Kenalkan, Pahlawan Kesehatan Indonesia Profesor Sri Rezeki Hadinegoro
Saat ini Indonesia masih berjuang untuk dapat memproduksi vaksin Covid-19 secara mandiri. Di balik upaya ini, ada orang-orang yang memiliki andil besar. Salah seorang dari mereka adalah Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro.
Saat ini Indonesia masih berjuang untuk dapat memproduksi vaksin Covid-19 secara mandiri. Di balik upaya ini, ada orang-orang yang memiliki andil besar. Salah seorang dari mereka adalah Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro.
Perempuan kelahiran Solo, 3 Mei 1946 ini, mulai akrab dengan vaksin sejak dia bergelut dengan penyakit infeksi pada anak-anak. Baginya, kesehatan anak adalah ilmu tersulit dalam kedokteran. Alasannya sederhana, bayi dan anak-anak sulit untuk ditanya sehingga dokter punya tantangan tersendiri dalam memberikan diagnosis.
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Di mana patung Dewi Kesehatan, Hygieia, ditemukan? Kepala patung Dewi Kesehatan, Hygieia, yang berusia 2100 tahun ditemukan selama penggalian di kota kuno Yunani, Laodicea, Turki barat daya.
-
Kapan kemarahan bisa berbahaya bagi kesehatan? Namun, ketika kemarahan menjadi kebiasaan yang tidak terkendali, dampaknya bisa berbahaya bagi kesehatan kita.
-
Apa yang diungkap oleh Wakil Menteri Kesehatan? Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkap saat ini 300 perundungan di sekolah spesialis kedokteran. Hasil itu berdasarkan hasil investigasi Kemenkes di Universitas Diponegoro, Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Sriwijaya.
-
Bagaimana Putri Patricia menjaga kesehatannya? Putri Patricia tampak kembali aktif menjalani olahraga.
-
Bagaimana petugas kesehatan dapat meningkatkan keselamatan pasien? Petugas kesehatan dapat meningkatkan keselamatan pasien dengan menerapkan beberapa praktik aman dalam memberikan pelayanan.
Berangkat dari minat yang digelutinya, Prof. Sri berpikir bahwa imunisasi perlu dilakukan lebih masif untuk mencegah terjangkitnya penyakit infeksi pada anak-anak. Seiring berjalannya waktu, dia kemudian bertugas di RS Cipto Mangunkusumo dan semakin banyak bergelut dengan penyakit infeksi pada anak-anak.
Perjalanan Prof. Sri dalam memperjuangkan imunisasi semakin matang setelah dirinya didapuk sebagai Ketua Satgas Imunisasi dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan menjadi Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) sampai saat ini.
Sejak awal, Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak di Universitas Indonesia ini menyadari bahwa permasalahan kesehatan anak-anak Indonesia cukup besar. Kesadaran tentang betapa pentingnya vaksin semakin terpupuk setelah dirinya pindah tugas ke Jakarta dan merintis program karang balita, yang kemudian bertransformasi menjadi posyandu.
Bagi Prof. Sri, vaksinasi atau imunisasi merupakan standar kesejahteraan sebuah negara. Cakupan vaksinasi yang luas, memberi gambaran sejauh mana negara tersebut maju- baik secara ekonomi atau sosialnya.
"Jadi kalau mau melihat standar sejahteranya satu negara, imunisasi adalah salah satu indikatornya," katanya dalam Dialog Produktif bertema 'Berjuang Tanpa Lelah Menyiapkan Vaksin' yang digelar di Media Center Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (10/11).
Dalam upaya pencegahan penyakit, Prof. Sri menyebutkan ada dua aspek dasar yang harus dipenuhi oleh negara. Air bersih yang merata dan imunisasi. Saat dua hal ini bisa disediakan oleh negara, maka 70 persen masalah kesehatan anak terkait infeksi dapat diatasi.
Perempuan yang dilantik sebagai Guru Besar FKUI pada 2010 lalu ini, menempuh pendidikan kedokterannya di Fakultas kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung dan lulus pada tahun 1972. Kemudian melanjutkan ke program spesialis FKUI dengan spesialisasi Ilmu Kesehatan anak hingga tahun 1983. Gelar doktor ilmu kesehatan anak didapatnya dari Universitas Indonesia pada tahun 1996. Selain itu, Prof.Sri juga sempat menempuh pendidikan tambahan di Jepang.
Baca juga:
Dokter Reisa: Gotong Royong dan Bekerja Sama Sukseskan Penghentian Pandemi Covid-19
Berkat Banpres Produktif, Pedagang Pecel Lele Mampu Bertahan di Masa Pandemi
Imunisasi Kunci Eradiksi Penyakit Menular di Indonesia
Tersalurkan Rp366,86 T, Realisasi Anggaran PEN Telah Capai 52,8 Persen
Konsep OTG Covid-19 Belum Banyak Dipahami, Jaga Jarak Paling Jarang Dilakukan
Penggunaan Darurat Vaksin Bisa Diizinkan Asal Perhatikan Keamanan, Khasiat, dan Mutu
Hati-Hati Terinfeksi Virus Corona Kembali, Tetap Terapkan Protokol Kesehatan