Haedar Nashir Minta Bappenas Rancang Kebijakan Progresif Sejahterakan UMKM
Selain membicarakan ekonomi kerakyatan, pada pertemuan itu juga membincangkan ihwal penguatan sistem kesehatan.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menerima kunjungan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri PPN) Suharso Monoarfa di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta pada Sabtu (9/4).
Haedar saat menemui Suharso ditemani oleh Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto, Ketua Majelis Diktilitbang Lincolyn Arsyad dan Ketua MPKU Agus Samsudin. Dalam pertemuan ini membahas berbagai hal, di antaranya tentang ekonomi kerakyatan.
-
Siapa Laksamana Muda Mohammad Nazir? Nama Mohammad Nazir Isa mungkin banyak orang yang tidak mengetahui siapa sosok yang satu ini.
-
Kapan Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak wafat? Ia wafat di Bern, Swiss pada tanggal 10 Juli 1965 di usianya yang sudah 68 tahun.
-
Kapan Hasjim Ning lahir? Lahir pada 22 Agustus 1916, Hasjim memang dikenal sebagai pengusaha dengan julukan Raja Mobil Indonesia.
-
Siapa Mohammad Nasroen? Sosok birokrat dan cendekiawan filsafat Indonesia ini masih belum dikenal oleh masyarakat Indonesia sekarang ini. Nama Mohammad Nasroen begitu asing bila didengar saat ini. Mohammad Nasroen merupakan seorang birokrat dan cendekiawan filsafat di Indonesia.
-
Kapan Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi meninggal? Makam Habib Muhammad meninggal di Kota Surabaya pada tahun 1917 Masehi.
-
Dimana Mohammad Nasroen lahir? Siapakah Dia? Mohammad Nasroen lahir di Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatra Barat pada 29 Oktober 1907.
Haedar menyarankan agar Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) merancang kebijakan ekonomi kerakyatan yang strategis dan progresif. Langkah ini agar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) makin maju demi terwujudnya keadilan sosial di Indonesia sekaligus ada akselerasi agar kesenjangan dapat dipecahkan.
“Bappenas perlu merancang kebijakan strategis dan progresif untuk UMKM dalam pengembangan ekonomi kerakyatan yang membawa kesejahteraan sebesar-besarnya rakyat banyak, sekaligus memperpendek jarak kesenjangan ekonomi Indonesia,” kata Haedar.
Selain membicarakan ekonomi kerakyatan, pada pertemuan itu juga membincangkan ihwal penguatan sistem kesehatan. Muhammadiyah sebagai organisasi Islam telah lama dan terus menerus mengembangkan mutu pelayanan kesehatan.
Haedar menyebut dengan adanya kerjasama Muhammadiyah dengan Kementerian PPN, fasilitas kesehatan bagi masyarakat luas diharapkan akan mengalami peningkatan.
“Dalam posisi beliau sebagai menteri PPN kita juga memperkuat wawasan dan kerja sama Muhammadiyah dan pemerintah untuk memperkuat sistem kesehatan,” ungkap Haedar.
Haedar menuturkan selain itu dalam.pertemuan tersebut juga membahas tentang hubungan keislaman dan keindonesiaan, termasuk aktualisasi nilai-nilai keduanya dalam kebangsaan kini.
Menurut Haedar, Islam dan Indonesia memiliki sejarah dan basis pemikiran yang bersenyawa, antara keduanya tidak ada sesuatu yang harus dipertentangkan.
Pasalnya, kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran kekuatan-kekuatan Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, PERSIS, dan gerakan Islam lainnya. Muhammadiyah bahkan telah mengeluarkan putusan muktamar resmi di Makassar tahun 2015 tentang negara Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah.
“Kita juga berharap kepada kelompok warga masyarakat lain yang afiliasi politik dan aliran agamanya cenderung heterogen untuk juga menempatkan keislaman dan keindonesiaan sebagai satu kesatuan dan bukan sebagai ancaman,” ujar Haedar.
(mdk/ray)