Dua Petugas KPPS di Makassar Meninggal Diduga Kelelahan dan Sesak Napas, Lima Orang Dirawat
Salah satu korban adalah seorang mahasiswa yang sudah persiapan untuk ujian skripsi.
Dua Petugas KPPS di Makassar Meninggal Diduga Kelelahan dan Sesak Napas, Lima Orang Dirawat
Dua anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kota Makassar yakni Wilyam Sandi Pailongang (24) dan Dahliyah Salsabilah (23) meninggal dunia diduga akibat kelelahan dan sesak napas. Keduanya jatuh sakit sehari sebelum hari pemungutan suara pada Selasa (13/2).
Ketua Komsi Pemilihan Umum Kota Makassar Hambaliie mengatakan, Wilyam Sandi Pailongang merupakan anggota KPPS di TPS 07 Kelurahan Tamangapa. Hambaliie mengungkapkan sehari sebelum pemungutan suara, Wilyam mengeluh sakit.
"Almarhum ini mengeluh sakit sehari sebelum pencoblosan. Jadi malam pencoblosan dia sudah di rumah sakit," ujarnya kepada wartawan di rumah duka, Kamis (15/2).
Hambaliie menduga Wilyam jatuh sakit akibat kelelahan saat mengantarkan surat undangan memilih kepada warga. KPU Makassar memastikan akan memberikan santunan kepada keluarga korban.
"Mungkin karena keletihan mengantar undangan. Ini kita bicarakan santunannya bersama dengan BPJS Ketenagakerjaan," ungkapnya.
Hambaliie menegaskan seluruh petugas KPPS sudah didaftarkan di BPJS Ketenagakerjaan. Hambaliie menjelaskan berdasarkan pengakuan dari orang tuanya, Wilyam tidak memiliki riwayat penyakit.
"Tidak pernah masuk rumah sakit. Ini baru malam itu, dia kelalahan saat pulang. Dia demam, kemudian dia buang-buang air. Informasi dari orang tuanya," sebtnya.
Hambaliie menambahkan selain Wilyam, ada seorang anggota KPPS di Kelurahan Minasa Upa, Kecamatan Rappocini bernama Dahlia juga meninggal dunia.
"Meninggal sudah dua orang. Minasa Upa satu orang," tuturnya.
Hambaliie mengungkapkan kondisi meninggalnya Dahlia tidak berbeda jauh dengan Wilyam. Dahlia juga meninggal jatuh sakit sehari sebelum pemungutan suara.
"Sama kondisinya. Belum perhitungan suara sudah sakit," kata Hambaliie.
Hambaliie menambahkan saat ini masih ada lima anggota KPPS yang masih menjalani rawat inap dan jalan. Meski demikian, dirinya belum memegang data total anggota KPPS yang sakit selama bertugas.
"Saya belum dapat detailnya," tuturnya.
Sementara ayah Wilyam, Seftandi menceritakan kondisi anaknya sehari sebelum pencoblosan. Saat itu, anaknya mengedarkan surat undangan memilih.
"Adek kemarin itu, setelah dia mengedarkan undangan, dia sudah merasakan kecapean. Drop," ungkapnya.
Seftandi mengaku anaknya tidak sempat bertugas di TPS saat hari pemungutan suara pada Rabu (14/2). Hal itu dikarenakan, Wilyan sudah tidak bisa jalan dan dirawat di Rumah Sakit Primaya Makassar.
"Jadi setelah besoknya (hari H pencoblosan) tidak bisa jalan. Drop dia. Dirawat di RS Primaya, baru dirujuk ke RS Akademis," tuturnya.
Seftandi mengungkapkan saat dirawat di RS, berdasarkan diagnosa dokter anaknya capek dan sesak napas. Seftandi menyebut anaknya sama sekali tidak memiliki riwayat penyakit.
"Sesak napas. Kecapean. Tidak ada. Tidak pernah sakit," ungkapnya.
Seftandi mengaku anaknya meninggal pada pukul 14.00 WITA, Kamis (15/2). Seftandi mengaku sudah memberi tahu anaknya pekerjaan sebagai anggota KPPS sangat berat.
"Memang sudah saya kasih tahu (berat kerjanya). Tapi bilang enggak apa-apa," ungkapnya.
Seftandi mengaku ikhlas anaknya meninggal dunia. Padahal, imbuh Seftandi, Wilyam sudah persiapan untuk ujian skripsi.
"Masih kuliah. Persiapan dia mau ujian ini di STIMIK Dipanegara (kuliah)," pungkasnya.