Jihad Sering Disalahpahami untuk Kepentingan Politik dan Ekonomi
Islamophobia juga bisa disebabkan oleh propaganda media yang bertujuan membuat kerusakan.
Ajaran agama tidak mendukung kekerasan dalam bentuk apa pun
Jihad Sering Disalahpahami untuk Kepentingan Politik dan Ekonomi
- Generasi Muda Harus Waspadai Propaganda Kelompok Radikal di Media Sosial
- Pelajar Terduga Teroris di Batu Terpapar Radikalisme di Medsos, Sudah Beli Bahan Peledak untuk Bom Bunuh Diri
- PBNU Ingatkan Masyarakat Waspadai Kelompok Teror Lakukan Propaganda Gunakan AI
- 9 Cara Mencegah Perselingkuhan Menurut Islam, Menguatkan Iman hingga Menjaga Kesetiaan
Ketua Umum (Ketum) Asosiasi Dai-daiyah Indonesia (ADDAI) Moch Syarif Hidayatullah mengatakan bahwa penanganan Islamophobia perlu pendekatan yang komprehensif karena kebencian terhadap Islam disebabkan oleh hal yang kompleks.
Menurut Syarif, Islamophobia merupakan fenomena yang timbul akibat tindakan kekerasan yang mengatasnamakan Islam. Di samping itu, Islamophobia juga bisa disebabkan oleh propaganda media yang bertujuan membuat kerusakan.
"Oleh karena itu, penanganan Islamophobia memerlukan pendekatan yang komprehensif, termasuk pengawasan media yang lebih fair (adil) dan edukasi yang lebih baik terhadap umat Islam tentang prinsip-prinsip agama mereka," kata Syarif dilansir Antara, Rabu (20/3).
merdeka.com
Dia menekankan pentingnya umat Islam untuk memahami bahwa ajaran agama tidak mendukung kekerasan dalam bentuk apa pun. Dalam hal ini, Syarif menyoroti konsep jihad yang sering disalahpahami hingga digunakan untuk kepentingan politik atau ekonomi.
Umat Islam perlu memahami ajaran agama dari sumber-sumber kredibel. Hal ini termasuk dari ulama yang berpengalaman dan mampu membawa kedamaian dalam masyarakat, terutama di kalangan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang.
“Dalam Islam, pluralitas pemahaman ajaran agama itu jelas diperbolehkan dan diakui. Oleh karena itu, orang yang benar-benar memahami ajaran Islam akan menghargai keragaman dan tidak merasa bahwa pendapatnya adalah satu-satunya yang benar,” kata dia.
merdeka.com
Selain menekankan pentingnya mawas diri dan menghormati perbedaan, Syarif juga menyampaikan beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan umat Islam dan masyarakat global untuk mereduksi Islamophobia.
“Pertama, umat Islam perlu memahami esensi ajaran agama mereka dan mengimplementasikan nilai-nilai rahmat dan perdamaian dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
Kedua, umat Islam harus memperluas persaudaraan tidak hanya kepada sesama Muslim, tetapi juga kepada seluruh umat manusia. Hal ini akan membantu dalam upaya membangun toleransi dan kerukunan antarumat beragama.
Ketiga, masyarakat global harus terlibat memerangi Islamophobia dengan memahami bahwa kebencian terhadap Islam sering dimanfaatkan untuk kepentingan politik dan ekonomi. Pengawasan media yang lebih adil dan edukasi yang lebih baik tentang Islam juga diperlukan.
Lebih dari itu, ia mengimbau semua pihak untuk memahami bahwa keberagaman pemahaman dan pendekatan terhadap agama adalah sesuatu yang menjadi sunnatullah dan harus dihargai oleh semua.
“Dengan langkah-langkah konkret ini, diharapkan Islam dan umatnya dapat benar-benar menjadi rahmatan lil’alamin, dan Islamophobia dapat diatasi sehingga mampu menciptakan dunia yang lebih toleran dan damai bagi semua kalangan,” pungkas Syarif.