Kebakaran Lahan Gambut Tak Bisa Hanya Andalkan Water Booming
Lahan gambut di Indonesia memiliki kedalaman yang sangat berbeda dari wilayah lain. Dengan kedalaman lahan gambut Indonesia yang mencapai 36 meter, membuat penanganan kebakaran hutan menggunakan water booming tak sepenuhnya berhasil.
Kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Indonesia berpotensi memicu kebakaran hutan dan lahan. Deputi Bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Dody Hargo Usodo mengatakan, sangat sulit jika mengatasi kebakaran hutan hanya dengan water booming.
"Kebakaran itu hanya bisa dihentikan dengan curah hujan. Kalau water booming itu hanya di permukaan. Kalau curah hujan sampai meresap ke dalam," ucap Dody di kantornya, Jakarta, Selasa (30/7).
-
Kapan kebakaran hutan terjadi? Sebelumnya AR diburu polisi karena diduga membakar hutan milik Perhutani pada 21 Oktober lalu.
-
Di mana contoh tempat wisata hutan mangrove di Jakarta? Di Indonesia, ada banyak hutan mangrove yang saat ini dijadikan tempat wisata alam. Salah satunya di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Dimana letak Taman Bunga Kutabawa? Taman Bunga Kutabawa merupakan destinasi wisata yang terletak di Pejagan I, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga.
-
Di mana kebakaran hutan tersebut terjadi? Ia diduga membakar area hutan milik Perhutani seluas 5 hektare, setengah dari total luas hutan tersebut, yaitu 10 hektare.
-
Bagaimana hutan awan terbentuk? Ketika udara tersebut naik dan mendingin, awan terbentuk saat bertemu dengan lereng gunung yang tinggi. Melalui fenomena ini, awan menyaring melalui tajuk pepohonan di mana uap air pada daun atau jarum pohon bergabung menjadi tetesan yang lebih besar.
Menurut dia, lahan gambut di Indonesia memiliki kedalaman yang sangat berbeda dari wilayah lain. "Gambut di bumi kita ini, kedalamannya sampai 36 meter," ungkap Dody.
Dia menuturkan, dengan kedalaman lahan gambut Indonesia yang mencapai 36 meter, membuat penanganan kebakaran hutan menggunakan water booming tak sepenuhnya berhasil.
"(Misalnya) di permukaan sudah mati, tahu-tahunya di kedalaman 15 meter masih menyala," ucapnya.
Kondisi tersebut seperti dialami tim gabungan satgas penanggulangan kebakaran hutan dan lahan Provinsi Riau. Mereka kesulitan memadamkan api di lahan gambut di Kabupaten Siak. Penyebabnya, sumber air mengering.
Kepala Manggala Agni Daops Siak, Ihsan Abdillah, mengatakan kendala pemadaman dari darat karena sulit memperoleh sumber air. Petugas sudah melakukan penyekatan api dan mencoba membuat embung sebagai sumber air, namun air sangat minim didapatkan.
"Sumber air tidak ada dan sebagian dibuat embung tetapi airnya tidak banyak sehingga menyulitkan petugas, ditambah lagi yang terbakar ini gambut dalam," kata Ihsan.
Mengutip data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan per 8 Juli 2019, total luas hutan dan lahan yang terbakar mencapai 30.477 hektare. Daerah yang teridentifikasi paling parah berada di Riau dengan total mencapai 27.683 hektar.
Kemudian, Kalimantan Barat mencapai 2.274 hektare, Sumatera Selatan 236 hektare, Aceh 142 hektare, Kalimantan Timur 53 hektare, Kalimantan Tengah 27 hektare dan Jambi 4 hektare.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Pagi ini, Kota Pekanbaru Berada Dalam Kepungan Kabut Asap
Pasca Kebakaran, Pendakian ke Arjuna Ditutup Sementara
Sepanjang Juli 2019, 140 Hektare Lahan di Sumsel Terbakar
Hutan Gunung Arjuno Kebakaran, 64 Pendaki Dievakuasi Tim BPBD Batu
Pemadaman Kebakaran Lahan di Riau Terkendala Karena Sumber Air Mengering
35 Titik Panas Muncul di Riau, Terindikasi Kebakaran Lahan