Gua Harimau, istana dan makam manusia zaman lampau di Sumsel
Gua Harimau diyakini menjadi tempat hunian sekaligus tempat pemakaman manusia kuno yang hidup sekitar 4.000 tahun lalu. Potret gua di atas tebing itu kini telah mendunia dan menjadi salah satu obyek cagar budaya baru.
Gua Harimau diyakini menjadi tempat hunian sekaligus tempat pemakaman manusia kuno yang hidup sekitar 4.000 tahun lalu. Potret gua di atas tebing itu kini telah mendunia dan menjadi salah satu obyek cagar budaya baru.
Gua Harimau berada di Bukit Karang Sialang, Desa Padang Bindu, Kecamatan Semidang Aji, Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Setelah melakukan perjalanan dari Palembang lebih kurang lima jam, pengunjung harus berjalan kaki sekitar setengah jam menuju lokasi.
Akses yang belum terbuka membuat pengunjung harus ekstra mengeluarkan tenaga. Jalan setapak, kiri kanan batu cadas dan tanah berlumpur mau tak mau harus dilewati. Belum lagi menaiki 105 anak tangga yang curam sebelum menyaksikan pemandangan takjub.
Gua Harimau memiliki pintu masuk terbuka sekitar berdiameter 50 meter dengan langit-langit atap sekitar 30 meter. Terdapat lobang kecil menuju ruangan yang berada di atasnya sebelum ke puncak bukit.
-
Apa pasal yang menjerat pelaku pembunuhan siswi di Palembang? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Apa yang dimaksud dengan Telok Abang di Palembang? Dalam bahasa Palembang, telok diartikan telur dan abang artinya merah. Artinya secara keseluruhan, Telok Abang merupakan telur rebus yang cangkangnya diberi warna merah.
-
Apa yang ditemukan di situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Di Kota Ketapang, Kalimantan Barat, ada sebuah situs peninggalan Hindu Buddha. Peninggalan itu kemudian dikenal dengan nama Candi Negeri Baru.
-
Apa saja yang ditawarkan Palembang sebagai destinasi wisata? Palembang menawarkan berbagai destinasi wisata yang tak hanya memikat mata tapi juga menyuguhkan pengalaman yang tak terlupakan.
-
Kenapa Museum Monpera dibangun di Palembang? Museum ini dibangun untuk mengenang seluruh jasa para pejuang Palembang. Berkunjung ke Museum Monpera, Melihat Sejarah Hingga Mengenang Jasa Perjuangan Rakyat Membela Tanah Palembang Setiap jengkal perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan tanah kedaulatannya tentu patut dikenang dan diapresiasi setinggi-tingginya. Agar kenangan tersebut bisa terjaga dengan baik, dibuatlah sebuah museum sebagai wadahnya.
-
Apa yang dimaksud dengan Songket Palembang? Songket Palembang adalah kain tradisional dari Sumatra Selatan yang dikenal dengan tenunannya yang rumit dan motifnya yang indah. Kain ini merupakan warisan budaya takbenda yang telah ada sejak zaman Sriwijaya, dan telah menjadi simbol kebanggaan masyarakat Palembang.
Di dalam gua, terdapat 86 individu kerangka manusia dari ras Mongoloid yang hidup sekitar 4.000 tahun lalu. Kerangka terkubur dalam makam yang tersusun rapi dan masih dilakukan penelitian lebih lanjut. Diprediksi, temuan ini merupakan terbanyak di Asia Tenggara.
Setiap makam, terdapat beragam kerangka. Ada yang ditemukan secara individual, tersusun, dan ditemukan posisi dan jenis kuburan yang bervariasi. Seperti dalam satu lubang terdapat dua kerangka, orang dan ibu yang dibekali gelang perunggu dan cangkang kerang.
Di dinding gua ditemukan beberapa lukisan prasejarah yang menyerupai corak batik Palembang, motif geometris, garis-garis melengkung, vertikal, titik-titik, tikar, dan beberapa bentuk lain. Lukisan legenda ini membuktikan peradaban manusia kuno yang telah mengenal seni dan budaya.
Di dalam gua, peneliti juga sisa hunian Preneolitik yang jauh lebih tua milik ras Australomelanesid di bawah hunian Neolitik. Diantaranya kerangka ikan, kera, harimau, babi, gajah, rusa, burung dan kerang yang diyakini menjadi hasil buruan. Ada juga sisa tumbuhan seperti umbi-umbian dan biji-bijian berupa kemiri.
Peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional (Pusarkenas) Prof Dr Truman Simanjuntak menjelaskan, kuburan tersebut dilakukan eksvansi dan diteliti sejak 2009 dan masih berlangsung sampai sekarang. Penelitian menghasilkan peninggalan peradaban manusia yang pernah hidup di dalam gua.
"Penemuan arkeologi sangat spektakuler, peradaban yang telah ada jauh sebelum keberadaan manusia sekarang," ungkap Truman, Kamis (13/4).
Dijelaskannya, kerangka tersebut besar kemungkinan berasal dari ras Mongoloid dengan beberapa alasan. Diantaranya, ciri-ciri kerangka yang meninggi dan bundar, tulang tengkorak bagian belakang datar, gigi, mata, kedalaman tulang hidung, dan postur tulang.
"Ciri-cirinya identik dengan ras Mongoloid dengan budaya Neolitik sekitar 4.000 tahun lalu yang berlanjut ke budaya Paleometalik sekitar 2.000 tahun lalu," ujarnya.
Menurut dia, situs Gua Harimau telah menjadi sasaran arkeolog dunia untuk turut melakukan penelitian. Paling tidak, peneliti asal Jepang, Vietnam, Australia, datang karena penasaran dan takjub dengan penemuan spektakuler itu.
"Telah mendunia meski penelitian masih berlangsung. Banyak peneliti dan wisatawan asing datang kemari untuk mengetahui sebaran homo sapiens di Indonesia," kata dia.
Dia mengatakan, situs penemuan membuka tabir peradaban masa lalu yang telah terbangun ribuan tahun lalu. Kelompok ini telah mengenal strata sosial dan ekonomi, konsep kepercayaan akan adanya kehidupan sesudah kematian, patologi, demografi, dan nilai-nilai budaya yang luhur.
"Penemuan ini menjadi referensi baru tentang sejarah masa lalu dan menjadi kekuatan karakter dan peradaban bangsa saat ini yang perlu dipertahankan," tuturnya.
Asal mula penamaan Gua Harimau
Penemuan Gua Harimau telah lama terjadi oleh masyarakat sekitar saat mencari burung walet di tebing-tebing. Disebut Gua Harimau karena masyarakat sering mendengar auman si raja hutan itu dari dalam gua. Suara semakin keras terdengar karena mulut gua langsung menghadap ke luar.
Juru Pelihara Gua Harimau, Dodi Candra (34) menuturkan, gua itu menjadi sarang dan perlintasan harimau Sumatera dari atas bukit melewati satu-satunya lobang yang ada di dalamnya.
"Cerita itu akhirnya diabadikan dalam Gua Harimau," ujar Dodi.
Menurut dia, ada beberapa kerangka yang masih asli dan belum dilakukan pengangkatan karena sedang diteliti. Untk yang telah diangkat, peneliti membuat replika kerangka yang nyaris seratus persen menyerupai aslinya, baik bentuk, posisi, dan jenisnya.
"Yang masih asli tidak bisa ditunjukkan, karena bisa bahaya dan hancur," ujarnya.
Selama enam tahun menjadi juru pemelihara, Dodi mengaku banyak menemui pengalaman mistis. Cerita paling diingatnya adalah merasakan kehadiran makhluk astral saat membersihkan sekitar makam pada dini hari.
"Memang sering, ada di pojokan yang bikin merinding kalau mendekat, sampai sekarang masih ada. Saya tidak tahu bentuknya apa, belum pernah lihat," pungkasnya.