Kasus Pelemparan Kotoran Manusia di Samarinda Berujung Damai
Suardana menerangkan, dari rembuk itu disepakati tidak ada pelaporan dari kedua belah pihak ke kepolisian. "Kita tidak mendalami lagi motif pelaku melakukan pelemparan itu," ujar Suardana.
Kasus pelemparan kotoran manusia ke bangunan Langgar Nurul Jannah di Samarinda oleh Candra Andika (34), warga Sambutan, berujung damai. Kedua belah pihak, warga dan keluarga Candra, sepakat tidak meneruskannya ke jalur hukum.
"Hasil dari rembuk warga dan keluarga pelaku, diselesaikan secara kekeluargaan. Masalahnya sudah clear," kata Kapolsek Sungai Kunjang, Kompol IKG Suardana, dikonfirmasi merdeka.com, Jumat (29/11) malam.
-
Di mana Gudeg Jogja Bu Iin berada? Sebuah kedai angkringan di Perumahan Taman Kota, Jakarta Barat, menjadi buruan para pecinta kuliner di ibu kota.
-
Dampak apa yang ditimbulkan oleh hujan disertai angin kencang di Jogja? Hujan dan angin kencang yang terjadi pada Kamis (4/1) menyebabkan kanopi drop zone di sisi selatan Stasiun Yogyakarta roboh. Akibatnya lima unit mobil tertimpa kanopi itu dan mengalami kerusakan ringan.
-
Kapan Sahrul Gunawan diwisuda? Alhamdulillah, guys! Hari ini, Selasa, 21 November 2023, setelah sukses banget lulus sidang tesis bulan April kemarin, kita semua merayakan Wisuda Magister Ilmu tafsir Al Quran universitas PTIQ yang pertama.
-
Apa yang terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Bandung Barat? Sebagaimana diberitakan, puluhan rumah di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang longsor pada Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
-
Siapa Sanggramawijaya Tunggadewi? Sosok Sanggramawijaya Tunggadewi, Putri Mahkota Kerajaan Medang Kahuripan yang Memilih Jadi Pertapa dan Tak Menikah Ia meninggalkan kemewahan duniawi demi tujuan besar. Putri Sulung Raja Sanggramawijaya Tunggadewi merupakan putri sulung Raja Airlangga. Ia punya dua adik laki-laki yang kelak terlibat perang saudara.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
Suardana menerangkan, dari rembuk itu disepakati tidak ada pelaporan dari kedua belah pihak ke kepolisian. "Kita tidak mendalami lagi motif pelaku melakukan pelemparan itu," ujar Suardana.
"Ya soal dugaan (pelaku stres), cuma kata kakaknya, pernah masuk (rumah sakit jiwa). Ada juga semacam salah sasaran, karena ada orang utang ke pelaku tidak bayar pernah dilihatnya di Langgar itu. Itu hanya kabar. Karena sudah sepakat damai, ya sudah clear persoalannya," tambah Suardana.
Pelaku Diamuk Massa
Kendati demikian, lanjut Suardana, pelaku Candra Andika sendiri saat ini masih dirawat di rumah sakit lantaran menderita luka tebas senjata tajam parah di kaki kirinya, akibat diamuk massa.
"Dia (Candra Andika) masih dirawat. Karena tidak ada yang lapor, ya tidak dikenakan wajib lapor. Tapi .asih kita pantau. Artinya, masalah ini ada win-win solution, yang terbaik di antara kedua belah pihak," demikian Suardana.
Diketahui, Candra Andika (34), babak belur hingga luka-luka usai diamuk massa di Jalan Rapak Indah RT 35, Karang Asam Ilir, Kamis (28/11) dini hari kemarin. Dia ditangkap warga dan diamuk massa karena sebagai pelaku pembuang kotoran manusia ke Langgar Nurul Jannah yang ada di permukiman warga.
Dari keterangan Ketua RT 35, Pairin, pelemparan kotoran itu dianggap warga sebagai teror. Karena, pelemparan kotoran manusia sudah kelima kalinya. Terakhir dilakukan Minggu (24/11) malam, berupa 2 kantong plastik berisi kotoran manusia.
Saat tertangkap tangan Kamis (28/11) dini hari kemarin, Candra mengaku pelaku pelemparan itu, karena temannya, yang tinggal di sekitar Langgar, berhutang Rp 15 juta. Candra pun diamuk massa. Kakaknya, saat bertemu warga mengaku adiknya pernah menjalani perawatan kejiwaan.
"Dia (Candra Andika) sebutkan nama Budiannur. Memang, Budiannur warga saya. Tapi kan sudah 2 tahun ini dipenjara gara-gara kasus narkoba," ungkap Pairin, ditemui merdeka.com, Kamis (28/11).
(mdk/lia)