar anak usia sekolah di wilayah tersebut terpaksa libur.
"Puluhan tahun warga bertahan dengan kondisi tersebut, sehingga harapan mereka besar harapan mereka terhadadap pemerintah untuk segera membangunkan jembatan di atas aliran sungai Cihajere yang selama ini menjadi penghubung Desa Kubang dengan Desa Sukamahi," kata Udin seperti diberitakan Antara.
Sementara itu, Kepala Desa Kubang, Husen mengungkapkan, kondisi yang selama ini dialami warganya membuat roda perekonomian menjadi terhambat. Tidak ada alat transportasi yang mau masuk ke wilayah tersebut karena harus menyeberangi sungai yang lairannya cukup deras terutama ketika musim penghujan.
"Kami telah berkali-kali mengajukan ke dinas terkait di Pemkab Cianjur, namun hingga saat ini belum ada respon. Untuk membuat fasilitas jembatan di atas aliran sungai Cihajer diperkirakan membutuhkan dana sebesar Rp 800 juta. Sedangkan kami tidak memiliki dana sebesar itu," katanya.
Meskipun pemerintah pusat selama ini mengucurkan anggaran untuk pemerintah desa, anggaran tersebut digunakan untuk membangun infrastruktur jalan yang terdapat di seluruh wilayahnya.
"Anggaran yang selama ini pemerintah kucurkan untuk desa sudah kami gunakan untuk sektor infrastruktur jalan. Saat ini jumlah anggaran yang dikucurkan pemerintah baik pusat, provinsi belum bisa membangun jalan yang ada di sini," kata dia.
Pihaknya berharap Pemkab Cianjur, dapat membantu kesulitan warga tersebut dengan membangun jembatan penghubung agar dapat meningkatkan ekonomi warga dan anak usia sekolah dapat menimba ilmu dengan tenang tanpa harus menempuh resiko terbawa arus.
Baca juga:
Jembatan di India runtuh tersapu banjir, dua bus hanyut
Jalan-jalan di jembatan kaca ini dijamin bikin kaki gemetar
Melihat pembangunan jembatan laut terpanjang di dunia
Cara China uji kekuatan jembatan kaca terpanjang & tertinggi sejagat
Lancarkan arus mudik di Pantura, pemerintah buka jembatan Sipait
Abaikan protes, proyek jembatan Solo Balapan-Tirtonadi jalan terus
Pose model cantik di atas jembatan kaca tertinggi sejagat
-
Di mana Jembatan Cikacepit berada? Salah satu peninggalan tersebut adalah Jembatan Cikacepit yang terletak di Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran.
-
Apa itu Jembatan Cincin? Jembatan Cincin menghubungkan Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban dengan Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Jembatan yang dibangun sejak tahun 1970-an dan termasuk jalur Pantura ini nyaris tak pernah sepi dari lalu lalang kendaraan bermotor.
-
Mengapa Jembatan Cikacepit penting? Jembatan kereta api ini menjadi yang terpanjang di Indonesia yang menghubungkan jalur Banjar-Cijulang. (Foto: Wikipedia) Dari arah Stasiun Kalipucang menuju Stasiun Banjar terdapat Terowongan Hendrik yang letaknya tak jauh dari Jembatan Cikacepit ini.
-
Kapan Jembatan Parhitean diresmikan? Saat jembatan ini rampung dikerjakan pasca Kemerdekaan, bangunan ini akhirnya diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Drs. Mohammad Hatta pada tahun 1950 yang didampingi oleh Gubernur Sumatera, TM Hassan.
-
Apa itu Jembatan Akar? Di Desa Margodadi, Seyegan, terdapat jembatan yang bentuknya cukup unik. Namanya jembatan akar. Oleh warga, jembatan ini dimanfaatkan sebagai penghubung antar RT.
-
Di mana Jembatan Semanggi berada? Jembatan Semanggi dan Cita-cita Soekarno Angkat Jati Diri Negara Merujuk buku “Jakarta: Sejarah 400 Tahun” karya Susan Blackburn, dikatakan bahwa sebenarnya pembangunan Jakarta sudah mulai terasa sejak era kolonial.