Gang Dolly ditutup, prostitusi terselubung berdenyut
"Mas, mampir dulu, tenang masih ada kok," kata seorang pria.
Setelah penutupan Gang Dolly dari aktivitas prostitusi dan usai bentrokan antara personel gabungan dengan warga Gang Dolly pada H-1 Lebaran Hari Raya Idul Fitri, situasi di lokalisasi yang konon disebut-sebut terbesar se-Asia Tenggara itu terlihat lengang.
Dari pantauan merdeka.com, Selasa (29/7) ini, Gang Dolly tak ubahnya 'kota mati' yang jauh dari hingar bingar aktivitas prostitusi, seperti sebelum ada instruksi penutupan dari Pemkot Surabaya.
-
Kenapa Dolly membantu Sherin? “Makanya saya ke mana-mana banting tulang kerja tuh inget almarhum dulu waktu hidup baik banget sama keluarga kita, sama saya baik, kalau saya butuh dibantu dan sekarang gantian gimana saya bisa bantu (keluarga) almarhum,” ungkapnya.
-
Kenapa Tari Beruji Doll diiringi Gendang Doll? Perbedaan ini bukan hanya dari segi fisik saja, namun kualitas suara yang dihasilkan dari setiap pukulan ini jauh berbeda antara Doll dengan alat musik pukul lainnya.
-
Di mana kue putu tersebar? Menariknya, hingga saat ini kue ini juga masih bisa dijumpai di sejumlah negara lain di Asia.
-
Kapan Putu Piring banyak dicari? Bulan Ramadan menjadi momen spesial bagi masyarakat Muslim, karena mereka bisa berburu makanan untuk berbuka puasa atau biasa disebut takjil.
-
Apa itu Tari Beruji Doll? Tari Beruji Doll ini bukan sekadar menari dengan gerakan-gerakan tari biasanya, melainkan para pemainnya juga harus memainkan Gendang Doll tersebut. Mereka dituntut untuk bisa memadukan irama gerakan tubuh dengan ketukan Gendang Dollnya.
-
Apa itu Dodol Susu Boyolali? Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, memiliki kuliner khas tradisional bernama dodol susu.
Penutupan Gang Dolly sendiri, dideklarasikan oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini pada 18 Juni lalu di Gedung Islamic Center Jalan Dukuh Kupang, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan.
Sementara pasca-insiden 27 Juli lalu, yang juga menjadi hari peringatan tragedi kerusuhan 27 Juli atau Kuda Tuli, di Gang Dolly maupun di Jarak, tidak terlihat satupun wisma yang buka.
Aktivitas lalu lalang pengguna jalan terlihat sepi, hanya satu-dua kendaraan saja. Itupun jarang-jarang. Meski begitu, masih ada beberapa warung kopi dan toko yang buka.
Meski terlihat sepi dan sunyi, bukan berarti Dolly dan Jarak mati total. Wisma boleh tutup, lampu penerangan boleh mati, tapi bisnis lendir masih berdenyut.
Di balik kegelapan di depan wisma, tampak terlihat beberapa lelaki, yang hanya seperti seorang pejalan kaki biasa. Bahkan terlihat bersantai menikmati suasana jalanan sambil menikmati rokok.
Jika melihat lelaki berjalan atau kendaraan yang memperlambat lajunya, pria tersebut menyapa ramah dan menawarkan sesuatu pemuas syahwat.
"Mas, mampir dulu, tenang masih ada kok," kata seorang pria dengan celana pendek kepada merdeka.com yang tengah melintas melihat situasi, Selasa malam (29/7).
Di sebuah warung kopi yang berada di ujung timur Gang Dolly, seorang pria sempat menerima telepon dari rekannya. Dari pembicaraannya, si penelepon menanyakan situasi di Gang Dolly.
Usai deklarasi penutupan pada 18 Juni lalu, penentangan terus berjalan. Wisma-wisma yang ada masih tetap buka, kecuali Wisma Barbara milik Sakak, yang sudah dijual ke Pemkot Surabaya.
Kemudian, saat bulan puasa tiba, seluruh wisma libur. Seluruh PSK (pekerja seks komersial) dipulangkan. Para pemilik wisma berjanji, seluruh PSK miliknya akan kembali siap melayani pria hidung belang setelah lebaran.
Baca juga:
Warga terdampak eks lokalisasi Gang Dolly mulai mandiri
Lokalisasi RT 8 Bengkulu tolak pendatang dari Gang Dolly
Warga Gang Dolly direkrut jadi driver dan satpam Pemkot Surabaya
Ratusan anak di Dolly alami berbagai tindak kekerasan
Eks penghuni Dolly silakan pindah ke Batam, tapi jangan jadi PSK