Kebocoran Data Kerap Terjadi, Mayjen TNI Kunto: Perang Siber Dimulai, Indonesia Diserang
Indonesia dilanda serangan siber dalam beberapa tahun terakhir. Yang paling membuat geger adalah diserangnya Pusat Data Nasional.
Indonesia dilanda serangan siber dalam beberapa tahun terakhir. Yang paling membuat geger adalah diserangnya Pusat Data Nasional sehingga data-data penting bocor.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Setjen Wantannas, Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo, menyatakan, ini adalah masalah serius di era digital. Ia bahkan menganggapnya sebagai perang siber.
- Penyandingan Sengketa Suara di Banten 2 Tertunda, Ini Penyebabnya
- Serangan Siber Kembali Terjadi, Giliran Data BPJS Ketenagakerjaan Diduga Diretas
- Pengamat Menduga Server PDN Kominfo Down Bukan soal Teknis, tapi Ada Serangan Siber
- Negara Tetangga Indonesia Ini Bakal Jadi Pusat Data Terbesar Se-Asia Tenggara
"Bocornya data di Indonesia beberapa waktu lalu memberi penegasan bahwa perang siber sudah berlangsung dan Indonesia sudah diserang," katanya, Selasa (13/8).
Mayjen Kunto menyampaikan, perang siber adalah konflik atau pertempuran di ruang siber. Serangan dan pertahanan dilakukan melalui komputer, jaringan, dan media digital lainnya.
"Meskipun serangan siber telah dikenal sejak lama, namun kompleksitas dan dampaknya semakin meningkat seiring dengan berkembangnya teknologi," ujarnya.
7 Hal Penting Keamanan Siber
Kunto melanjutkan, keamanan data digital (cyber security) harus menjadi prioritas utama. Menurut Shalom, J., & Fred, W. (2023). Cybersecurity in the Digital Age, ada setidaknya 7 hal menyangkut pentingnya keamanan siber.
Di antaranya, perlindungan informasi sensitif, privasi, mencegah kerugian finansial, keamanan nasional, keberlangsungan bisnis, kejahatan dunia maya, dan kepercayaan publik.
"Artinya, semua sektor akan dipengaruhi apabila data sudah bisa diretas pihak lain. Mau tidak mau cyber security harus jadi perhatian serius," tegas Mayjen Kunto.
Kunto menambahkan, perang siber memiliki korelasi dengan perang elektronika (pernika). Namun, cakupan pernika lebih luas karena tidak hanya sisi dunia maya, tetapi juga menyangkut segala perangkat elektronik yang digunakan untuk menyerang ataupun diserang.
"Pernika itu sudah terjadi, sebagaimana perang siber juga sudah berlangsung. Saat ini, semua sisi Indonesia terindikasi menjadi sasaran target. Kewaspadaan dan kerahasiaan adalah kuncinya. Ini patut digarisbawahi karena pernika maupun perang siber tidak kasat mata, tak terlihat, tapi efeknya sangat kuat," tuturnya.
Pesan Penting Panglima TNI
Ia berpendapat, Indonesia sudah cukup peka dalam menjaga keamanan siber dan pernika seiring adanya kebijakan agar berhati-hati dan bersiap jika terjadi.
Namun, lompatan-lompatan teknologi yang begitu cepat kadang tidak seimbang dengan kecepatan antisipasi kebijakan.
Kunto juga menyoroti aspek komitmen dan integritas dalam menghadapi perang siber.
Sebab, jebolnya sebuah sistem dalam ranah militer bisa terjadi karena kuatnya penetrasi musuh, lemahnya pertahanan internal, atau skenario yang didukung sebagian pihak internal.
"Oleh karena itu, menjadi tepat ketika Panglima TNI menekankan pentingnya penguatan SDM, mulai dari tahap rekrutmen hingga penguatan sistem di dalam. Kebijakan dan berbagai regulasi akan diperkuat mendukung itu. Selain menekankan pada aspek perlindungan (ketahanan), juga menyasar kemampuan counter attack," jelasnya.
"Ragam dinamika baik karena faktor internal ataupun eksternal tentu harus bisa disikapi. Teknologi akan tetap berkembang, tetapi aspek SDM dan regulasi harus punya kemampuan khusus, kemampuan dalam bertempur di wilayah elektronika dan siber," kata Kunto.