Kasus ABG Bunuh Bocah, Kak Seto Ingatkan Orangtua Awasi Pertumbuhan Psikologis Anak
Berkaca pada kasus ini, kata Kak Seto, sudah seharusnya program tentang pemberdayaan warga yang disosialisasikan sejak 2012 benar-benar dihidupkan. Di mana lembaga seperti RT dan RW harus mampu menjadi wadah paling efektif untuk mengawasi tumbuh kembang anak lingkungan tempat tinggalnya.
Tindakan kriminal remaja NF (15) membunuh bocah perempuan (6) mengagetkan banyak pihak. Psikolog Anak, Seto Mulyadi atau Kak Seto, menilai munculnya kasus tersebut karena lemahnya peran lingkungan sosial di tempat tinggal pelaku untuk mengawasi tumbuh kembang anak.
"Saya kira anak ini mengalami gangguan kejiwaan di mana tak ada lagi perhatian dan dukungan dari lingkungannya, jadi pelariannya ke gawai menonton tayangannya yang berpengaruh kekerasan itu," kata Kak Seto saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (8/3).
-
Mengapa Stupa Sumberawan penting? Stupa melambangkan nirbana (kebebasan) yang merupakan dasar utama dari seluruh rasa dharma yang diajarkan Guru Agung Buddha Gautama. Nirbana juga menjadi tujuan setiap umat Buddha.
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Apa motif pelaku melakukan pembunuhan? Dia sedang pusing mencari uang untuk membiayai kuliah adiknya beserta biaya kebutuhan hidup untuk orangtuanya.
-
Kapan kata penutup pidato penting? Seperti diketahui, bahwa ragam acara seperti seminar, perpisahan, pernikahan hingga acara formal lain membutuhkan sebuah penutup pidato yang penuh kesan yang membuat seluruh rangkaian acara berkesan.
-
Kapan Pegi Setiawan ditangkap? Pegi Setiawan ditangkap petugas Polda Jabar di Bandung pada Selasa (21/5/2024) malam.
Kak Seto menambahkan, indikasi itu dilihat dari pengakuannya membunuh tanpa rasa penyesalan.
"Dia tak berempati sama sekali tak merasa bersalah juga, dia hanya melakukan apa pun untuk memberi kepuasan," kata Kak Seto.
Berkaca pada kasus ini, sambung Kak Seto, sudah seharusnya program tentang pemberdayaan warga yang disosialisasikan sejak 2012 benar-benar dihidupkan. Di mana lembaga seperti RT dan RW harus mampu menjadi wadah paling efektif untuk mengawasi tumbuh kembang anak lingkungan tempat tinggalnya.
"Jadi tambahkan seksi perlindungan anak di keorganisasian RT/RW yang bertugas mengumpulkan warga untuk mengingatkan saling peduli dengan anak dengan mendidik anak tanpa kekerasan dan pembiaran," jelas Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini.
Kak Seto juga mengingatkan kepada orangtua untuk kerap mengawasi pertumbuhan psikologis sang anak di tengah dunia yang serba terkoneksi. Melalui gawai anak dapat tumbuh positif, namun sebaliknya hal itu dapat berpengaruh buruk dan sangat berbahaya.
"Ini menjadi peringatan keras kepada kita semua, karena dampaknya bisa seperti ini, karena ada reaksi. Jadi dalam teori hukum terhadap anak, selain menjadi pelaku, anak juga sebagai korban, korban yang menjerumuskan mereka menjadi pelaku kriminal, kita harus introspeksi," sambung Kak Seto.
Seperti diberitakan sebelumnya, Polres Metro Jakarta Pusat merilis kasus pembunuhan dilakukan remaja wanita berusia 15 tahun di Sawah Besar. Pelaku mengaku kepada polisi telah membunuh bocah 6 tahun dengan menenggelamkannya di bak mandi.
Setelah tewas, korban disimpan di lemarinya hingga warga yang curiga menganggap balita tersebut telah diculik. Polisi menduga pelaku mengalami sakit kejiwaan karena tak ada penyesalan atas tindakan kejinya malah mengaku puas.
Reporter: M Radityo
Sumber: Liputan6.com
(mdk/lia)