Jepara Kota Pertama di Jateng yang Alami Fenomena Hari Tanpa Bayangan
Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie menyebut, Jepara menjadi kota pertama di Jateng alami fenomena Hari Tanpa Bayangan. Dimana Hari Tanpa Bayangan tahun ini berlangsung empat hari berturut-turut dengan hari dan waktu yang berbeda.
Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie menyebut, Jepara menjadi kota pertama di Jateng alami fenomena Hari Tanpa Bayangan. Dimana Hari Tanpa Bayangan tahun ini berlangsung empat hari berturut-turut dengan hari dan waktu yang berbeda.
"Di Jepara sendiri, matahari akan berada persis di atas kepala manusia pukul 11:24.29 WIB pada tanggal 10 Oktober," kata Setyoajie Prayoedhie saat dikonfirmasi, Selasa (8/10).
-
Dimana fenomena awan berlubang terjadi? Telah muncul fenomena awan yang berlubang pada langit di atas Teluk Meksiko dekat pantai barat Florida pada tanggal 30 Januari 2024.
-
Mengapa jerapah ini lahir tanpa corak? Oleh karena itu, jika jerapah yang terlahir dari keturunan dengan corak, namun anaknya terlahir tanpa corak bisa saja terjadi suatu mutasi genetik yang ada ketika di dalam kandungan.
-
Dimana Jemaah Aolia tersebar? Musa mengaku bahwa Jemaah Masjid Aolia terbentuk sudah cukup lama sebelum dirinya lahir. Jemaahnya bahkan tersebar di berbagai daerah terutama di Jateng dan DIY.
-
Kapan wabah kelaparan terjadi di Semarang? Pada tahun 1901, muncul wabah kelaparan di Semarang dan Demak.
-
Dimana bisul tanpa mata sering muncul? Bagian-bagian tubuh yang rentan terkena bisul tanpa mata adalah wajah, leher, ketiak, punggung, dan pantat. Ini karena bagian-bagian tersebut memiliki folikel rambut yang lebih banyak dan cenderung lebih lembap, sehingga menjadi tempat yang ideal bagi bakteri untuk berkembang.
-
Apa fenomena alam unik yang terjadi di Padukuhan Wotawati? Desa itu memiliki fenomena alam yang cukup unik. Sinar matahari datang terlambat, namun malam selalu datang lebih cepat. Matahari Baru Muncul Jam 8 Pagi, Jam 5 Sore Sudah Gelap Dilansir dari kanal YouTube Cerita Gunungkidul, desa ini baru diterangi sinar matahari mulai pukul 8.00 WIB. Namun saat sore hari tiba, matahari seolah tenggelam lebih cepat. Mulai pukul setengah lima sore, suasana pedukuhan itu sudah mulai gelap.
Sedangkan pada 11 Oktober, Hari Tanpa Bayangan muncul serentak di 15 daerah mulai Semarang, Blora, Pati hingga Brebes. Lalu tanggal 12 Oktober muncul di 8 daerah mulai Sragen, Salatiga, Ungaran, Purwokerto hingga Banjarnegara. Dan yang terakhir tanggal 13 Oktober muncul di jalur pantai selatan Jateng yakni Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, Solo, Banyumas hingga Cilacap.
"Di Kabupaten Banjarnegara dan Purwokerto, titik kulminasi utamanya terjadi pada 12 Oktober 2019 pukul 11:27:51 WIB dan pukul 11:29:42.04 WIB siang," tuturnya.
Dia menyebut munculnya kulminasi utama matahari tidak berpengaruh apapun bagi manusia. Hanya saja setiap orang yang berdiri saat kulminasi utama tidak dapat melihat bayangannya.
"Efeknya tidak ada mas, paling ya pada waktu kulminasi tersebut, tidak ada bayangannya," ujarnya.
Nantinya bila kemunculan kulminasi utama dipengaruhi adanya deklinasi matahari yang sama dengan lintang pengamat. Pada kondisi tersebut matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit.
"Situasi ini memunculkan hilangnya bayangan benda tegak karena bertumpuk dengan benda itu sendiri," jelasnya.
Faktor lainnya, karena adanya bidang ekuator bumi dan bidang rotasi bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika bidang revolusi bumi.
"Ini membuat posisi matahari dari bumi akan terlihat berubah terus sepanjang tahun antara 23,5o LU sampai dengan 23,5o LS. Hal ini disebut sebagai gerak semu harian matahari," tutupnya.
Baca juga:
Inilah Wilayah Indonesia yang Alami Hari Tanpa Bayangan
Deretan Fakta Soal Hari Tanpa Bayangan, Terjadi 23 September di Indonesia!
Fenomena Gerhana Bulan Parsial di Sejumlah Negara
Gerhana Bulan Sebagian Alami Puncaknya pada Dini Hari Tadi
Penampakan Gerhana Bulan Saat Lintasi Jakarta