Kisah Huda Guru Honorer di Jepara, Jualan Kain untuk Penuhi Kebutuhan
Nidhomul Huda (29) adalah salah satu guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatut Tholibin, Mulyoharjo, Kabupaten Jepara. Dengan gaji minim, dia tetap semangat mengajar anak didiknya.
Nidhomul Huda (29) adalah salah satu guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatut Tholibin, Mulyoharjo, Kabupaten Jepara. Dengan gaji minim, dia tetap semangat mengajar anak didiknya.
Meski hanya ada dua siswa, salah satu cara yang digunakan untuk mengajar adalah Huda sering mengajak keluar kelas siswanya agar tidak bosan menerima materi pelajaran dari yang dia sampaikan.
-
Bagaimana cara memperingati Hari Guru Sedunia? Ini menjadi kesempatan bagi seluruh masyarakat dunia, untuk memberikan apresiasi yang baik pada para guru.
-
Siapa yang mengeluh tentang honor guru ngaji di Tangerang? Saat itu, Mahfud mendengarkan keluhan guru ngaji asal Tangerang Selatan (Tangsel) yang mengaku hanya menerima honor sebesar Rp250 ribu per bulan.
-
Bagaimana Jokowi berpesan untuk menghormati guru? “Menghormati guru, seperti menghormati orang tua sendiri. Itulah nilai-nilai bangsa Indonesia yang harus kita jaga.”
-
Kapan Hari Guru Nasional diperingati? 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional.
"Cuma dua siswa saja, biasanya saya kalau ngajar ajak siswa di luar kelas seperti taman sekolah. Bawa motor, dua siswa saya boncengan cari tempat yang bisa diambil ilmunya seperti museum, dan taman makam pahlawan," kata Huda yang mengajar kelas V, Selasa (26/11).
Dengan mengajak siswa keluar kelas membuat siswa nyaman dalam menerima mata pelajaran yang disampaikannya. Menurutnya itu metode sudah dilakukannya atas izin kepala sekolah.
"Jadi semua sudah dapat izin kepala sekolah. Enjoy, siswa juga merasa tidak mengantuk saat menerima pelajaran dan gampang diterima," ungkapnya.
Perjuangannya menjadi guru tidak mudah, dengan gaji yang seadanya, Huda harus putar otak agar kebutuhannya dapat tercukupi. Bahkan saat pertama menjadi guru, ia sempat ragu karena gaji dengan kebutuhannya saat itu tak sebanding.
"Sempat ragu dengan gaji Rp300 ribu. Tapi karena guru cita-cita kami ya tetap jalani, nekat saja," tuturnya.
Bimbang dan Jualan Kain
Seiring waktu, dengan penghasilan yang kurang, Huda sempat bimbang untuk meneruskan pekerjaannya sebagai guru honorer. "Sempat terlintas meninggalkan profesi guru. Saya pikir anak didik saya kasihan, dia butuh kami untuk mendidik," ujarnya.
Hingga pada suatu ketika, Huda bertemu dengan temannya yang mengajaknya untuk berbisnis kain troso. Mulai saat itu, ia menjadikan bisnis kain troso sebagai pekerjaan sampingan agar mendapatkan penghasilan tambahan.
"Ya jualan kain troso lumayan buat sampingan tambahan penghasilan dari gaji menjadi guru kan. Jadi mulai saat itu saya bisa meneruskan cita-cita menjadi guru sambil berjualan kain troso," terangnya.
Ditanya soal profesi guru, Huda menegaskan sampai kapan pun tidak akan meninggalkan sebab, guru sudah menjadi cita-citanya sejak kecil. Meski mengajar di sekolah pedalaman, menurutnya sangat berharga.
"Jelas berharga, kami punya kesempatan mendidik baik siswa sekolah menjadi pintar. Jadi buat kami semangat mengajar, tidak tega kalau meninggalkan mengajar bagi siswanya," ungkapnya.
(mdk/bal)