Fakta-fakta terbaru kasus Brigadir Petrus mutilasi 2 anaknya
Polisi menemukan tumpukan kayu yang diduga akan digunakan tersangka untuk membakar rumah.
Polisi hingga kini masih mengusut kasus mutilasi yang dilakukan Brigadir Petrus Bakus terhadap kedua anak kandungnya, F (5) dan A (3) di asrama Polres Melawi, Gang Darul Falah, Desa Faal, Kecamatan Nanga Pinoh, Melawi, Kalimantan Barat.
Olah tempat kejadian perkara (TKP) sudah dilakukan. Bahkan prarekonstruksi yang dilakukan Minggu (28), menghadirkan sang istri, Windri Hairin Yanti. Sebanyak 27 adegan pun diperagakan.
Windri memperagakan sendiri saat dia bertemu dengan suaminya, Brigadir Petrus. Namun dia beberapa kali harus dipapah polwan, lantaran syok dan tak kuasa menahan kesedihan.
Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Kalbar, AKBP Supriadi mengatakan, pra rekonstruksi digelar mengacu keterangan saksi-saksi yang sudah dimintai keterangan penyidik, dimulai dari awal kejadian hingga penangkapan terhadap Brigadir Petrus Bakus.
"Untuk memperjelas keterangan yang tertuang di BAP (berita acara pemeriksaan)," kata Supriadi saat dikonfirmasi, Minggu (28/2).
Dalam perkembangannya, polisi menemukan sejumlah fakta baru. Berikut uraiannya:
-
Bagaimana polisi menangani pria yang berpura-pura kesurupan? Iptu Anwar, Kepala Bagian Operasional (KBO) Lantas Polres Karawang mengatakan anggotanya memutuskan membawa motor pengendara tersebut ke Mapolres Karawang. "Kami memanggil pihak keluarga pengendara sepeda motor yang pura-pura kesurupan untuk dimintai keterangan," ucap dia.
-
Mengapa polisi mengancam akan menjerat keluarga para pelaku? Polisi mengancam keluarga dapat dijerat Pasal 221 KUHP karena dianggap menyembunyikan atau penghalang pelaku kejahatan.
-
Apa yang diminta Sahroni kepada polisi terkait kasus pelecehan anak? Ke depan polisi juga diminta bisa lebih memprioritaskan kasus-kasus pelecehan terhadap anak. Polisi Diminta Dampingi Psikologis Anak dan Istri korban Pencabulan Oknum Petugas Damkar Polisi menangkap SN, pria yang tega melakukan dugaan tindak pidana pencabulan terhadap anaknya sendiri yang berusia 5 tahun. Tidak hanya diminta menghukum berat pelaku, polisi diminta juga mendampingi psikologis korban dan ibunya. “Setelah ini, saya minta polisi langsung berikan pendampingan psikologis terhadap korban serta ibu korban. Juga pastikan agar pelaku menerima hukuman berat yang setimpal. Lihat pelaku murni sebagai seorang pelaku kejahatan, bukan sebagai seorang ayah korban. Karena tidak ada ayah yang tega melakukan itu kepada anaknya,” ujar Sahroni dalam keterangan, Kamis (4/4).
-
Bagaimana Sahroni ingin polisi memprioritaskan kasus pelecehan anak? Ke depan Sahroni ingin polisi bisa lebih memprioritaskan kasus-kasus pelecehan terhadap anak. “Dari yang saya lihat, rentang pelaporan hingga pengungkapan masih memakan waktu yang cukup lama, ini harus menjadi catatan tersendiri bagi kepolisian. Ke depan harus bisa lebih dimaksimalkan lagi, diprioritaskan untuk kasus-kasus keji seperti ini. Karena korban tidak akan merasa aman selama pelaku masih berkeliaran,” tambah Sahroni.
-
Apa yang dilakukan polisi kepada pemuda itu? Saat mereka berdua keluar tol, pemuda tersebut langsung diajak makan oleh anggota Polri yang tidak diketahui namanya itu. Pasalnya, pemuda tersebut belum makan dan masih harus melakukan perjalanan yang cukup panjang.“Ayo nanti keluar tol kita makan dulu, ya. Kita sarapan dulu, ya,” kata Polisi. Sesampainya di tempat makan, pemuda tersebut pun manghabiskan makanannya dengan lahap. Ia mengaku sudah kehabisan energi untuk berjalan kaki. Setelah makan, Polisi tersebut memberikan sejumlah uang dan sembako kepada pemuda itu untuk ongkos naik kendaraan umum dan bekal selama di rumah.“Buat bekal, buat ongkos ini, ya, cukup ya. Ini sembako buat bawa balik. Hati-hati di jalan, ya
-
Bagaimana polisi membantu pemuda tersebut? Saat mereka berdua keluar tol, pemuda tersebut langsung diajak makan oleh anggota Polri yang tidak diketahui namanya itu. Pasalnya, pemuda tersebut belum makan dan masih harus melakukan perjalanan yang cukup panjang.“Ayo nanti keluar tol kita makan dulu, ya. Kita sarapan dulu, ya,” kata Polisi. Sesampainya di tempat makan, pemuda tersebut pun manghabiskan makanannya dengan lahap. Ia mengaku sudah kehabisan energi untuk berjalan kaki. Setelah makan, Polisi tersebut memberikan sejumlah uang dan sembako kepada pemuda itu untuk ongkos naik kendaraan umum dan bekal selama di rumah.“Buat bekal, buat ongkos ini, ya, cukup ya. Ini sembako buat bawa balik. Hati-hati di jalan, ya
Petrus sempat main bersama dua anaknya
Ali Murtando, tetangga Petrus memaparkan, sebelum peristiwa tragis itu terjadi, Petrus terlihat bermain bersama anak-anaknya di depan rumah dinasnya. Namun suasana itu berubah drastis, memasuki Jumat (26/2) dini hari.
"Kalau tidak ada teriakan istrinya, mungkin kami tidak tahu apa yang sudah terjadi," ungkap Ali.
Beberapa saat kemudian, suasana kembali hening. Tak lama berselang, dalam kondisi telanjang dada Brigadir Petrus keluar rumah dan terlihat berbincang dengan sesama anggota kepolisian. Dari perbincangan itu terdengar Petrus telah membunuh kedua anaknya. Ali pun datang menghampiri Petrus.
"Saya sempat ajak ngobrol (Petrus Bakus). Kalau saya lihat, dia terlihat seperti biasa saja. Saya lihat juga dia perilakunya baik saja sama anak-anaknya. Sekitar setengah jam kemudian, datang anggota polisi lainnya," ujar Ali.
Petrus mengumpulkan kayu untuk membakar keluarganya
Dari hasil olah TKP, Sabtu (27/2), penyidik menemukan secarik kertas yang bertuliskan 'terjadilah padaku menurut perkatamu' di belakang rumah dinas Petrus. Kemudian, penyidik juga menemukan tumpukan kayu yang menurut pengakuan tersangka akan digunakan untuk membakar dirinya dan keluarganya.
Kapolda Kalimantan Barat, Brigjen Pol Arief Sulistyanto mengatakan, berdasarkan pengakuan pelaku setelah membunuh kedua anaknya, dia juga akan membunuh istrinya. Setelah itu baru akan bunuh diri, dan membakar mayat keluarganya dengan kayu yang telah disiapkan di belakang rumahnya.
"Langkah kami saat ini, yakni sudah melakukan olah TKP, autopsi, penyitaan barang bukti, melakukan uji narkoba yang hasilnya negatif, melakukan pra rekonstruksi, mendatangkan tim psikolog baik dari Polda Kalbar maupun Mabes Polri," kata kata Arif, di Melawi Senin (29/2), dilansir Antara.
Petrus cetak nilai tertinggi saat tes masuk polisi
Kapolda Kalimantan Barat, Brigjen Pol Arief Sulistyanto menyatakan, saat rekrutmen penerimaan anggota Polri terhadap Brigadir Petrus tidak menemukan kejanggalan dalam diri tersangka kasus mutilasi dua anak balitanya itu.
Bahkan, Arief mengungkapkan, dari hasil tes, pelaku menduduki nilai paling tinggi dari Polres Melawi, dan sudah melewati serangkaian tes standar dari Mabes Polri.
"Dari hasil pemeriksaan saksi-saksi, mulai dari teman seangkatan, lingkungan kerja dan lainnya, tidak ada yang aneh dengan perilaku pelaku, sehingga terpilih pendidikan Brigadir Intelijen dan ditempatkan di Intelkam Polres Melawi," kata Arif, di Melawi Senin (29/2).
Selain itu, kata dia, selama proses pembinaan karier Polda Kalbar juga melakukannya secara ketat. Dan tidak pernah terjadi pelanggaran dan penyimpangan oleh pelaku. Petrus adalah lulusan Brigadir 2007 dari Polres Melawi, yang lahir di Tahuban 1988, Kabupaten Landak.
Istri menemukan SMS dari wanita di HP Petrus
Ada dugaan perselingkuhan yang melatarbelakangi Brigadir Petrus Bakus hingga berbuat nekat, memutilasi kedua anak kandungnya, F (5) dan A (3). Hal ini diungkapkan langsung oleh Kapolda Kalbar Brigjen (Pol) Arief Sulistyanto.
"Berdasarkan fakta-fakta dan keterangan istrinya Windri Hairin Yanti, dalam dua minggu terakhir pelaku sering marah-marah, setelah istrinya menuding pelaku selingkuh yang berawal dari masuknya pesan singkat ke handphone pelaku dari seorang perempuan," kata Arief Sulistyanto dalam keterangan persnya di Pontianak, Senin (29/2).
Arief menjelaskan, dampak dari pesan singkat itu, istri pelaku menuduh Petrus selingkuh. Tetapi pelaku juga cemburu dengan istrinya yang sehari-hari membantu suaminya mencari penghasilan tambahan dengan menerima pesanan kue ulang tahun dan lain sebagainya.
"Sehingga ke mana-mana istrinya selalu diawasi oleh orang suruhan pelaku. Istrinya menjadi tidak senang karena sudah tidak ada saling percaya, dampaknya istrinya minta cerai yang terjadi dua minggu sebelum kasus pembunuhan tersebut," ungkapnya.
Sehingga, menurut Arief, pelaku menjadi pemarah, dan malah menurut pengakuan istrinya, kedua anaknya pernah memberitahukan bahwa pelaku akan membunuh istrinya, tetapi omongan kedua anak tersebut tidak dihiraukan Windri, sehingga terjadilah pembunuhan itu.
"Menurut pengakuan istrinya, pelaku selama seminggu ini terlihat marah-marah dan seperti mengusir orang tetapi yang diusir sebenarnya tidak ada. Hal itu sudah diantisipasi dengan berkonsultasi dengan romo di Gereja," ujarnya kepada Antara.