Gara-gara film porno, 5 anak SD tusuk kemaluan temannya
NA (9) harus menderita trauma yang cukup berat setelah dianiaya, disekap dan dilecehkan.
Entah apa yang merasuki pikiran dari para siswa SD saat ini hingga tega melakukan tindak kekerasan di luar batas seperti halnya film action di luar negeri. Bagaimana tidak, mungkin hati kita teriris saat melihat tayangan video di jejaring sosial Youtube yang menampilkan adegan kekerasan para siswa SD yang menganiaya temannya yang perempuan.
Tidak hanya satu orang melainkan banyak yang ikut menganiaya di video tersebut. Kini menyusul Bukit Tinggi, di Medan seorang siswi SD juga menjadi korban kekerasan dari teman sekelasnya. Dia disekap dalam kamar mandi dan dianiaya hingga akhirnya siswi SD tersebut dilecehkan.
NA (9) harus menderita trauma yang cukup berat setelah dianiaya, disekap dan dilecehkan dengan cara kemaluan dan anusnya dimasukkan gagang sikat wc. Karena takut kembali dianiaya, dia memilih diam dan tak bersuara. Namun orangtua yang curiga pun akhirnya berhasil mengungkap apa yang didera oleh anak kesayangannya tersebut.
Bagaimana kisah tragis penganiayaan dan pelecehan yang dilakukan 5 siswa SD di Medan ini terjadi? Berikut gara-gara film porno, 5 anak SD tusuk kemaluan temannya pakai gagang sikat
-
Apa bentuk kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Kenapa kekerasan anak di satuan pendidikan meningkat? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif.
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Bagaimana anak-anak dari sekolah pencuri menjalankan aksinya? Setelah satu tahun bersekolah, para remaja itu bisa 'lulus', mencuri perhiasan di pesta pernikahan orang kaya.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
Nonton film porno, 5 anak SD aniaya dan lecehkan teman wanitanya
Setelah kasus kekerasan para pelajar SD yang terekam kamera di Padang, Sumatera Barat, kekerasan terhadap siswa SD lainnya juga terungkap di Medan. Salah seorang siswi SD Negeri Percobaan mengaku dianiaya lima siswi lain di sekolah mereka.
Dugaan penganiayaan ini terjadi di SD Negeri Percobaan yang berada di Jalan Sei Petani, Medan. Korbannya berinisial NA (10), siswi kelas 4. Lima pelakunya juga teman sekelasnya, dua di antaranya merupakan pelaku utama, yaitu T dan I.
Pihak SD Negeri Percobaan, Jalan Sei Petani Medan, sudah menyelidiki penganiayaan yang dialami siswinya berinisial NA (9). Ada pengakuan bahwa pelaku diajari untuk melakukan adegan sama dengan film porno yang baru ditontonnya.
"Pengakuan anak-anak, katanya ada yang mengajari, tapi siapa yang mengajari? Namanya bahasa anak-anak, pengakuannya berubah-ubah," kata Elly Zarahmi Simatupang, Kepala SD Negeri Percobaan, Selasa (14/10).
NA disekap dan dianiaya dalam wc saat jam istirahat
Penganiayaan terhadap NA (10) siswi SD Negeri Percobaan, Jalan Sei Petani Medan bisa terungkap setelah korban NA menceritakan kejadian yang dialaminya. Dia mengaku disekap di kamar mandi di sebelah ruang guru pada jam istirahat pertama.
Saat disekap, tiga siswi lain berjaga di luar. Sementara itu di dalam kamar mandi, dua siswi berinisial T dan I menganiaya NA. Seorang di antara mereka membuka rok dan celana dalam korban, sedangkan seorang lagi menusuk kemaluan dan anus korban dengan gagang brush kamar mandi.
Terkait kasus pelecehan tersebut, pihak sekolah mengaku sudah menanyakan para siswa satu per satu terkait penganiayaan ini. Pihak sekolah menyimpulkan ada penyimpangan yang belum pantas dilakukan.
Siswa yang terlibat dalam penganiayaan mengaku diajak T, yang dituding sebagai pelaku utama ke kamar mandi pada istirahat jam pertama. Tiga siswa mengaku berjaga di luar kamar mandi. Sementara T masuk ke dalam bersama I. "Mereka (para pelaku) bilang, si anu mengambil sikat WC dan mencolokkannya (menusukkannya) ke kemaluan dan anus NA," jelas Elly.
NA dilecehkan lebih dari satu kali
Bukan hanya sekali. Penganiayaan yang dialami oleh NA (10) yang dilakukan oleh kelima temannya itu diulangi secara berulang-ulang hingga 3 hari berturut-turut, yaitu pada 29 dan 30 September, serta 1 Oktober lalu.
Semula NA tidak mau menceritakan kejadian ini karena takut pelaku mengulangi penganiayaan ini. Namun, setelah didesak orangtuanya, bocah ini memaparkan semuanya.
Mendengar pengaduan NA, orangtuanya langsung memeriksakan bocah itu ke dokter. "Pihak dokter menyatakan bahwa pada bagian anus anak saya telah ada luka robek, sedangkan selaput daranya masih baik. Anak saya masih belum mau sekolah karena trauma," kata SA, ibu NA.
Merasa anaknya tak bersalah, orangtua pelaku minta bukti
Akibat kejadian itu, korban sakit. Dia tidak masuk sekolah. Orang tua NA kemudian dipanggil dan dipertemukan dengan orang tua T dan I untuk didamaikan. "Tapi keluarga korban dan siswa lain minta agar pelaku diskorsing atau dipindahkan. Tapi orangtua pelaku tidak terima dan meminta bukti. Kami juga tidak bisa apa-apa karena ada UU Sisdiknas," sebut Elly.
Kini penganiayaan yang dialami siswi SD Negeri Percobaan berinisial NA (9) warga Jalan Sei Petani, Medan, masuk ke dalam ranah hukum. Orangtua korban yang tak terima anaknya diperlakukan anonoh pun mengadu ke Polresta Medan, Selasa (14/10).
"Kami sebenarnya tidak ingin memperpanjang masalah, lama kasus ini kami dinginkan. Tapi karena tidak ada tindakan pihak sekolah dan pihak keluarga pelaku bersikeras tidak salah, maka kami membuat laporan ini," kata SA, ibu NA, di Mapolresta Medan.
SA mengatakan, dia dan orangtua siswa lain hanya ingin agar pelaku dipindahkan. Harapannya, agar tidak ada lagi siswi yang jadi korban. Namun, pihak keluarga pelaku tidak rela memindahkan anaknya. Mereka justru meminta bukti dari penyelidikan. "Makanya kami ke sini membuat laporan," jelas SA.