Ini cara Gus Dur merangkul dan memperlakukan rakyat kecil
Bila Soekarno, Soeharto, hingga Jokowi di sebut-sebut gemar blusukan, Gus Dur juga demikian.
Anda tentu sepakat menyebut Gus Dur sebagai orang besar dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dia kiai, politisi, intelektual, budayawan, presiden ke-4, yang belakangan disebut-sebut sebagai guru bangsa.
Sebagai tokoh besar, Gus Dur tentu memiliki kelebihan-kelebihan, yang tidak dimiliki tokoh lain: intelektualitas, kontroversi, hingga humor-humor yang menjadi ciri khas putra dari mantan Menteri Agama Pertama RI Abdul Wahid Hasyim, ini.
Ada kelebihan lain pada diri Gus Dur yang tak dimiliki tokoh lain, yakni caranya merangkul rakyat. Bila Soekarno, Soeharto, hingga Jokowi di sebut-sebut gemar blusukan, Gus Dur juga demikian. Namun cara mereka berbeda.
Berikut ini cara-cara Gus Dur merangkul dan mendekati rakyat kecil:
-
Bagaimana Gus Dur mengubah namanya? Nama asli beliau, Abdurrahman Ad-Dakhil, diberikan oleh ayahnya, KH. Wahid Hasyim, dengan harapan agar Gus Dur kelak memiliki keberanian seperti Abdurrahman Ad-Dakhil, pemimpin pertama dinasti Umayyah di Andalusia. Namun, nama Ad-Dakhil kemudian diganti dengan "Wahid," yang diambil dari nama ayahnya.
-
Siapa yang disebut Gus Dur sebagai wali? Di mata Gus Dur sendiri, Kiai Faqih adalah seorang wali. “Namun, kewalian beliau bukan lewat thariqat atau tasawuf, justru karena kedalaman ilmu fiqhnya,” kata Gus Dur
-
Mengapa Gus Dur disebut sebagai Bapak Pluralisme? Kedekatan Gus Dur dengan masyarakat minoritas dan orang-orang terpinggirkan, membuatnya dikenal sebagai sosok yang plural dan menghargai semua perbedaan. Hal ini yang kemudian Gus Dur dijuluki sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
-
Apa saja yang dilakukan Gus Dur untuk menunjukkan toleransi dalam kehidupan berbangsa? Pasalnya beliau selama hidup selalu menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa.
-
Bagaimana Gus Dur menanamkan nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa? Pasalnya beliau selama hidup selalu menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa.
-
Kapan Gibran bertemu Gus Miftah? Calon Wakil Presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka menemui pendakwah asal Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah, Selasa (26/3).
Blusukan
Gus Dur, jauh sebelum menjabat presiden keempat dikenal sebagai tokoh yang gemar blusukan. Sikap itu melekat pada dirinya sejak masih nyantri dan menjabat sebagai Ketua PBNU. Sikap itu dipertahankan hingga menjabat sebagai presiden, hingga sesudah dilengserkan.
Bahkan, menjelang detik-detik sebelum meninggal, Gus Dur, menurut orang dekatnya, Bambang Susanto, ogah mengecewakan orang lain. Dia tetap blusukan. Gus Dur sering bertamu ke desa-desa pelosok, ke pesantren, ke kawan-kawan sejawat, hingga ke ziarah ke kuburan toko-tokoh yang tidak diketahui orang.
Anita Wahid, salah satu Putri Gus Dur, kepada merdeka.com bahkan terkadang bertanya-tanya. "Ini siapa yang didatangi bapak. Terkadang beliau datang ke rumah-rumah warga di pelosok sekadar silaturahmi. Ya kita sih ikut saja, bapak lebih tahu," ujarnya.
Membuka Istana untuk rakyat
Setelah dilantik sebagai presiden, Gus Dur memutuskan tinggal di Istana Merdeka. Gus Dur juga memiliki cara mendekatkan seorang pemimpin terhadap rakyatnya. Dia misalnya, membuka Istana bagi siapapun yang berkunjung ke sana.
Mulai aktivis buruh, teman-temannya, tokoh masyarakat, pejabat, hingga kiai sering bertamu ke sana. Protokoler Istana diabaikan, hingga keangkeran Istana Merdeka pun hilang. Bahkan, konon Gus Dur sering menerima tamu hingga larut malam. Hingga beberapa orang menyebut cara Gus Dur itu terkesan aneh.
Tapi itulah cara Gus Dur. Kepada mantan ajudannya, Munib Huda Muhammad, dia beralasan, Istana Presiden sebagai simbol negara, harus didekatkan dengan rakyat.
Menemui siapa pun yang datang ke rumahnya
Sebagai tokoh, rumah kediaman Gus Dur di Ciganjur terbuka bagi tamu dari dari manapun. Mulai orang-orang kampung yang sekadar ingin sowan, kiai, tokoh-tokoh NU, tokoh partai politik, pejabat, aktivis, hingga rombongan peziarah Wali Songo, juga kerap berkunjung ke sana. Gus Dur sebagai tokoh besar, hampir bisa dipastikan menemui semua tamu-tamunya itu.
Gus Dur biasa menerima tamu sejak pagi hari usai salat subuh. Di masjid depan rumah, para calon tamu terkadang sampai antre bertemu Gus Dur.
"Terkadang ada satu sampai lima bus peziarah Wali Songo menginap di masjid ingin bertemu Gus Dur. Biasanya setelah salat Subuh mereka semua ditemui beliau," kata salah satu santri Gus Dur, Nuruddin Hidayat.
Munib Huda Muhammad, mantan ajudan Gus Dur paling setia juga menuturkan pengakuan mirip. Dia kerap menemani Gus Dur di Ciganjur. "Tamu-tamu Gus Dur ya beragam. Mulai masyarakat kecil sampai dukun-dukun datang terus," ujarnya.
Pernah suatu hari sampai Munib sampai jengkel dengan banyaknya dukun yang datang hampir setiap hari itu. Dia lalu mengungsi para dukun itu dengan cara baik-baik.
"Tapi kan akhirnya beliau (Gus Dur) juga tahu. Lalu saya di nasihati begini, 'kalau ada tamu itu ya dipersilakan, dihormati dengan baik, jangan melihat warna, rupa, back ground atau apapun."
Memberi apapun yang dimiliki
Gus Dur juga dikenal tidak pelit dengan siapa pun. Bila dia memiliki sesuatu, kemudian di minta orang, hampir pasti tidak pernah ditolak. Urusan duit misalnya, Gus Dur juga ringan tangan.
"Gus Dur sudah tidak lagi terlalu memikirkan dunia. Makomnya sudah bukan lagi seperti kita-kita," kata Nuruddin menambahkan.
Makan di warteg dan potong rambut di tempat cukur pasar
Sejak masih muda, Gus Dur dikenal sebagai pengembara. Hampir di semua daerah di Pulau Jawa ini, Gus Dur pernah mendatanginya. Sampai-sampai, Gus Dur ingat dengan semua warung atau rumah makan yang dia datangi.
Menurut kesaksian Munib Huda Muhammad, mantan ajudan Gus Dur paling setia, kiainya itu tahu saja warung-warung di daerah.
"Pokoknya kalau perjalanan dari Surabaya sampai Jakarta lewat Semarang, atau dari Yogyakarta, Purwokerto, sampai Ciamis, Gus Dur hafal mana-mana rumah makan yang enak. Beliau juga hafal jalan. Gus Dur terkadang meminta sopir ke warung yang malah kita dan orang daerah tidak tahu. Kalau soal warteg, Gus Dur sudah hafal di luar kepala. Uniknya, ketika sampai di warung itu, foto-foto beliau sudah banyak di warung itu," ujar Munib.
Bukan hanya warteg, tapi juga urusan potong rambut. Gus Dur memiliki langganan di daerah Pasar Senen bernama Yusuf Soebari. Tidak banyak yang mengenalnya, tapi orang-orang di PBNU hampir pasti semua mengenalnya.
"Gus Dur sering mencukur rambut di sana. Terkadang dia (Sobari) yang dipanggil ke rumah," kata Munib mengimbuhkan.
Baca juga:
Guyonan Gus Dur soal harta karun Soekarno
Kisah tentang Gus Dur dan KPK
Mengapa Gus Dur dekat dengan Yahudi
Artis-artis kontroversial ini pernah dibela Gus Dur
Isu dan kasus-kasus ini pernah goyang pemerintahan Gus Dur