Gara-gara hal sepele, para anak ini sampai disiksa ayah kandung
Meski sulit dipercaya, banyak orangtua yang tega memperlakukan anak dengan kasar.
Kasih ibu atau bapak sepanjang masa, kasih anak sepanjang jalan. Pepatah itu sering diungkapkan untuk menggambarkan betapa sayang dan cintanya orangtua terhadap anaknya.
Ya, tak bisa dipungkiri bahwa dalam suatu keberhasilan seorang anak, pasti ada peran andil orangtua di dalamnya. Peran orangtua sangat penting terhadap tumbuh kembang anaknya.
Namun siapa sangka, seringkali orangtua yang kita hormati justru menjadi petaka buat. Meski sulit dipercaya, banyak orangtua yang tega memperlakukan anak dengan kasar.
Mereka para orangtua, khususnya ayah yang memang harus tegas sebagai kepala keluarga sering kali bertingkah di luar batas. Dia tega memarahi, memukul hingga tak jarang sampai menghilangkan nyawa anak yang dibesarkan dengan awal kasih sayang.
Nahasnya lagi, sering kali perbuatan itu dilakukan karena masalah sepele yang sebetulnya masih bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
Berikut hal-hal sepele yang membuat Ayah menganiaya anaknya, antara lain:
-
Dimana kekerasan pada anak dilarang? Banyak negara telah mengesahkan undang-undang yang melarang kekerasan terhadap anak.
-
Apa itu kejang demam pada anak? Kejang demam pada anak atau yang sering disebut penyakit step terjadi akibat adanya kenaikan suhu tubuh alias demam yang tinggi. Pada umumnya, demam tinggi itu disebabkan oleh adanya inveksi virus ataupun bakteri.
-
Apa aja contoh gejala tukak lambung yang dialami anak? Anak dengan tukak lambung mungkin mengeluh nyeri atau ketidaknyamanan di daerah perut, terutama di sekitar bagian atas perut. Nyeri ini dapat berupa sensasi terbakar atau perih.
-
Bagaimana cara mengatasi bibir kering pada anak? Berikut cara mengatasi bibir kering pada anak yang efektif, antara lain: Penuhi Kebutuhan Cairannya Cara mengatasi bibir kering pada anak yang pertama adalah penuhi kebutuhan cairannya. Cara ini akan membuat anak tetap terhidrasi dan meredakan bibir kering yang dialaminya. Selain itu, minum air putih juga akan menjaga mulutnya tetap sehat. Umumnya, anak umur 1-3 tahun membutuhkan sekitar 5 setengah gelas air putih setiap harinya. Oleskan Pelembap Bibir Cara mengatasi bibir kering pada anak selanjutnya adalah oleskan pelembap bibir. Selain untuk orang dewasa, pelembap bibir organik juga dapat digunakan untuk bayi dan anak-anak. Penggunaan pelembap ini mampu melapisi sekaligus melindungi bibir dari kekeringan dan kerusakan akibat paparan sinar matahari.Cara pemakaiannya cukup mudah. Anda hanya perlu mengoleskan pelembap bibir pada pagi hari sebelum Si Kecil beraktivitas dan malam hari sebelum anak tidur. Gunakan Humidifier Penggunaan humidifier bisa menjadi solusi terbaik untuk mengatasi bibir kering pada anak. Dengan begitu, tubuh Si Kecil akan terhindar dari udara kering dan bisa membantu mengatasi bibir kering.Caranya mudah, Anda bisa meletakkan humidifier di tempat yang sering dikunjungi Si Kecil, seperti kamar tidur atau tempat bermain di rumah. Dengan menerapkan cara tersebut, diharapkan bibir kering pada anak bisa diatasi dengan mudah. Oleskan Madu Cara mengatasi bibir kering pada anak lainnya adalah mengoleskan madu. Madu adalah bahan alami yang berperan penting untuk melembapkan bibir dan melindungi bibir dari pecah-pecah. Selain itu, madu juga mampu menghilangkan sel-sel kulit mati dan kering dari bibir.Jika anak berusia di atas 1 tahun, Anda bisa mengoleskan madu organik secara merata ke bibirnya. Sedangkan jika usianya di bawah umur 1 tahun, Anda bisa mengoleskan ASI atau minyak kelapa yang mengandung asam laurat dengan jari dan biarkan area di sekitar bibir Si Kecil tetap basah. Minyak Kelapa Cara mengatasi bibir kering pada anak selanjutnya adalah oleskan minyak kelapa. Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat yang dapat membantu melembapkan kulit kering.Selain itu, Anda perlu mengatasi kondisi medis yang mungkin menjadi penyebab bibir pecah-pecah pada bayi. Dengan begitu, bibir anak akan terhindar dari bibir kering atau pecah-pecah.
-
Apa saja tanda cacingan yang dialami oleh anak? Anak kecil yang terkena cacingan biasanya cenderung mengalami diare atau sembelit yang berkepanjangan. Adapun diare tersebut disertai dengan lendir ataupun darah. Selain itu, anak juga akan mengeluhkan perut kembung dan rasa nyeri pada perut.
-
Apa saja tipe gangguan kecemasan pada anak? Mengutip situs Anxiety and Depression Association of America, terdapat beberapa tipe gangguan kecemasan pada anak, antara lain: Gangguan Kecemasan Umum Tipe gangguan kecemasan pada anak yang pertama disebut kecemasan umum atau Generalized Anxiety Disorder (GAD). Ketika gangguan kecemasan pada anak ini terjadi, ia akan merasakan kekhawatiran secara berlebih pada semua hal. Gangguan kecemasan pada anak tipe ini akan membuat pribadi anak menjadi terlalu perfeksionis terhadap berbagai hal. Jika terus berlanjut hingga lebih dari 6 bulan, gangguan kecemasan pada anak akan membuatnya memaksakan diri mencapai semua hal dengan sempurna dan merasa ketakutan atas kesalahan sekecil apapun. Gangguan Kepanikan Tipe gangguan kecemasan pada anak yang selanjutnya adalah gangguan kepanikan atau panic disorder.Pada umumnya, dokter atau psikiater akan melakukan pemeriksaan tipe gangguan kecemasan pada anak apabila ia sudah mengalami minimal dua kali serangan panik secara tiba-tiba tanpa adanya alasan yang jelas.(Foto : istockphoto.com) Kecemasan saat Berpisah Gangguan kecemasan pada anak yang selanjutnya adalah Separation Anxiety Disorder (SAD). Kondisi kecemasan ini biasanya dimulai ketika anak berusia 18 bulan hingga 3 tahun. Diperlukan penanganan yang lebih serius jika terus mengalami gangguan kecemasan pada anak karena hal ini dapat menghambat potensi anak untuk berkembang dan hidup mandiri dengan dirinya sendiri. Kecemasan Sosial Tipe gangguan kecemasan pada anak yang keempat disebut kecemasan sosial atau social anxiety atau fobia sosial. Kondisi ini mengakibatkan anak akan merasa ketakutan ketika diminta berinteraksi dengan dunia sosial. (Foto : istockphoto.com) Selective Mutism Ketika anak secara tiba-tiba menjadi diam membisu apabila ia merasa ketakutan dan panik, ini dapat dikategorikan sebagai gangguan kecemasan pada anak tipe Selective Mutism. Anak yang mengalami gangguan kecemasan ini akan diam, tidak bergerak, tidak berekspresi, menghindari kontak mata, dan menundukkan kepalanya ketika menghadapi situasi yang menegangkan baginya. Fobia Fobia merupakan kondisi ketakutan secara berlebihan terhadap suatu hal. Gangguan kecemasan pada anak yang satu ini dapat menyerang anak apabila ia dihadapkan pada suatu hal yang membuatnya gelisah, menangis, tantrum, rewel, sakit kepala, atau bahkan sakit perut.(Foto : istockphoto.com) Obsessive-compulsive Disorder (OCD) OCD juga termasuk ke dalam tipe gangguan kecemasan pada anak. Kondisi ini biasanya lebih banyak dialami oleh anak pada usia 8 hingga 12 tahun. Anak yang mengalami gangguan kecemasan satu ini akan terobsesi pada suatu hal yang tidak wajar, terutama pada keteraturan dan pengulangan.(Foto : istockphoto.com) Post-traumatic Stress Disorder (PTSD) Tipe gangguan kecemasan pada anak yang terakhir adalah Post-traumatic Stress Disorder atau biasa disebut dengan trauma. Merasa takut atau sedih akan sesuatu hal yang emosional memanglah wajar. Namun, sejumlah anak mungkin akan mengalami trauma jika situasi tersebut sangat mengerikan atau mencekam. Gangguan kecemasan pada anak ini akan mengubah karakter anak secara keseluruhan dan sangat diperlukan penanganan secara khusus agar mental anak membaik.
Disiksa Ayah, putri usia 8 tahun tewas dalam dekapan usai minta maaf
Tangis kesakitan Kasih Ramadani (8) sama sekali tidak menyentuh hati ayahnya, Deni saat melakukan penyiksaan terhadap putri keduanya itu. Pria kelahiran 8 Juli 1983 itu terus menghajar korban hingga merenggang nyawa.
Pria yang sehari-hari sebagai pekerja swasta itu melakukan penganiayaan secara keji pada Kasih Ramadani (8) hingga tewas hanya karena putri keduanya itu rewel berebut pakaian dengan kakak kandungnya.
Kepada penyidik Polres Malang, Deni mengungkapkan penyesalan atas perbuatannya tersebut. Pelaku lupa berapa kali memukul korban, tapi lebih dari 20 kali.
"Jadi pelaku mengaku menggunakan bambu yang biasa digunakan untuk mengangkut kayu atau pikulan. Saat itu korban rewel karena berebut baju dengan kakak kandungnya," kata AKP Ibnu Sutiyo, Kanit PPA Polres Malang, Minggu (22/2).
Tindak kekerasan itu dilakukan di sawah sekitar 200 meter dari rumah adiknya, Nuraini di Dusun Buwek, Desa Sitirejo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Sehari-hari Kasih tinggal bersama ayah dan kakek neneknya di Jalan Lowokdoro, Gang 3, RT 6 RW 4 Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
Usai melakukan penganiayaan, pelaku saat itu minta korban membersihkan diri bermaksud membawa ke rumah nenek dan kakek Kasih. Karena selama ini mereka tinggal bersama mereka, dan hanya bermain ke rumah bibinya.
Usai cuci muka dan minum, korban mendatangi pelaku dan meminta maaf sebelum kemudian pingsan. Korban meninggal di pelukan ayahnya sendiri. "Korban cuci muka dan minum, lalu korban sempat minta maaf sebelum kemudian pingsan dan meninggal dunia di dekapan ayahnya. Saya saja yang mendengar ceritanya ikut menangis," Ucap Sutiyo.
Akibat tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) itu pelaku akan dijerat dengan Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang Perlindungan Anak. Pelaku dianggap melakukan tindak kekerasan sebagaimana diatur dalam pasal 44 ayat 1 dan 3. "Ancaman hukumannya 15 tahun penjara," tutupnya.
Disiksa ayahnya, Angga berhasil kabur setelah borgolnya lepas
Novianto (32) tega melakukan penganiayaan terhadap anak kandungnya sendiri, Angga Septian (11) di rumahnya Kalibaru Timur RT 02 RW 08, Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (24/8). Penganiayaan tersebut dilakukan masalah sepele karena sang anak minta dibelikan sampul buku sekolah.
Nenek korban, Ida (42) mengatakan, kejadian tersebut terjadi pada Minggu (24/8) sekitar pukul 11.00 WIB. Saat itu Angga diborgol di tangga di dalam rumahnya.
"Angga bilang, dirinya awalnya dipukulin pukul 11.00 WIB, sempat diborgol kedua tangannya dan dikunciin di dalam rumah, pagar rumahnya juga digembok," ujar Ida kepada wartawan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakarta Utara, Senin (25/8).
Ida menjelaskan, kemudian Angga mencoba melepaskan borgol yang terlilit di kedua tangannya dengan menghentakkan ke tangga sehingga borgol tersebut akhirnya terlepas dari salah satu tangannya. "Dia lepas borgol dengan mengetok-ngetok ke tangga dan mencoba untuk melompat pagar, lalu saya tolongin gendong dia dan bawa ke rumah Pak RT dan kemudian sekitar pukul 18.30 WIB malam dibawa ke rumah sakit," jelasnya.
Akibat perbuatan Novianto tersebut, Angga yang merupakan anak tunggal dari pasangan suami istri, Novianto dan Septiani tersebut menderita luka lebam di wajah sebelah kanan, bibir, pendarahan di kuping dan benjol di bagian belakang kepala.
Lambertus banting anak kandung sampai tewas karena sering sakit
Azzahra bayi berusia 1 tahun 7 bulan tewas karena telah dibanting ayah kandungnya, Lambertus Langun (24), Senin (2/12) lalu. Sebelum meninggal, bayi yang tidak berdosa ini kerap kali menerima siksaan dari sang ayah.
Kasubag Humas Polres Jakarta Timur, Sri Bhayangkari mengatakan, Lambertus tega menganiaya sang anak lantaran kesal, duit yang dicarinya dari hasil jerih payahnya bekerja habis karena untuk mengobati anaknya yang terkena sakit demam.
"Anaknya ini sering sakit-sakitan, pelaku kesal karena duitnya habis buat biayai berobat. Akhirnya sang anak kerap kali disiksa," kata Sri, saat ditemui wartawan, Rabu (4/12).
Sri mengatakan, puncak kemarahan Lambertus terjadi pada Senin (2/12 kemarin. Saat itu dia sedang memberi makan Azzhara. Sang anak yang tidak mau diam saat disuapin olehnya pun kesal sehingga harus menerima cubitan dan pukulan dari si ayah sadis itu.
"Dicubit gak mau diam, dipukul gak mau diam. Akhirnya pelaku membanting anak ke kasur, hingga nangis kencang. Bahkan sang ayah katanya pernah menyudutkan rokok ke korban," jelas Sri.
Dikatakan Sri, untuk menindaklanjuti kasus ini pihak kepolisian sempat membongkar makam Azzhara di TPU Cipayung, Selasa (3/12) kemarin, untuk melakukan penyelidikan penyebab kematian sang anak.
"Kemarin kita sudah izin keluarga untuk bongkar makam. Dan pagi tadi jenazah sudah kami kuburkan kembali," jelasnya.
Lambertus pun akhirnya telah ditetapkan sebagai tersangka pada hari ini. Dia dijerat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 80 dengan ancaman hukuman penjara di atas 5 tahun.
Kisah tragis Mutiara, bocah SD yang tewas dianiaya ayah kandungnya
Kasus penganiayaan kepada anak yang berujung kematian lagi-lagi terjadi. Bahkan yang lebih tragis, pelaku adalah sang Ayah. Orang yang seharusnya melindungi dan menyayangi si buah hati justru menjadi jagal.
Kasus tersebut menimpa Mutiara warga Rappocini Raya, Lr 1 Gang 1, Makassar. Bocah 12 tahun itu terpaksa dilarikan ke RS Wahidin Sudirohusodo karena kritis dianiaya ayah kandungnya sendiri Haeruddin alias Rudi (32).
Akibat dari penganiayaan itu M mengalami luka parah di bagian kepala. Kapolsek Makassar, Kompol Sudaryanto yang menangani kasus ini membenarkan kasus tersebut. Pihaknya mendapat laporan sekitar pukul 00.00 WIB dari warga atau tetangga korban setelah Mutiara berada di RS Wahidin Sudirohusodo.
"Kami datang ke RS Wahidin semalam dan pelaku, ayah korban langsung kabur," ujar Kapolsek Makassar, Rabu (8/7) kemarin.
Dugaan sementara, korban dipukul, dianiaya ayahnya karena emosi lantaran korban berada di luar rumah untuk membeli coto untuk berbuka bersama kedua adiknya, Indriani dan Hairil. Setiba di rumah, korban langsung dimarahi karena rumah dalam keadaan terkunci.
Nasib pun berkata lain. Mutiara yang masih duduk di kelas V SD Maricayya II, Makassar itu pun akhirnya tewas setelah sempat koma dirawat di RS Dadi, Makassar.
Terdesak ekonomi, bapak bunuh anak kandung dan tusuk istrinya
Epi Suhendar (30) tak kuat menanggung permasalahan ekonomi yang dia hadapi. Tiba-tiba saja ia berpikir dengan membunuh anak dan istrinya, maka persoalan ekonomi bisa selesai. Sampai akhirnya, niat jahat itu pun ia realisasikan.
"Intinya dia terhimpit masalah ekonomi. Pas bangun pagi, ada niat kalau habisi keluarganya selesai perkara," kata Kanit Reskrim Polsek Cikarang Utara, AKP Bobby kepada merdeka.com, Senin (27/1).
Menurut Bobby, pelaku saat ini sedang ada masalah dalam pekerjaannya. Sementara kebutuhan hidup keluarga cukup besar.
"Yang pertama karena dia kerja di perusahaan nggak memenuhi target, jadi kepikiran. Kebutuhan banyak buat bayar ciclan rumah dan lainnya," ujarnya.
Hingga tadi Senin (27/1) pagi, niat menghabisi nyawa anak dan istrinya pun ia lakoni. Pertama, pelaku membunuh anaknya yang berusia 3 tahun. Kemudian disusul istrinya.
"Istrinya selamat masih dirawat. Sedangkan pelaku masih diperiksa di Polsek Cikarang Utara," tutupnya.