Hasil Uji Lab, Matinya Koloni Burung Pipit di Bali Karena Fenomena Alam
Dia menyebutkan, kematian koloni burung Pipit itu, ada beberapa penyebab.
Hasil pemeriksaan matinya ribuan Burung Pipit di Desa Pering, Kecamatan Blabatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, yang dilakukan oleh Balai Besar Veteriner (BBVet) Kelas I Denpasar, Bali, dugaan sementara karena fenomena alam.
Made Santiarka selaku Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar, Bali, bahwa hasil matinya ribuan burung Pipit sudah keluar tadi malam Kamis (16/9), setelah diperiksa dan diteliti di laboratorium BBVet.
-
Tarian apa saja yang ditampilkan oleh Kota Denpasar? Duta kesenian dan kebudayaan Kota Denpasar menyuguhkan tiga pementasan, yakni Tari Legong Tri Sakti, Tari Baris, dan Tari Barong Ket Prabhawaning Bharuang pada malam pementasan budaya serangkaian Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) Kamis (24/8).
-
Kenapa I Nengah Natyanta merantau ke Denpasar? Pria kelahiran asli Sidemen, Karangasem, Bali itu tidak pernah membayangkan dapat mendirikan bisnis yang menjelma menjadi besar saat ini. Nengah hanya seorang anak keluarga petani dan pedagang desa yang bertekad merantau ke Denpasar untuk mengubah nasib.
-
Kapan Alam Ara dirilis? Dirilis pada 14 Maret 1931, film ini tidak hanya merevolusi sinema India tetapi juga menandai babak baru dalam sejarah budaya populer.
-
Apa yang terjadi di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
-
Dimana pementasan budaya Kota Denpasar berlangsung? Diadakan di kompleks kawasan bersejarah Kota Tua, Semarang, hadir pada pagelaran budaya tersebut Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa, Ketua TP PKK Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya, serta Kepala Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Raka Purwantara.
-
Kapan Desa Wisata Nusa meraih juara? Desa Wisata Nusa telah menyabet juara di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 kategori homestay.
"Hasil yang kami terima dari pemeriksaan BBVet Denpasar. Kematian burung Pipit pada 9 September 2021 tidak mengarah kepada penyakit infeksius. Artinya, kematiannya itu tidak disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, dan jamur," kata Santiarka, saat dihubungi Jumat (17/9).
Dia menyebutkan, kematian koloni burung Pipit itu, ada beberapa penyebab. Pertama, dugaan awal disebabkan karena fenomena alam, karena saat itu hujan turun lebat dan kemungkinan burung itu menghirup gas beracun atau kekurangan oksigen O2.
"Kematiannya ini itu karena (fenomena) alam waktu itu, karena hujan lebat jadi kemungkinan burung-burung di sana itu menghirup gas. Kedua, juga karena kekurangan oksigen dan yang ketiga bisa karena habis memakan makanan yang beracun itu perkiraannya," imbuhnya.
"Waktu hujan lebat, kemungkinan saja ada gas yang beracun turun itu. Jadi, itu dihirup. Kemungkinan juga ada menyebabkan kematian seperti itu," ungkapnya.
Misalnya, seperti orang berenang atau tenggelam karena terlalu banyak air hingga sulit bernapas dan itu menyebabkan kekurangan o2 dan akhirnya burung itu mati.
"Jadi, terlalu banyak air jadi sulit nafas jadi kekurangan O2 gitu. Karena hujan lebat, dia kan terguyur air banyak sekali. Hasilnya, iya mengarah ketidak infeksius, itu saja hasilnya," ujarnya.
Selain itu, simple burung Pipit itu juga dicek apakah ada penyakit flu burung dan hasilnya negatif. Namun, untuk mengetahui pastinya burung itu mati tentu harus ada penelitian yang lebih mendalam lagi.
"Terus dicek flu burung negatif. Kalau, memang mengetahui apa sebenarnya itu bukan ranah saya. Kalau memang penyidik inginnya lebih lanjut, iya tugasnya penyidik penyakit. Saya, kan hanya membacakan apa yang dihasilkan laporan BBVet," jelasnya.
"Terus, kalau diteliti lebih lanjut kalau disebabkan karena makanan beracun, terus dimana dia waktu hidup mencari makan, kita kan tidak tau. Sulit, buntu jadinya," ungkapnya.
Namun, pihaknya menegaskan bahwa untuk dugaan sementara matinya burung Pipit karena fenomena alam dan matinya tidak mengarah kepada infeksius.
"Intinya, matinya tidak mengarah ke penyakit infeksius. Kematiannya ini pas berbarengan dengan hujan lebat, iya akibatnya fenomena alam," ujar Santiarka.
Seperti yang diberitakan, sebuah video burung Pipit jatuh berhamburan ke tanah dan mati hingga viral dan heboh di media sosial, pada Kamis (9/9).
Video tersebut, diketahui dishare oleh akun bernama Dek Eko via@balibrodcast. Dalam video tersebut, terlihat banyak burung berjatuhan, yang terjadi di wilayah Sentra, Banjar Sema Pring, Kabupaten Gianyar, Bali, Kamis (9/9).
Dalam captionnya disebutkan,"Banyak Burung Pipit jatuh saat hujan dan angin kencang yang terjadi di wilayah tersebut. Sehingga membuat sayap mereka basah," tulisnya.
Baca juga:
VIDEO: Kematian Ratusan Burung Pipit di Cirebon Diduga Akibat Fenomena Alam Ekstrem
DKPPP Cirebon: Kematian Ratusan Burung Pipit karena Cuaca Ekstrem
Tokoh Adat Tegaskan Kematian Ribuan Pipit di Gianyar Tak Ada Kaitan dengan Mistis
Penyebab Kematian Ribuan Burung Pipit di Gianyar Masih Diteliti
Matinya Ribuan Burung Pipit Sudah Terjadi Dua Kali di Desa Pering Gianyar Bali
VIDEO: Terungkap Penyebab Ribuan Burung Pipit Mati di Bali, Diduga Kuat Keracunan
BKSDA Bali Sebut Fenomena Ribuan Burung Pipit Mati Bisa karena Virus dan Stres