Ibu pelempar bayinya dari atap mal di Bekasi depresi karena ekonomi
Ketika usia kehamilan anaknya menginjak sembilan bulan, pergi dari rumah menuju bantaran rel kereta api di Bekasi Timur.
Ibu pelempar bayinya dari atap mal Bekasi Junction, Kota Bekasi, hingga tewas diduga mengalami depresi, karena masalah ekonomi. Soalnya, sejak mengandung anak ke duanya tersebut, perempuan bernama Fitroha (30) mengalami perubahan sikap.
Mertua Fitroha, Sobirin (55) mengatakan, menantunya itu kerap melamun setiap menjelang azan magrib. Keluarga tak mengetahui apa yang ada di dalam pikirannya. Namun, pernah mencurahkan hatinya mengenai profesi keluarga.
"Dia bilang, orang tua pengrajin tempe, mertua pengrajin tempe, suami juga pengrajin tempe. Memang enggak ada pekerjaan lain apa?" kata Sobirin di rumahnya, Gang Mawar, Jalan Kartini, Bekasi Timur, Minggu (15/5).
Sejak saat itu, pribadi Fitroha menjadi tertutup, dan kerap marah-marah. Bahkan, ketika usia kehamilan anaknya menginjak sembilan bulan, pergi dari rumah menuju bantaran rel kereta api di Bekasi Timur. Warga yang melihat segera membawa pulang.
Sementara itu, pada kemarin pagi, Fitroha pamit kepada keluarga untuk jalan-jalan ke luar sambil membawa anaknya yang masih berusia sebulan sekitar pukul 07.00 WIB. Namun, dua jam kemudian tak kunjung pulang, sehingga keluarga mencari ke sejumlah tempat.
"Kami tahu dari tukang becak, ada orang melempar bayi dari atap mal. Keluarga kaget," katanya.
Ketika diperiksa ternyata benar, perempuan tersebut merupakan menantunya. Adapun, korban adalah cucunya, Anindita Aprilia. Karena itu, ia menyerahkan sepenuhnya kasus tersebut ke Polresta Bekasi Kota yang menanganinya.
Sobirin mengatakan, jenazah Anindita telah dikebumikan di tempat pemakaman dekat rumah besannya atau orangtua kandung Pipit di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi pada Sabtu malam, 14 Mei 2016 usai diautopsi di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Sementara itu, Fitroha hingga saat ini masih menjalani pemeriksaan intensif di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Bekasi Kota. Di hadapan penyidik, pelaku banyak diam, dan terus menangis usai kejadian tersebut.