Juli 2023 Jadi Bulan Terpanas Sejak 120 Ribu Tahun Lalu, di RI sampai Jatuh Korban
Juli 2023 menjadi bulan terpanas sepanjang sejarah dunia dalam 120 ribu tahun terakhir.
Juli 2023 menjadi bulan terpanas sepanjang sejarah dunia dalam 120 ribu tahun terakhir
Juli 2023 Jadi Bulan Terpanas Sejak 120 Ribu Tahun Lalu, di RI sampai Jatuh Korban
Peneliti menyebut Juli 2023 menjadi bulan terpanas sepanjang sejarah dunia dalam 120 ribu tahun terakhir. Tercatat, hari terpanas di dunia terjadi pada 6 Juli dan 23 hari terpanas yang pernah tercatat sepanjang bulan Juli. Menurut laporan tersebut, suhu selama 23 hari pertama bulan Juli rata-rata 16,95 derajat Celcius, jauh di atas rekor sebelumnya 16,63 derajat Celcius yang ditetapkan pada Juli 2019.
Antisipasi dampak El Nino 6 Juli juga merupakan hari terpanas secara global, mengalahkan rekor suhu sebelumnya 16,80 derajat Celcius pada 13 Agustus 2016.
Penyebab Suhu Global yang Semakin Panas
Para peneliti yakin bahwa emisi bahan bakar fosil dari aktivitas manusia sebagian besar menjadi penyebab tingkat pemanasan yang kita lihat sekarang. "Cuaca ekstrem yang telah mempengaruhi jutaan orang di bulan Juli sayangnya adalah kenyataan pahit dari perubahan iklim dan gambaran masa depan," kata Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia Prof Petteri Taalas, dikutip dari bbc.com, Senin (31/7).
Selain dampak berkelanjutan dari gas rumah kaca, ada efek yang berkembang dari sistem cuaca El Niño - peristiwa alami saat lautan menghangat di Pasifik timur dan melepaskan panas ke atmosfer.
Hal ini kemungkinan akan mendorong suhu lebih tinggi dan mungkin menjadikan 2023 atau 2024 tahun terpanas yang pernah tercatat.
Sedangkan menurut, Dr Karsten Haustein dari University of Leipzig telah mencatat ada kenaikan suhu sekitar 1,5 derajat celcius akibat pembakaran batu bara, minyak, dan gas, serta aktivitas manusia lain. Ini lebih panas dari rekor sebelumnya, Juli 2019, mencatat kenaikan 0,2 derajat celcius.
Fenomena El Nino atau pemanasan suhu di Indonesia telah merenggut korban jiwa.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan enam orang warga meninggal dunia akibat bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
"Di Kabupaten Puncak terjadi kekeringan, gagal panen dan 6 warga meninggal di sana," kata Tito dalam Penyerahan Insentif Fiskal Kategori Kinerja Pengendalian Inflasi di Daerah, Senin (31/7).
Atas kejadian tersebut, Tito langsung berkoordinasi dengan kepala daerah setempat untuk mengatasi masalah pasokan bahan makanan ke wilayah itu. "Saya sudah koordinasi dengan Gubernur dan Bupati memang ada permasalahan supply," kata Tito.