Investigasi Sementara, Pada Balita Gagal Ginjal Akut Terpapar 3 Zat Kimia Berbahaya
Menurutnya, temuan didapat saat dilakukan investigasi dengan mendalami kandungan pada obat sirop yang digunakan pasien balita penderita gagal ginjal akut. Kemudian ditemukan tiga zat itu yang seharusnya tidak boleh ada di obat-obatan sirop.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memaparkan hasil investasi sementara kasus gangguan ginjal akut atau accute kidney injury (AKI) pada anak. Data Kemenkes per Rabu (20/10), jumlah anak khususnya usia balita suspek gangguan ginjal akut mencapai seratus orang lebih.
Temuan sementara, terhadap pasien balita yang terkena gangguan ginjal akut diketahui terpapar 3 zat kimia berbahaya. Yakni ethylene glycol-EG, diethylene glycol-DEG, ethylene glycol butyl ether-EGBE.
-
Kenapa gagal ginjal bisa menyebabkan kesemutan? Neuropati uremik adalah komplikasi neurologis yang sering terjadi pada pasien dengan gagal ginjal kronis. Kondisi ini terjadi karena penumpukan produk limbah nitrogen dalam darah yang tidak dapat dieliminasi dengan baik oleh ginjal yang tidak berfungsi dengan baik. Neuropati uremik dapat menyebabkan kerusakan pada saraf perifer, yang dapat menyebabkan sensasi kesemutan, mati rasa, atau nyeri pada ekstremitas tubuh.
-
Bagaimana gangguan ginjal bisa menyebabkan kesemutan? Ini terjadi ketika ginjal tidak dapat menyaring dan mengeluarkan limbah dengan efektif. Akumulasi limbah ini dapat meracuni tubuh dan merusak saraf, yang dapat menyebabkan kesemutan.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan ginjal? Berikut adalah beberapa cara efektif untuk menjaga kesehatan ginjal, Konsumsi Air yang Cukup: Memastikan asupan cairan yang cukup membantu ginjal dalam proses penyaringan limbah dan mencegah dehidrasi. Disarankan untuk minum air putih dalam jumlah yang memadai setiap hari, sekitar 8 gelas atau lebih, tergantung pada kebutuhan dan aktivitas tubuh. Jaga Pola Makan Sehat: Diet seimbang yang rendah sodium, gula, dan lemak jenuh dapat mengurangi beban kerja ginjal. Konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral, serta batasi makanan olahan dan tinggi garam. Rutin Berolahraga: Aktivitas fisik secara teratur membantu menjaga berat badan yang sehat dan mengontrol tekanan darah. Cobalah untuk berolahraga setidaknya 150 menit per minggu, seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda. Kontrol Tekanan Darah: Hipertensi adalah salah satu penyebab utama penyakit ginjal. Monitor tekanan darah Anda secara rutin dan lakukan tindakan untuk menjaga tekanan darah tetap dalam rentang yang sehat, seperti mengurangi konsumsi garam dan rutin berolahraga. Kelola Diabetes dengan Baik: Jika Anda memiliki diabetes, penting untuk mengontrol kadar gula darah dengan diet, obat-obatan, dan pengawasan medis yang tepat. Diabetes yang tidak terkelola dengan baik dapat merusak ginjal secara perlahan. Hindari Penggunaan Obat yang Tidak Perlu: Beberapa obat, terutama obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dapat merusak ginjal jika digunakan dalam jangka panjang atau dalam dosis tinggi. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan dan hindari penggunaan obat yang tidak diperlukan. Periksa Kesehatan Ginjal Secara Berkala: Jika Anda memiliki faktor risiko penyakit ginjal, seperti riwayat keluarga atau kondisi medis tertentu, lakukan pemeriksaan ginjal secara rutin. Tes darah dan urine dapat membantu mendeteksi masalah ginjal pada tahap awal. Hindari Alkohol dan Rokok: Alkohol dan rokok dapat membahayakan kesehatan ginjal dan meningkatkan risiko komplikasi. Batasi konsumsi alkohol dan hindari merokok untuk menjaga kesehatan ginjal Anda. Jaga Berat Badan Ideal: Obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal serta kondisi lainnya seperti diabetes dan hipertensi. Menjaga berat badan dalam kisaran sehat melalui diet dan olahraga dapat mengurangi risiko tersebut. Perhatikan Kesehatan Saluran Kemih: Hindari penahanan urine terlalu lama dan pastikan untuk buang air kecil secara teratur. Infeksi saluran kemih yang tidak diobati dengan cepat dapat menyebar ke ginjal dan menyebabkan komplikasi. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat membantu menjaga kesehatan ginjal dan mencegah perkembangan penyakit ginjal.
-
Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal? Apabila penyakit ginjal sudah tahap akhir alias gagal ginjal kronis, maka tidak bisa lagi diperbaiki, yang bisa dilakukan adalah mengganti fungsi ginjal menyaring dan membuang racun dengan cuci darah alias hemodialisis, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), atau transplantasi ginjal.
-
Kapan gejala penyakit ginjal muncul? Gejala penyakit ginjal dapat sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan seperti kelelahan dan nyeri punggung, hingga gejala yang lebih serius seperti pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, serta gangguan pada tekanan darah.
-
Siapa saja yang berisiko mengalami gagal ginjal? Gagal ginjal akut dapat dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak.
"Kemenkes sudah meneliti bahwa pasien balita yang terkena AKI (accute kidney Injury) terdeteksi memiliki 3 zat kimia berbahaya (ethylene glycol-EG, diethylene glycol-DEG, ethylene glycol butyl ether-EGBE)," kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, dalam keterangannya, Kamis (20/10).
Menurutnya, temuan didapat saat dilakukan investigasi dengan mendalami kandungan pada obat sirop yang digunakan pasien balita penderita gagal ginjal akut. Kemudian ditemukan tiga zat itu yang seharusnya tidak boleh ada di obat-obatan sirop.
"Beberapa jenis obat sirop yang digunakan oleh pasien balita yang terkena AKI (kita ambil dari rumah pasien), terbukti memiliki EG, DEG, EGBE, yang seharusnya tidak ada/sangat sedikit kadarnya di obat2an syrup tersebut," katanya.
Budi menjelaskan ketiga zat kimia tersebut merupakan impurities dari zat kimia "tidak berbahaya" polyethylene glycol yang sering dipakai sebagai solubility enhancer di banyak obat-obatan jenis sirop.
Itu sebabnya, sambung Budi, sambil menunggu otoritas obat dalam hal ini BPOM memfinalisasi hasil penelitian kuantitatif mereka, Kemenkes memutuskan melarang sementara penggunaan obat-obatan sirop.
"Mengingat balita yang teridentifikasi KAI sudah mencapai 70-an per bulan (realitasnya pasti lebih banyak dari ini), dengan fatality/kematian rate mendekat 50 persen," tegas Budi.
(mdk/lia)