FPI tak larang bedah buku Tan Malaka, asal di kampus
FPI tak membubarkan saat buku Tan Malaka dibedah di Kampus Unair. Namun mereka melarang diskusi di tempat umum.
Meski berniat membubarkan acara bedah buku Tan Malaka yang digelar di C20 Library, Jalan dr Cipto, Surabaya Jawa Timur, Jumat malam (7/2), Front Pembela Islam (FPI) mengaku tidak melarang bedah buku tokoh revolusioner tersebut jika digelar di lingkungan kampus.
Hal ini disampaikan Ketua Bidang Nahi Munkar FPI Jawa Timur, KH Dhofir saat menggeruduk lokasi acara.
"Kalau acara itu digelar di sekolah kan beda. Bedah buku dikupas secara ilmiah untuk mencari kebenaran. Beda kalau dilakukan di tempat umum dan mengundang banyak orang itu kan mengajak untuk tidak benar," tegas dia.
Seperti diketahui, pagi tadi sekitar pukul 09.00-11.30 WIB, di Kampus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya juga menggelar acara bedah buku Tan Malaka edisi 4.
Acara yang digelar di Gedung Chairil Anwar Fakultas Ilmu Budaya Kampus Unair itu juga mengundang si penulis buku Tan Malaka berjudul Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia, yaitu Harry A Poeze.
"Itu kan dikupas secara ilmiah untuk mencari kebenaran, ini kan tidak. Entah itu bedah WC atau bedah apa, yang jelas acara ini kan dibuka di tempat umum, dan mengundang peserta umum, itu artinya mereka mengajak orang-orang ke jalan yang tidak benar," ketus Dhofir.
Tokoh asal Madura itu tidak peduli meski acara bedah buku digelar di perpustakaan umum.
"Di sekolah dengan tempat umum itu beda. Kalau di sekolah besertanya mahasiswa, yang akan diarahkan untuk mencari kebenaran. Bukunya dibedah secara ilmiah, kalau di tempat umum jelas tidak, karena pesertanya orang-orang PKI," dalihnya ketus.
Sementara dari pantauan di lapangan, meski sudah membubarkan diri usai berdialog dengan pihak kepolisian, FPI dan GUIB yang menggeruduk Gedung C20 Library terlihat kembali mendatangi lokasi sekitar pukul 19.45 WIB dan kembali menggelar tikar di dekat lokasi.
Pihak kepolisian sendiri, masih berjaga-jaga dan meminta beberapa awak media untuk segera meninggalkan lokasi. Sebab, jika masih tinggal, para anggota FPI enggan pergi.
"Maaf kiai ini teman-teman media, bukan peserta diskusi. Mereka juga sudah mau pulang," kata salah satu anggota FPI yang juga sempat meminta awak media pergi, agar Dhofir Cs juga meninggalkan lokasi seperti yang dimintai pihak kepolisian.