Enam Anak di DIY Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut, Salah Satunya Bayi 7 Bulan
Dokter spesialis anak yang tergabung dalam Tim Dokter Penanganan Gagal Ginjal Akut pada Anak RSUP Dr Sardjito Kristia Hermawan mengatakan hingga saat ini pihaknya belum menemukan penyebab gagal ginjal akut pada anak.
13 Kasus anak mengalami gagal ginjal akut ditangani oleh RSUP Dr Sardjito sejak Januari-Oktober 2022. Dari 13 pasien ini, enam orang dinyatakan meninggal. Salah satu pasien yang meninggal ini adalah seorang bayi berusia tujuh bulan di Kabupaten Bantul, DIY.
Dokter spesialis anak yang tergabung dalam Tim Dokter Penanganan Gagal Ginjal Akut pada Anak RSUP Dr Sardjito Kristia Hermawan mengatakan hingga saat ini pihaknya belum menemukan penyebab gagal ginjal akut pada anak.
-
Bagaimana cara mencegah gagal ginjal? Gagal ginjal dapat dicegah dengan langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan secara rutin.Pertama, sangat penting untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dengan meninggalkan kebiasaan merokok dan menghindari alkohol.Selain itu, memantau fungsi ginjal secara teratur melalui tes darah dan urin juga penting untuk memastikan kesehatan ginjal. Kemudian mengontrol tekanan darah dengan menjaga pola makan yang sehat.Berolahraga secara teratur dan menghindari makanan yang tinggi garam juga dapat membantu mencegah gagal ginjal.Selain itu, memperhatikan asupan cairan dengan minum air putih yang cukup juga sangat penting untuk menjaga kesehatan ginjal.
-
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal? Apabila penyakit ginjal sudah tahap akhir alias gagal ginjal kronis, maka tidak bisa lagi diperbaiki, yang bisa dilakukan adalah mengganti fungsi ginjal menyaring dan membuang racun dengan cuci darah alias hemodialisis, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), atau transplantasi ginjal.
-
Kapan gejala penyakit ginjal muncul? Gejala penyakit ginjal dapat sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan seperti kelelahan dan nyeri punggung, hingga gejala yang lebih serius seperti pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, serta gangguan pada tekanan darah.
-
Apa yang bisa merusak ginjal dari obat pereda nyeri? Obat pereda nyeri seperti paracetamol dan ibuprofen ternyata bisa sebabkan kerusakan ginjal jika dikonsumsi berlebihan. Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU-K dari Siloam Hospitals ASRI, mengungkapkan bahwa kebanyakan obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit memiliki kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. "Semua painkiller, hati-hati, bisa merusak ginjal. Bahasa gampangnya begitu," kata Nur dalam diskusi media 'MengatasiKasusBatu Ginjal yang Sulit dengan Retrograde Intrarenal Surgery (RIRS)' di Jakarta pada Rabu, 5 Juni 2024.
-
Kenapa obat pereda nyeri bisa merusak ginjal? Hal ini bisa terjadi karena banyak painkiller dikeluarkan melewati ginjal, sehingga membuat kerja organ tersebut semakin berat. Walau begitu Nur menjelaskan bahwa terdapat jenis painkiller yang lebih aman untuk ginjal karena metabolisme tidak dilakukan di ginjal.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan ginjal? Berikut adalah beberapa cara efektif untuk menjaga kesehatan ginjal, Konsumsi Air yang Cukup: Memastikan asupan cairan yang cukup membantu ginjal dalam proses penyaringan limbah dan mencegah dehidrasi. Disarankan untuk minum air putih dalam jumlah yang memadai setiap hari, sekitar 8 gelas atau lebih, tergantung pada kebutuhan dan aktivitas tubuh. Jaga Pola Makan Sehat: Diet seimbang yang rendah sodium, gula, dan lemak jenuh dapat mengurangi beban kerja ginjal. Konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral, serta batasi makanan olahan dan tinggi garam. Rutin Berolahraga: Aktivitas fisik secara teratur membantu menjaga berat badan yang sehat dan mengontrol tekanan darah. Cobalah untuk berolahraga setidaknya 150 menit per minggu, seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda. Kontrol Tekanan Darah: Hipertensi adalah salah satu penyebab utama penyakit ginjal. Monitor tekanan darah Anda secara rutin dan lakukan tindakan untuk menjaga tekanan darah tetap dalam rentang yang sehat, seperti mengurangi konsumsi garam dan rutin berolahraga. Kelola Diabetes dengan Baik: Jika Anda memiliki diabetes, penting untuk mengontrol kadar gula darah dengan diet, obat-obatan, dan pengawasan medis yang tepat. Diabetes yang tidak terkelola dengan baik dapat merusak ginjal secara perlahan. Hindari Penggunaan Obat yang Tidak Perlu: Beberapa obat, terutama obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dapat merusak ginjal jika digunakan dalam jangka panjang atau dalam dosis tinggi. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan dan hindari penggunaan obat yang tidak diperlukan. Periksa Kesehatan Ginjal Secara Berkala: Jika Anda memiliki faktor risiko penyakit ginjal, seperti riwayat keluarga atau kondisi medis tertentu, lakukan pemeriksaan ginjal secara rutin. Tes darah dan urine dapat membantu mendeteksi masalah ginjal pada tahap awal. Hindari Alkohol dan Rokok: Alkohol dan rokok dapat membahayakan kesehatan ginjal dan meningkatkan risiko komplikasi. Batasi konsumsi alkohol dan hindari merokok untuk menjaga kesehatan ginjal Anda. Jaga Berat Badan Ideal: Obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal serta kondisi lainnya seperti diabetes dan hipertensi. Menjaga berat badan dalam kisaran sehat melalui diet dan olahraga dapat mengurangi risiko tersebut. Perhatikan Kesehatan Saluran Kemih: Hindari penahanan urine terlalu lama dan pastikan untuk buang air kecil secara teratur. Infeksi saluran kemih yang tidak diobati dengan cepat dapat menyebar ke ginjal dan menyebabkan komplikasi. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat membantu menjaga kesehatan ginjal dan mencegah perkembangan penyakit ginjal.
"Untuk pasien meninggal dunia, satu berusia tujuh bulan dan tidak pernah mengonsumsi obat apapun. Pasien baru mendapatkan ASI dari sang ibu dan MP (makanan pendamping) ASI pun tidak kemasan dan dibuat oleh ibunya," kata Kristia, Rabu (19/10).
"Kemudian yang pasien usia 11 bulan memang datang dalam kondisi gagal ginjal dan ada keterlibatan paru-paru dan jantung," sambung Kristia.
Kristia mengungkapkan dua pasien berusia tujuh dan 11 bulan ini selain mengalami gagal ginjal juga mengalami gangguan organ lain yaitu paru-paru dan liver.
Kristia mendiagnosis gangguan organ paru-paru dan liver ini terjadi karena imbas kerusakan ginjal karena gagal ginjal akut yang masih misterius penyebabnya hingga saat ini.
"Kita belum tahu apa penyebab gagal ginjalnya apa, apa itu toksin atau proses peradangan. Ketika sudah ada kondisi gagal ginjal ini, ini yang paling berat disertai organ lain juga," terang Kristia.
"Ginjal kalau tidak disertai pengeluaran cairan dia bisa sesak. Ginjal itu fungsi mengeluarkan cairan kalau tidak keluar akan menumpuk di paru-paru dan napas jadi sesak," sambung Kristia.
Sementara itu dokter lainnya Retno Palupi mengakui dua pasien berusia tujuh dan 11 bulan ini memang dirujuk ke RSUP Dr Sardjito sudah mengalami penurunan kesadaran.
"Kondisi penurunan kesadaran ini membuat kondisi sulit pada pasien," ucap Retno.
3 Anak Sakit Gagal Ginjal Akut di RSUP Dr Sardjito Dinyatakan Sembuh
RSUP Dr Sardjito menangani 13 pasien gagal ginjal akut sejak Januari-Oktober 2022. 13 pasien gagal ginjal akut ini memiliki rentang usia dari tujuh bulan hingga 13 tahun.
Dari 13 pasien ini, ada tiga orang yang dinyatakan sembuh, sementara enam pasien dinyatakan meninggal dunia dan empat orang masih menjalani perawatan di RSUP Dr Sardjito.
Retno mengatakan, tiga pasien yang dinyatakan sembuh ini tak mengalami gangguan organ lainnya selain ginjal. Kondisi ini berbeda dengan pasien lainnya yang saat ditangani sudah mengalami komplikasi gangguan organ selain ginjal.
"Pasien yang sembuh tidak mengalami gangguan organ lainnya semisal pembekuan darah. Ini berbeda dengan pasien lain yang masuk kategori berat dengan gangguan ginjal dan terjadi pembekuan darah," kata Retno, Rabu (19/10).
Pasien Gagal Ginjal Akut Cuci Darah
Retno mengungkapkan sebagian besar pasien gagal ginjal akut harus menjalani cuci darah atau hemodialisa. Meski demikian Retno menyebut cuci darah ini dilakukan sembari melihat kondisi pasien.
Untuk pasien yang sembuh, sambung Retno, ada yang harus menjalani cuci darah dan ada satu yang tidak. Untuk yang tidak ini dilakukan pengobatan biasa.
Retno menambahkan selain menggunakan cuci darah, sejumlah pasien juga harus memakai ventilator karena ada gangguan pernafasan akibat adanya cairan di paru-paru akibat kinerja ginjal tak berjalan normal.
"Beragam kondisi pasien itu, membuat belum ada preditor atau tolak ukur apakah pasien yang sembuh ini adalah yang melakukan cuci darah atau tidak," ungkap Retno.
Pasien Sembuh Tak Lagi Cuci Darah
Senada dengan Retno, tim dokter yang ikut menangani pasien gagal ginjal akut anak, Kristia Hermawan mengatakan pasien yang dinyatakan sembuh sudah tak lagi dilakukan cuci darah. Meski demikian, pemantauan pada organ tubuh lainnya tetap dilakukan.
Kristia menjelaskan jika ginjal yang dinyatakan normal mampu mengelola cairan tubuh berkapasitas 90 mililiter permenit. Untuk kategori di bawah itu, maka dibutuhkan pantauan khusus termasuk apakah harus cuci darah atau tidak.
Kristia menambahkan saat ini masih ada empat pasien gagal ginjal akut yang ditangani RSUP Dr Sardjito. Para pasien ini disebut Kristia masih memerlukan prosedur cuci darah.
"Empat pasien yang dirawat masih menjalani prosedur cuci darah," tutur Kristia.
(mdk/gil)