Ini cara Gus Dur ubah keangkeran Istana Merdeka
Ketika Gus Dur hendak masuk Istana dihentikan karena harus bernegosiasi dengan roh halus penjaga Istana.
Segera setelah dilantik menjadi Presiden RI keempat pada 20 Oktober 1999, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur segera menggagas strategi pemerintahannya. Dia misalnya, akan pulang ke Ciganjur sebulan sekali untuk melakukan salat Jumat di masjid setempat, dan kemungkinan bertanya jawab dengan rakyat.
Untuk urusan pribadi, Gus Dur akan menerima tamu di rumah Ciganjur, sementara urusan negara di Istana Merdeka. Seperti ditulis Greg Barton dalam buku Biografi Abdurrahman Wahid, Gus Dur sekeluarga juga berniat tinggal di Istana Merdeka, yang dulunya kediaman gubernur jenderal Belanda.
Soekarno menggunakan Istana Merdeka sebagai tempat kediaman resmi, sementara Soeharto hanya datang setahun sekali dan tidak pernah tidur di sana. Kata Barton, Soeharto biasanya menghabiskan setengah dari malam 17 Agustus di sana. Penguasa Orde Baru itu jelas tidak betah dan takut karena hantu-hantunya. Artinya, Istana Merdeka sudah lama tidak digunakan.
Ada cerita unik, ketika Gus Dur sekeluarga pindah ke Istana, mereka dihentikan di pintu masuk dan diberitahu bahwa mereka harus bernegosiasi dengan roh halus penjaga Istana. Mereka yang percaya segera yakin Istana ini ada hantunya, terutama sebuah kamar di ujung ruang utama. Ruang itu dibuka setahun sekali sebagai tempat penyimpanan bendera pusaka.
Hal itu dibenarkan Munib Huda Muhammad, ajudan Gus Dur yang paling setia. Dia mengatakan, orang-orang di Istana Merdeka benar-benar yakin ada hantu menghuni Istana itu. Bahkan dia memercayainya. "Kalau saya sendiri memang merasakan banyak hantu di situ. Wong sudah berpuluh-puluh tahun tidak digunakan. Serem memang," ujarnya kepada merdeka.com, Kamis (12/12).
Topik pilihan: PKB | Humor Gus Dur
Karena takut hantu, kata dia, tidak ada yang berani membersihkan tempat yang akan didiami Gus Dur. Dia mencontohkan, untuk membersihkan lantai empat dan lima di Wisma Negara saja tidak ada yang berani, takut dengan hantu yang menunggu di sana. "Ga ada yang berani, ikan Arwana sampai mati di aquarium ga diberi makan karena takut."
Begitu Gus Dur datang, mendadak semua orang menjadi berani. Para penjaga istana juga menjadi tidak takut dengan hantu-hantu di Istana. Pertanyaannya, cara apa yang dipakai Gus Dur sehingga keangkeran Istana menjadi hilang? Apakah memakai cara mistis, dukun, atau ritual-ritual?
Menurut Munib, bukan cara-cara mistis seperti itu dipakai Gus Dur untuk mengusir keangkeran Istana. Meski dia yakin Gus Dur sebenarnya merasakan soal hantu-hantu itu, yang kemudian berkembang cerita bermacam-macam di kalangan masyarakat. Namun terlepas dari semua itu, dia melanjutkan Gus Dur punya cara logis untuk mengusir keangkeran Istana.
"Begitu Gus Dur datang, Istana dibuka seluas-luasnya bagi masyarakat. Istana ini kan punya negara, jadi masyarakat berhak memiliki. Jadi orang-orang dibolehkan ke sana, sehingga Istana menjadi ramai."
Terbukti, hanya di era Gus Dur Istana Merdeka ramai dan tidak angker lagi. Semua orang bisa masuk ke sana bertemu dengan Gus Dur, mulai dari pejabat, politisi, masyarakat umum, hingga kiai.
-
Siapa yang disebut Gus Dur sebagai wali? Di mata Gus Dur sendiri, Kiai Faqih adalah seorang wali. “Namun, kewalian beliau bukan lewat thariqat atau tasawuf, justru karena kedalaman ilmu fiqhnya,” kata Gus Dur
-
Bagaimana Gus Dur mengubah namanya? Nama asli beliau, Abdurrahman Ad-Dakhil, diberikan oleh ayahnya, KH. Wahid Hasyim, dengan harapan agar Gus Dur kelak memiliki keberanian seperti Abdurrahman Ad-Dakhil, pemimpin pertama dinasti Umayyah di Andalusia. Namun, nama Ad-Dakhil kemudian diganti dengan "Wahid," yang diambil dari nama ayahnya.
-
Mengapa Gus Dur disebut sebagai Bapak Pluralisme? Kedekatan Gus Dur dengan masyarakat minoritas dan orang-orang terpinggirkan, membuatnya dikenal sebagai sosok yang plural dan menghargai semua perbedaan. Hal ini yang kemudian Gus Dur dijuluki sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
-
Apa saja yang dilakukan Gus Dur untuk menunjukkan toleransi dalam kehidupan berbangsa? Pasalnya beliau selama hidup selalu menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa.
-
Bagaimana Gus Dur menanamkan nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa? Pasalnya beliau selama hidup selalu menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa.
-
Di mana Gua Suran berada? Di Kecamatan Jatinom, Klaten, terdapat sebuah gua yang oleh penduduk setempat dinamakan Gua Suran.
Baca juga:
Guyonan Gus Dur: Antara kampus dan bioskop
Artis-artis kontroversial ini pernah dibela Gus Dur
'Jug ijag ijug', humor Gus Dur naik kereta
Isu dan kasus-kasus ini pernah goyang pemerintahan Gus Dur
Gus Dur, Rhoma, MUI, dan goyang 'ngebor' Inul