Imbas Balita Dianiaya di Daycare Depok, Orang Tua Ramai-Ramai Tarik Anak dari Wensen School
Para orang tua sepakat untuk menarik anak-anak dari Wensen School imbas kasus penganiayaan balita di daycare Depok itu.
Orang tua yang menyekolahkan dan menitipkan anak di Wensen School Indonesia (WSI) berbondong-bondong mendatangi sekolah. Mereka meminta penjelasan sekolah mengenai kasus yang viral saat ini.
- Segini Biaya Daycare di Depok yang Lakukan Penganiayaan Anak
- Terungkap, Motif Meita Irianty Tega Aniaya Dua Balita di Daycare Depok
- Selain Balita, Bayi 7 Bulan jadi Korban Penganiayaan Daycare di Depok
- Saksi Ungkap Aktivitas Keseharian Daycare di Depok Tempat Balita Diduga Dianiaya Guru hingga Punggung Memar
Para orang tua sepakat untuk menarik anak-anak dari sekolah tersebut. Orang tua khawatir anaknya akan menjadi korban seperti dua korban yang sudah melapor ke Polres Metro Depok.
NF, salah satu orang tua mengaku akan menarik anaknya dari WSI. Dia dan orang tua lainnya merasa khawatir terhadap keselamatan anak-anak.
“Pasti narik anak. Sudah ada rasa kekhawatiran jadi untuk menyekolahkan anak disini kita sudah enggak percaya," katanya, Jumat (2/8).
Dia merasa sangat kecewa dengan tindakan yang dilakukan pemilik sekolah terhadap dua anak di daycare tersebut.
Banyak orang tua yang mengaku tidak percaya dengan apa yang dilakukan Tata selaku pemilik daycare.
“Kecewa banget, enggak nyangka banget. Enggak ada gelagat mencurigakan. Kami terakhir field trip hari Selasa dipimpin langsung Bu Tata. Dia baik komunikatif tapi memag tidak pernah ngobrol secara personal,” ungkapnya.
Sejak kasus ini viral, sekolah langsung tidak beroperasi. Ketika didatangi, pagar sekolah tersebut tertutup rapat. Beberapa orang tua datang untuk meminta konfirmasi pihak sekolah, namun tidak dapat menemui siapapun.
“Sekolah ditutup. Niat konfirmasi sekolah bagaiman kelanjutan sekolah. Kami hanya meminta konfirmasi pihak sekolah karena tidak ada penjelasan. Sejauh ini tidak ada tindak lanjut dari sekolah, setidaknya kami dikonfirmasi dari sekolah apakah diistirahatkan dulu atau diliburkan,” katanya.
Dia baru menyekolahkan anaknya di PAUD WSI. Pembelajaran baru dimulai satu bulan pada 10 Juli 2024. Dia sudah membayar uang pangkal Rp2.750 juta dan uang SPP Rp 300ribu.
Dia mengaku tertarik menyekolahkan anaknya di WSI karena program yang ditawarkan lewat sosial media sangat bagus. Ditambah lagi, Tata selaku pemilik adalah seorang influencer parenting.
“Kita lihat dari sosmed Wensen, programnya bagus, daya tariknya, pemiliknya influencer itu yang membuat kami tertarik dan yakin. Pemilik menyekolahkan anaknya di tempat yang sama jadi semakin yakin pemilik punya visi dan misi antara pemilik dan anak,” ungkapnya.
O, orang tua lainnya juga sudah mendatangi sekolah namun harus menelan kecewa. Dia tidak dapat bertemu dengan pihak sekolah.
“Ini tutup tapi ngga ada pemberitahuan. Kemarin masih ada aktivitas. Ini saya mau ketemu dengan pihak yayasan tapi ngga ada yang bisa ditemui,” katanya.
Anaknya baru lima hari sekolah di Wensen School. Selama belajar, tidak ada hal yang mencurigakan. Anaknya berusia 5 tahun dan sekolah setiap hari. Jam belajar dimulai pukul 07.00 dan pulang jam 11.00 WIB.
“Saya tinggal di daerah sini, anak saya baru 5 hari masuk sini anak usia 5 tahun. Enggak ada apa-apa anak ditinggalin, masuk sekolah jam 7-11 WIB. Aktivitas sekolah kadang kunjungan main keluar, ke puskesmas,” ujarnya.
Saat masuk, dia membayar uang Rp3 juta. Untuk bayaran per bulan Rp500 ribu. Dia juga akan segera menarik anaknya dari sekolah tersebut karena khawatir terjadi hal seperti korban yang beredar.
“Mau narik anak karena ngeri dengan kejadian gini takutnya anak kita diapain,” akunya.
Sama halnya dengan penuturan Ardan, wali murid lainnya. Dia pun akan segera memindahkan anaknya ke tempat lain. “Tadi kita panik setelah tahu beritanya, ini mau dipindahin karena kuatir ya dengan berita,” katanya.
Anaknya berusia 2,5 tahun. Dia mendatangi sekolah untuk meminta rekaman CCTV. Dia ingin tahu apakah anaknya pernah menjadi korban kekerasan atau tidak. “Kita mau lihat CCTV nya,” akunya.
Selama sekolah di Wensen, anaknya sudah memperlihatkan gelagat. Setiap akan berangkat sekolah, anaknya selalu nangis.
“Awalnya emang nangis tapi saya rasa itu adaptasi. Tapi makin ke sini sudah feeling kok anak nangis terus mau masuk sekolah, ditambah timbul berita ini jadi penasaran. Jadinya saya mau mindahin anak saya saja,” pungkasnya.