Jemaah Indonesia yang Mabit dengan Skema Murur di Muzdalifah Diberangkatkan Lebih Awal
Kementerian Agama memutuskan akan menerapkan skema murur saat mabit (bermalam) di Muzdalifah pada pelaksanaan puncak ibadah haji tahun ini.
Kementerian Agama memutuskan akan menerapkan skema murur saat mabit (bermalam) di Muzdalifah pada pelaksanaan puncak ibadah haji tahun ini. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi kepadatan di Muzdalifah karena adanya proyek pembangunan toilet.
- Kemenag: Seluruh Jemaah Haji Indonesia di Muzdalifah Sudah Diberangkatkan ke Mina
- Menag Minta Petugas Haji Antisipasi Kepadatan Jemaah di Muzdalifah
- Dibatasi, Kuota Jemaah Haji Indonesia Ikut Murur saat Mabit di Muzdalifah Sudah Terisi 60 Persen
- Hindari Kepadatan, Jemaah Haji Indonesia Bakal Mabit Tanpa Bermalam di Muzdalifah
Jemaah Indonesia yang Mabit dengan Skema Murur di Muzdalifah Diberangkatkan Lebih Awal
Direktur Layanan Haji Luar Negeri, Kementerian Agama, Subhan Cholid mengatakan jemaah yang mabit di Muzdalifah dengan skema murur akan diberangkatkan lebih dulu menggunakan bus. Mereka akan diberangkatkan lebih awal dari Arafah menuju Mina.
"Kita dahulukan keberangkatannya untuk menghindari pertemuan jalur murur dan jalur taraddudi Muzdalifah-Mina. Jadi saat murur berjalan, jalur dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina masih kosong," kata Subhan di Mekkah, Kamis (6/6).
Skema murur akan berlangsung pada 9 Dzulhijjah atau 16 Juni dari pukul 19.00-22.00 waktu Arab Saudi. Keputusan ini diambil setelah Kementerian Agama melakukan kajian.
Alasan paling utama skema murur didahulukan keberangkatannya untuk menghindari kepadatan dan masyaqqah yang lebih besar. Apalagi, jemaah yang ikut dalam skema ini masuk kategori risti, lansia, dan disabilitas.
"Mengingat pergerakan Arafah ke Muzdalifah baru dimulai setelah pukul 22.00 WAS dan pergerakan dari Muzdalifah ke Mina, baru dimulai sekitar pukul 23.30 WAS,” jelas Subhan.
Subhan menjelaskan, keberangkatan jemaah dengan skema murur lebih awal akan memberikan waktu lebih longgar.
Hlal ini akan membantu jemaah risiko tinggi (risti), lansia, dan disabilitas untuk naik dan turun kendaraan.
Jadwal murur lebih awal juga akan menghindari penumpukan kedatangan jemaah haji di Mina.
“Meski tiba lebih awal, jemaah risti, lansia, dan disabilitas, cenderung tidak beraktivitas keluar masuk tenda, sehingga tidak mengganggu lalu lintas,” kata Subhan.
Subhan menegaskan PPIH Arab Saudi terus mendorong petugas kloter dan sektor untuk mensosialisasikan jadwal dan skema keberangkatan ini kepada jemaah. Para konsultan dan pembimbing ibadah akan memberikan penguatan dan pemahaman kepada jemaah terkait skema murur ini.
Sekadar informasi, Subhan mengatakan, Kementerian Agama melakukan serangkaian pembahasan mengenai skema murur ini dengan otoritas Arab Saudi. Subhan menyebut lebih dari lima kali pembahasan dilakukan terkait skema murur, antara lain dengan pihak Masyariq dan Naqabah atau Organda Saudi.
Dari pihak Kementerian Agama, selain Subhan Cholid selaku pengendali teknis layanan luar negeri, hadir juga Konsul Haji KJRI Jeddah Nasrullah Jasam. Dalam proses pembahasan dan kajian ini, PPIH Arab Saudi juga telah berkirim surat ke Kementerian Umrah dan Haji Arab Saudi.
Di tanah air, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief melakukan safari ke sejumlah ormas, untuk mendiskusikan masalah murur ini. Dirjen antara lain berkunjung ke Majelis Ulama Indonesia dan Nahdlatul Ulama.