Ini cara Setnov buat kembalikan kepercayaan rakyat
Setya mengklaim keputusannya itu sebagai bentuk penghormatan kepada masyarakat Tanah Air.
Politisi Partai Golkar Setya Novanto kini hanya berstatus anggota DPR. Pidato perpisahan sebagai Ketua DPR telah dia sampaikan dalam rapat paripurna. Dia berharap adanya kepercayaan kembali di masyarakat terhadapnya.
Langkah mundur Setya diambil pada detik akhir putusan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dalam masalah pelanggaran etik mencatut nama Presiden Joko Widodo biar kecipratan saham PT Freeport Indonesia. Belakangan masalah ini akrab disebut kasus 'Papa Minta Saham'. Lebih kurang sebulan Setya jadi sorotan pelbagai kalangan.
Gerah masalahnya terus memanas, memaksa Setya mundur jabatan dari ketua DPR. Upaya konkret itu dilakukan demi tidak menimbulkan kegaduhan lebih parah dalam konstelasi politik di Indonesia.
"Saya mohon maaf atas segala kericuhan yang terjadi. Semoga bangsa ini dapat menyongsong masa depan yang baik," kata Setya dalam sidang paripurna di Kompleks Parlemen DPR, Jumat (18/12) kemarin.
Selain meminta maaf, Setya mengaku mundur jabatan menjadi langkah tepat. Dia mengklaim keputusannya itu sebagai bentuk penghormatan kepada masyarakat Tanah Air.
"Pilihan saya ini bentuk penghormatan pada seluruh rakyat Indonesia," ujarnya.
Posisi Setya digantikan koleganya di Partai Golkar, Ade Komarudin. Keduanya hanya bertukar posisi. Setya mengisi posisi Ade sebelumnya, sebagai ketua fraksi Partai Golkar.
Upaya membuat publik percaya sudah dilakukan Setya. Namun, ada pandangan bahwa dia sulit kembali dipercaya masyarakat akibat kasus Papa Minta Saham.
Wakil Presiden Jusuf Kalla melihat posisi Ketua Fraksi Partai Golkar diisi Setya butuh kepercayaan masyarakat. Terbelitnya Setya dalam kasus 'Papa Minta Saham' menjadi penyebab utamanya.
"Masyarakat butuh kepercayaan, kepercayaan muncul dari persepsi. Nah, kalau persepsinya sudah begini maka sulit mendapatkan kepercayaan masyarakat," kata JK di Istana Bogor, kemarin.
JK melihat pemilihan merupakan kewenangan internal Partai Golkar. Namun demikian, hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan masyarakat.
"Saya kira baru usulan tetapi patut diketahui memang bahwa politik itu adalah kepercayaan masyarakat kepercayaan itu akan muncul dari persepsi nah kalau persepsi demikian rupa sekarang ini kemudian pasti sulit mendapatkan kepercayaan masyarakat, itu saja teorinya politik itu," ujarnya.
Kasus membelit Setya belum sepenuhnya selesai. Untuk masalah etik, putusan MKD hanya menutup kasus setelah dia mengeluarkan surat pengunduran diri. Namun, Setya terancam tersandung hukum lewat Kejaksaan Agung.