Eks Tokoh JI Ingatkan Warga Tak Danai Terorisme, Hati-Hati Sebelum Berdonasi
Sehingga, itulah alasan JI tidak segan-segan untuk memanfaatkan niat baik ratusan juta warga Indonesia yang ingin beramal.
Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiah (JI), Nasir Abbas meminta masyarakat untuk berhati-hati sebelum berdonasi. Sebab, kotak-kotak amal yang ada di pengajian ataupun di warung, rumah makan, ataupun fasilitas publik lainnya merupakan salah satu sumber dana jaringan terorisme, yang mana dana tersebut akan digunakan untuk mengirim anggotanya melakukan latihan militer di Afganistan atau Syiria.
"Zaman sekarang, masyarakat tanpa sadar ikut mendanai jaringan terorisme. Orang-orang ditipu melalui infaq atau dana sumbangan. Selain itu dananya juga dari usaha sendiri," kata Nasir dalam diskusi virtual yang diselenggarakan oleh Universitas Budi Luhur, Selasa (6/4).
-
Bagaimana peran Ditjen Polpum Kemendagri dalam menangani radikalisme dan terorisme? Ketua Tim Kerjasama Intelijen Timotius dalam laporannya mengatakan, Ditjen Polpum terus berperan aktif mendukung upaya penanganan radikalisme dan terorisme. Hal ini dilakukan sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
-
Apa yang dirayakan di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban Terorisme? Tujuan diadakannya peringatan ini untuk menghormati serta mendukung para korban terorisme serta melindungi hak asasi manusia.
-
Kenapa Ditjen Polpum Kemendagri menggelar FGD tentang penanganan radikalisme dan terorisme? Direktorat Jenderal (Ditjen) Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka Fasilitasi Penanganan Radikalisme dan Terorisme di Aula Cendrawasih, Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah, Rabu (23/8).
-
Kapan Masjid Quwwatul Islam diresmikan? Pada Selasa (10/10), Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan berdirinya Masjid Quwwatul Islam di Jalan Mataram No. 1, Suryatmajan, Danurejan, Kota Yogyakarta.
Mantan Pimpinan JI untuk wilayah Asia Tenggara itu membeberkan bahwa saat ini saat ini kontak langsung antara Al-Qaeda dengan JI sudah terputus. Pemerintah Indonesia melalui Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) juga sangat ketat mengawasi aliran uang dalam dan luar negeri.
Sehingga, itulah alasan JI tidak segan-segan untuk memanfaatkan niat baik ratusan juta warga Indonesia yang ingin beramal.
"Sekarang hubungan ke Al-Qaeda sudah terputus, walaupun masih ada yang bisa (berhubungan) misalnya JI Pimpinan Para Wijayanto dengan ISIS," ujarnya.
"Tapi mereka tidak habis akal, populasi kita 270 juta, mendapatkan dana donasi itu mudah bagi mereka. Untuk itu jangan sampai kita kasih donasi untuk mereka," pesannya.
Pria yang juga pengamat Terorisme itu lantas membagikan tips agar bisa membedakan mana donasi sungguhan, mana yang diperuntukkan mendanai jaringan terorisme. Tips yang pertama, kata Nasir, yaitu memastikan siapa penerima dana sumbangan tersebut. Dia mengajak masyarakat untuk lebih aktif dalam melakukan check and re-check sebelum menyumbang.
"Kalau misalnya itu kotak sumbangan di warung atau mini market, kita bisa tanya, betul enggak ada pesantrennya. kalau ada, dimana alamat lengkapnya, pokoknya harus tahu jelas. Harus konfirmasi," pesannya.
"Kalau bisa, kita beramal ke (badan amal) yang jelas atau penerimanya jelas. Kalau nggak jelas, nggak usah lah," kata Nasir.
Bukan hanya dari infaq dan sumbangan, sumber dana lain JI kata Nasir, yakni dengan merampok.
"Bisa juga merampok. Seperti kita tahu Imam Samudra pernah lakukan perampokan, Nasarudin pernah melakukan perampokan, JI di Malaysia pernah lakukan perampokan di bawah Hambali," jelasnya.
Sebenarnya, kata dia, Osama Bin Laden pernah memberikan dana yang cukup besar untuk JI, namun dana itu sudah digunakan untuk melakukan aksi-aksi terorisme di Indonesia selama ini.
"Sebenarnya tanpa bantuan dia, JI sudah cukup kaya, sudah cukup banyak uang. Tetapi Hambali menerima juga. Nah, itu dipakai untuk melakukan aksi-aksi bom di Indonesia," ungkapnya.
Baca juga:
Nasir Abbas Beberkan Tahapan Seseorang Terpapar Radikal Intoleran Hingga Siap Mati
Kepala BNPT Sebut Pelaku Teror Dirasuki Pemikiran Sesat Bertentangan dengan Agama
Kriminolog: Jaringan Teroris Merekut Mereka yang Dendam dengan Pemerintah
'Orang yang Frustrasi dan Merasa Berdosa Lebih Mudah Direkrut Jadi Teroris'
Nasir Abbas: Terorisme Berawal dari Kesalahpahaman
CEK FAKTA: Hoaks Dua Surat Wasiat Teroris Makassar dan Mabes Polri Rekayasa