Kisah eks anggota PETA curi toko Pecinan di zaman penjajahan Belanda
mereka terpaksa mencuri toko-toko Pecinan demi memberi makan rakyat pribumi yang sedang kelaparan.
Dalam catatan sejarah, rakyat Indonesia pernah mengalami berbagai kesulitan di berbagai bidang kehidupan pada zaman penjajahan Belanda dulu kala, termasuk kelaparan. Dalam situasi kelaparan itu, pejuang dan gerilyawan kerapkali terpaksa melakukan tindak pencurian terhadap toko-toko milik warga keturunan Tiongkok atau yang sering disebut toko Pecinan.
Toko-toko Pecinan menjadi sasaran lantaran mereka menguasai jalinan perdagangan mulai dari sembako, pakaian dan lain-lain. Penguasaan jalinan perdagangan oleh toko Pecinan masih bisa dilihat hingga dewasa ini.
Salah seorang pejuang kemerdekaan, Mohammad Hasan (78) mengatakan, mereka terpaksa mencuri toko-toko Pecinan demi memberi makan rakyat pribumi yang sedang kelaparan. Pada saat itu beras merupakan komoditas yang paling sering dicuri.
"Mereka sering dirampok di zaman Belanda untuk rakyat. Anak-anak kecil kelaparan kalau nggak kayak gitu dari mana? Mereka buka toko, toko pakaian toko beras, toko makanan, sampai sekarang," kata Hasan di sekitar Masjid Kebun Jeruk, Jalan Hayam Wuruk, Jakarta, Kamis (19/2).
Mantan anggota Pembela Tanah Air (PETA) itu menceritakan, aksi pencurian itu dilakukan tengah malam ketika sang pemilik toko sedang terlelap. "Kalau malam, di dongkel aja pintunya, pas mereka tidur," kata Hasan.
Kendati demikian menurut Hasan aksi itu dilakukan dalam kondisi yang sangat terpaksa untuk mempertahankan hidup kaum pribumi. Hasan pun menyayangkan, kaum Tiongkok atau keturunan Tiongkok yang telah jadi warga Indonesia saat ini sangat berbeda dengan orang Tiongkok zaman dulu.
Perbedaan itu paling mencolok dalam hal pergaulan sosialnya. Dulu, menurut Hasan, orang keturunan Tiongkok sangat akrab dan berbaur dengan warga pribumi. Hal itu sudah jarang ia temukan pada saat ini.
"Mereka dulu campur sama kita, sekarang kan kayak misah dulu bergaul," tandasnya.